Tak terhitung sudah berapa kali Chelsea menguap sore itu. Jam terakhir diisi dengan pelajaran sejarah, pelajaran yang minim disukai oleh murid kelas 11 MIA 2. Apalagi buk Fitri yang selalu guru mata pelajaran tersebut memiliki suara lembut serta pelan, membuat hampir seisi kelas bisa tertidur.
Mata Chelsea hampir tertutup sempurna jika saja orang di sebelahnya tidak memukulnya dengan penggaris secara tiba-tiba, dengan perasaan kesal gadis itu memasang wajah sinis ke arah si pelaku. Namun, bukannya takut orang itu malah menatapnya dengan wajah datar.
"Apa?" ucap Chelsea yang keheranan sendiri ditatap Leon.
"Kalau gue ketiduran pukul gue kayak tadi ya, nanti gue juga gitu" ucap Leon dengan wajah yang kelihatan sangat mengantuk. Padahal pemuda itu baru saja izin keluar untuk mencuci muka.
Tanpa berfikir panjang gadis itu pun langsung mengiyakan hal tersebut. Sehingga sampai selesai mata pelajaran tersebut mereka pun saling memukul untuk menyadarkan masing-masing agar tidak tertidur.
*****
Mata Chelsea berhasil membesar sempurna saat mendapati Bagas yang sudah menunggunya di depan kelas sambil berbicara dengan seorang cowok yang bisa diketahui adalah anak 11 MIA 1. Bukan hanya Chelsea, tapi hal tersebut pun berhasil menggemparkan koridor kelas 11, apalagi saat itu bertepatan dengan jam pulang sekolah yang tentunya kebanyakan murid baru keluar dari kelas. Mereka memandangi Bagas dengan penuh tanya untuk apa seorang Bagas datang ke kelas mereka.
Bagas sendiri sebenarnya adalah murid kelas 12 IIS 2, seorang murid yang terkenal pendiam tapi memiliki banyak prestasi di sekolah. Jadi cukup mengejutkan jika seorang Bagas berada di area kelas 11.
"Lo ngapain ke sini?" ucap Chelsea dengan wajah kaget. Saat itu juga semua orang mengetahui untuk apa seorang Bagas berada di koridor kelas 11.
Bagas ngalihkan wajahnya menghadap Chelsea, dengan raut wajah datar seperti biasa. Pemuda itu berjalan menghampiri gadis itu dan berhenti tepat di depannya.
"Ekskul"
Yap ucapan singkat Bagas tersebut berhasil membuat sekian mata memandang berubah menjadi membelalakkan matanya, tentu saja hal tersebut cukup mengejutkan. Seorang Bagas yang merupakan idaman para siswi sekaligus murid kesayangan satu sekolah rela menjemput seorang Chelsea yang bukan siapa-siapa. Disisi lain Chelsea justru malah ingin sekali menenggelamkan dirinya ke dasar laut, karena ia yakin betul setelelah ini akan banyak pertanyaan dari orang sekitarnya akibat kejadian ini. Sebenarnya ia sendiri sudah tau Bagas akan menjemputnya, karena kemaren mereka terpilih sebagai orang yang membeli peralatan ekskul. Tapi siapa sangka teman satu ekskulnya itu menjemputnya di depan kelas dan membuatnya berasa layaknya di drama Korea sekolahan yang sedang ditonton Wendi.
Baru saat Chelsea ingin membalas ucapan Bagas tersebut, suara seseorang berhasil membuat Chelsea kembali bungkam."Apaan ni rame-rame" ucap Leon baru keluar dari kelas sambil memasukkan tangannya ke saku jaket miliknya.
Chelsea terdiam, matanya langsung berhadapan dengan mata yang berwarna kecoklatan milik Leon. Tampak jelas sekali di mata Chelsea pemuda itu tidak suka dengan keberadaan Bagas. Sementara Bagas justru melihat nya dengan raut wajah yang sama yaitu 'datar'.
Chelsea menatap mata Leon seakan meminta tolong untuk mengeluarkannya dari kerumunan itu. Tapi bertanya ekspektasi tak seindah realita. Pemuda itu justru bertindak sebaliknya."Oh lagi ada drama, oke lanjut aja syuting nya" ucap Leon sambil berjalan melewati mereka.
Sial
Itulah ucapan yang pertama kali yang keluar dari batin Chelsea. Jika saja saat itu dia hanya berdua dengan sosok menyebalkan itu mungkin Chelsea sudah menendang Leon tanpa ampun. Berbeda dengan Chelsea Bagas malah hanya diam dan tidak membalas apapun ucapan Leon, membuat Chelsea malah geram sendiri dengan sikap kakak kelasnya itu.
Gadis itu masih memandangi punggung Leon yang kian menjauh dengan wajah kesal. Ia baru tersadar setelah mendengar suara Bagas menyebut namanya.
"Ayok. Entar kemalaman" ucap Bagas. Pemuda itu berjalan terlebih dahulu dengan santainya tanpa memperdulikan tatapan yang terus melihat ke arah mereka diikuti Chelsea di belakang dengan kepala tertunduk malu karna hampir sepanjang koridor memandanginya dengan raut wajah bermacam-macam.
Gadis itu terus berjalan, ia tak mengangkat kepalanya sama sekali. Pandangannya hanya tertuju pada kaki yang berada di depannya sebagai penunjuk arah. Namun, saat kaki itu berhenti melangkah secara tiba-tiba kepala Chelasea pun menubruk punggung Bagas. Gadis merasakan nyeri dibagian kepalanya, gadis itu otomatis mengelus kepala.
"Lo nyari apa sih sampe segitunya liat ke bawah"ucap Bagas dengan nada heran.
Pertanyaan tersebut berhasil membuat kepala Chelsea terangkat sempurna, gadis itu beralih mengamati sekelilingnya. Saat itu ia baru menyadari jika mereka sudah berada di parkiran, sambil menghela nafas lega Chelsea menatap Bagas dengan tatapan tak terbaca. Tentunya Bagas yang bukan pembaca wajah jadi tidak mengerti arti dari tatapan tersebut, tapi beberapa detik kemudian terdengar teriakan kesakitan dari pria itu.
"Sakit Chel. Lo tu ya gak ada sopannya sama kakel" ucap Bagas sambil memegang tulang keringnya yang baru saja ditendang Chelsea
"Bodo, lagian lo ngapain sampai jemput gue segala di kelas. Kita kan dah sepakat dari dulu jangan sampe ada yang tau kita dekat" cerca Chelsea kesal.
Bagaimana tidak, pemuda itu sendiri yang dulu bilang jangan sampai orang ada yang mengetahui pertemanan mereka karena Bagas tidak ingin ada gosip aneh atau pembullyan pada Chelsea. Namun, pemuda itu yang justru melupakan ucapannya.
"Ya udah lah, udah kejadian juga" ucap Bagas dengan santainya sambil menyodorkan helm pada Chelsea dan disambut baik oleh gadis itu.
"Lo enak bilang ya udah, gue yang takut bego, gak liat sepanjang koridor orang liatin gue kek mau makan. Seakan gue ngambil emas di bank" ucap gadis itu
"Lo gak salah, jadi jangan takut" ucap pemuda itu dengan nada datar.
*****
Setelah selesai membeli peralatan ekskul, Bagas langsung mengantar Chelsea pulang. Motor pemuda itu perlahan memasuki semua kawasan perumahan, tapi bukan itu yang menjadi fokus utama Chelsea, tapi sebuah motor merah yang berada di kumpulan anak-anak yang kemaren menggodanya.
'Motor Leon' batin Chelsea
Tapi anehnya gadis itu tak menemukan sang pemilik di sana, tanpa sadar Chelsea memicingkan matanya mencari keberadaan seorang Leon. Tapi hasilnya sama saja, ia tidak menemukan pemuda itu.
Bagas memberhentikan motornya di rumah Chelsea, dengan perlahan gadis itu turun sambil menyodorkan helm pada pemuda itu.
"Sorry kita gak sempat makan tadi, udah malam soalnya. Takut mama lo malah nyari" tutur Bagas.
"Sans aja. Kalau kita pergi lagi nanti gue tagih" ucap Chelsea yang langsung ditanggapi gelak tawa oleh keduanya.
"Yaudah gue pulang Chel, kalau ada yang ganggu lo besok kasih tau gue" ucap Bagas
Gadis itu mengangguk sebagai jawaban iya. Tak lama motor Bagas pun mulai meninggalkan halaman rumahnya, Chelsea pun berjalan memasuki rumahnya.
Bersambung
KAMU SEDANG MEMBACA
Batas [Completed]
Roman pour AdolescentsSetiap orang punya batas sendiri yang tidak bisa di lewati oleh orang lain. Batas yang hanya boleh di masuki oleh orang itu sendiri. Begitulah Chelsea memandang Leon. Seseorang anak pindahan yang memiliki aura aneh yang selalu punya dunia sendiri...