Motor Farhan berhenti di halaman rumah, Chelsea turun dan menyerahkan helmnya pada Farhan. Tidak sengaja matanya langsung bertemu dengan Leon, tampak pemuda itu baru saja sampai dengan berlari, nafasnya masih terengah dan menatap lurus ke arah Chelsea.
Gadis itu diam, ia tidak bergeming sama sekali. Hingga akhirnya Farhan menepuk bahunya, "Gue masuk dulu dek" ucap pemuda itu kemudian masuk ke rumah.
Chelsea masih diam, namun mulai berjalan maju. Menghampiri Leon yang masih membatu melihat gadis itu, seolah yang ia lihat hanyalah khayalan karena terlalu sering memikirkan Chelsea. Tepat di depan Leon, gadis itu tersenyum. Ia rentangkan tangannya, tanpa aba-aba Leon langsung memeluk Chelsea. Menenggelamkan wajahnya di bahu Chelsea, masih tak percaya dengan yang ada di depannya sekarang. Gadis itu benar-benar kembali, ia sudah kembali ke hadapannya.
"Kamu ke mana aja, aku hampir gila nungguin kabar kamu" ucap pemuda itu sambil terus memeluk Chelsea.
Chelsea tersenyum kecil, mengelus kepala Leon. Ia benar-benar merindukan pemuda itu, "Maaf ya buat kamu khawatir" ujar nya, ia tidak tau harus berkata apalagi selain minta maaf.
"Padahal gue udah minta aba-aba, tapi lo malah ngilang gitu aja. Tolong jangan hilang lagi Juvania" tutur Leon lagi yang dibalas anggukan oleh Chelsea.
Pemuda itu melepaskan pelukannya, memandangi Chelsea dengan wajah yang masih tidak percaya. "Kenapa gak ngabarin kalau udah sekolah?" tanya Leon baru sadar, ia mendapatkan kabar Chelsea saja dari grup teman-temannya. Awalnya ia tidak percaya karena belakangan teman sekolahnya terus saja berbohong, tapi setelah beberapa orang lainnya mengirim foto Chelsea ia baru benar-benar percaya dan langsung menunggu gadis itu pulang untuk melihat kepastiannya.
"Ponsel aku mulai sekarang ditahan papa, jadi gak bisa ngabarin siapa-siapa" ucap Chelsea agak sedih.
Leon pahan dan tak mempermasalahkan lagi hal itu, pemuda itu hanya mengangguk kecil "Gak papa, kamu sekarang di depan aku aja aku udah senang" ucap nya sambil tersenyum cerah.
Jujur saja, Chelsea sendiri jarang melihat Leon senyum secerah itu. Biasanya pemuda itu akan tersenyum seadanya, walaupun masih dalam konteks tulus. Kali ini terlihat pemuda itu benar-benar bahagia karena kehadirannya.
"Mau masuk?" tawar Chelsea.
Leon langsung menggeleng kecil, "Aku mau, tapi udah mau malam. Gak enak bertamu malam-malam, aku balik aja" ujar pemuda itu. Chelsea yang mengerti hanya membalasnya dengan anggukan kecil, walaupun masih ingin menghabiskan waktu bersama lebih lama lagi.
Pemuda itu mengelus kecil rambut Chelsea, "Aku duluan ya" ucapnya sambil menatap lurus ke mata Chelsea. Saat pemuda itu ingin berbalik, Chelsea kembali memanggil namanya.
"Leon" panggilnya.
Leon yang awalnya tampak bingung setelah melihat wajah Chelsea langsung tau apa yang ingin gadis itu sampaikan, sangat mudah menebak apa yang ada dipikiran Chelsea. Wajah raut wajah gadis itu benar-benar mencerminkan apa yang ingin dia katakan. "Berita di sekolah?" pertanyaan tersebut langsung membuat raut wajah Chelsea kembali berubah, gadis itu tampak kaget karena Leon berhasil menebak apa yang ada di kepalanya. Leon hanya bisa tersenyum kecil dengan raut agak sedih.
"Aku udah tau, awalnya aku mau marah. Tapi ternyata gak bisa, liat kamu aja udah buat aku senang" ujar Leon. Jujur saja, awalnya ia sangat ingin marah pada gadis itu. Apalagi melihat beberapa foto kiriman orang yang tidak sengaja melihat pacarnya itu berpelukan dengan Bagas. Ia benar-benar ingin memarahi gadis itu habis-habisan, karena bagaimana bisa setelah cukup lama ia pergi tiba-tiba Leon dapat kabar soal ia berpelukan dengan orang lain secara tiba-tiba. Ia bahkan tidak mengabari nya terlebih dulu soal kembalinya dia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Batas [Completed]
Teen FictionSetiap orang punya batas sendiri yang tidak bisa di lewati oleh orang lain. Batas yang hanya boleh di masuki oleh orang itu sendiri. Begitulah Chelsea memandang Leon. Seseorang anak pindahan yang memiliki aura aneh yang selalu punya dunia sendiri...