50. Kembalinya masa lalu

10 1 0
                                    

"Cieeee lagu buat siapa tu tadi?" ucap Dwi dengan suara yang menggema di sekitar belakang panggung.

Semua pandangan kini tertuju pada sosok Leon sambil berbisik-bisik di belakang, Chelsea menghela nafas. Ia pandangi Dwi dengan tatapan mengancam, menyuruh gadis itu untuk diam. Dwi mengangkat bahunya kecil malu, ia tutup mulutnya sambil bersembunyi di belakang Roma dengan tingkah ketakutan. Tapi memang bukan tipe kelasnya jika tidak saling sahut menyahut, baru berhenti Dwi menggodanya tiba-tiba datang Ferdi dari belakang Chelsea menyahut.

"Buat ayang lah, kan ayang tadi nonton" ucap pemuda itu yang berhasil mendapat pelototan kembali dari Chelsea. Tapi emang dasar pemuda itu bukan tipe yang takut pyasa Chelsea, ia tetap melanjutkan godaannya sambil menunjukkan raut mengejek, "Eh ayangnya marah" ujar pemuda itu.

Chelsea menyerah, pemuda itu lawan terlalu tangguh. Ia bahkan tetap mengejeknya walaupun Chelsea memukul dan menendangnya, jika dikira Leon hanya menampilkan wajah tidak suka atau canggung jawabannya jelas salah. Pemuda itu justru tertawa sambil tersenyum bahagia melihat Chelsea diejek oleh orang-orang, ia bahkan tidak membantu ataupun membantah ucapan orang. Pemuda itu sibuk memvideokan Chelsea yang sedang marah sambil tertawa bahagia, rasanya ingin sekali Chelsea melempar pemuda itu menggunakan sepatu yang ia kenakan.

"Berisik lo pada, katrok, kek gak pernah pacaran aja" ujar Roma tiba-tiba muncul dari belakang.

Semua orang diam, pandangan kini tertuju pada gadis itu yang memasang wajah datar tidak suka. Chelsea tersenyum mengembang, akhirnya ada juga orang yang berhasil membantunya keluar dari olok-olokan yang menyebalkan itu. Tapi emang dasarnya Ferdi adalah batu, pemuda itu malah berbalik menyerang Roma.

"Dih, emang lo pernah?" ucap pemuda itu.

Roma memutar bola matanya jengah, "Ya gak lah" ujar gadis itu yang berhasil membuat gelak tawa orang belakang panggung.

"Sama aja lo" ucap Ferdi lagi.

Roma tak ingin kalah,"Yang penting gue gak alay kayak lo" ujarnya dengan mata yang hampir keluar.

Melihat sosok Roma yang sudah naik pitam, Ferdi semakin terpancing mengganggu gadis itu."Sok jadi si paling tau lo" ujar Ferdi.

Roma yang mendengar itu tidak tahan lagi, gadis itu hampir berjalan mendekati Ferdi untuk memukul dan menendang pemuda itu. Tentunya Ferdi justru sudah bersiap untuk lari jika Roma mengejarnya, tapi Chelsea langsung datang melerai mereka dengan menahan tangan Roma."Udah udah, ribut mulu lo pada. Heran gue" ucap Chelsea.

Leon tiba-tiba datang mendekati Chelsea menarik baju gadis itu perlahan,"Mau-" tapi belum katanya selesai ucapannya langsung dipotong oleh Ferdi dengan merangkul pundak pemuda itu menjauh dari Chelsea.

"Gak ada mau mau, foto bentar sama kita. Sebelum lo kena culik lagi sama OSIS" ucap pemuda itu, sedangkan Leon hanya pasrah sambil melihat ke arah Chelsea layaknya anak anjing yang kena culik.

Chelsea tersenyum kecil, ia usir tangannya kecil menyuruh pemuda itu untuk pergi mengikuti Ferdi.

Setelah memastikan pemuda itu mulai pergi dan punggungnya mulai menghilang, Chelsea membalikkan tubuhnya. Ia harus segera kembali ke tenda sebelum anak satu kelas akan memarahinya, membayangkannya membuat langkah Chelsea semakin cepat dengan wajahnya panik. Semakin cepat langkahnya sampai ia tubuhnya menumbruk bahu seseorang, Chelsea melihat ke orang itu yang tampak hendak marah ke Chelsea. Tapi gadis itu segera cepat-cepat minta maaf sebelum pemuda itu mengeluarkan sepatah kata.

"Maaf ya maaf, gue buru-buru" ucap Chelsea dengan wajah merasa bersalah.

"Oo iya gak papa" pemuda itu diam sejenak, ia perhatikan Chelsea kemudian melambaikan tangannya dan berbalik. Teman-teman pemuda itu melihatnya cukup kebingungan masalahnya tidak biasa pemuda itu memaafkan seseorang dengan sesantai itu. Chelsea yang sedang terburu-buru tidak memperdulikan lagi tentang orang itu, ia langsung melanjutkan jalannya menuju stand sambil agak berlari.

Pemuda itu diam sejenak, ia pandangi punggung Chelsea yang agak menjauh. Teman-teman pemuda itu kembali bingung sambil menatap satu sama lain."Kenapa lo?" tanya salah seorang dari mereka.

Pemuda itu menepuk bahu temannya."Duluan kalian" ucapnya kemudian berlari begitu saja entah kemana, sedangkan mereka menatap bingung tak mengerti.

Pemuda itu terus berlari sambil melihat keadaan sekeliling, mencari keberadaan Chelsea sampai akhirnya menemukan gadis itu sedang berusaha melewati kerumunan orang yang cukup ramai karena pengunjung sudah mulai berdatangan. Ia lari mengejar Chelsea, kemudian menarik tangan gadis itu.

Chelsea tersentak kaget, matanya membesar sambil menatap orang tersebut kebingungan."Maaf, ada apa lagi ya?" tanyanya.

Pemuda menaikkan sebelah alisnya, "Lo gak kenal gue?".

Chelsea yang semakin bingung dengan arah pembicaraannya menatap pemuda itu agak heran, jelas ia baru mengenal pemuda itu barusan.

"Lo Chelsea kan?" tanya pemuda itu lagi.

Chelsea mengangguk, "Iya, lo tau dari mana?"

Sebelum pemuda itu menjawab tangan Chelsea langsung ditarik seseorang, gadis itu tak mengerti kenapa belakang semua orang suka sekali menariknya tiba-tiba. Tentu saja dia kaget, manusia mana lagi memangnya yang tidak kaget ketika ditarik kasar secara tiba-tiba. "Maaf lo salah orang, ayok Chel" ucap Bagas setelah mengatakan itu pada orang yang baru ia jumpai tadi.

Orang itu menaikkan alisnya, kemudian mendecih dan tersenyum kecil."Lo masih gak berubah ya Gas, selalu menghindar " ucap pemuda itu pada Bagas.

Bagas yang awalnya ingin pergi mendengar ucapan itu langkahnya langsung terhenti, ia putar kepalanya menghadap pemuda itu dengan sorot mata marah. Chelsea sendiri belum pernah melihat Bagas semarah itu sebelumnya, ia yakin Bagas sangat mengenali orang itu. Jika ia tidak mengenalnya tidak mungkin Bagas begitu marah.

"Gue gak kenal lo" tekan Bagas lagi, kemudian pergi dari tempat itu. Sementara Chelsea hanya diam saja mengikuti Bagas dari belakang tanpa berani membuka suara sama sekali.

******

Leon menyandarkan tubuhnya ke dinding, rasanya belakangan ia jadi sering berbicara berdua dengan Bagas karena masalah Chelsea. Pemuda itu masih sama seperti dulu, kaku dan tidak bersahabat.

"Jadi kenapa lo manggil gue?" tanya Leon langsung pada inti pembicaraan.

"Tadi gue ketemu Ziyan, lebih tepatnya Chelsea yang ketemu"

Mata Leon langsung berubah saat mendengar mana orang itu. Setelah sekian lama, ia kembali mendengar mana orang itu kembali disebut. Dan dia bertemu dengan Chelsea, untungnya gadis itu tidak mengingatnya.

"Untungnya Chelsea gak ingat sama sekali dan gak ke trigger dengan Ziyan. Gue juga langsung misahin mereka" lanjut Bagas lagi membuat Leon mengangguk. Sepertinya ia tak perlu khawatir karena Bagas juga pasti melindungi Chelsea.

"Thanks" ucap Leon sambil menepuk bahu Bagas

"Leon" panggil pemuda itu lagi

Bagas menghela nafas sejenak,"Untuk kali ini gue mohon jaga Chelsea, kalau lo berani nyakitin dia gue gak segan-segan buat mukul lo lagi" ucap Bagas serius.

Leon menatap pemuda itu sejenak, kemudian mengangguk. "Tenang aja, kali ini akal sehat gue bekerja dengan baik" ujarnya kemudian pergi meninggalkan Bagas.

Bagas hanya bisa berharap semoga yang pemuda itu katakan benar adanya, jika tidak ia tidak sanggup harus melihat Chelsea tersiksa lagi.

Batas [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang