34. Shine like sirius

25 3 1
                                    

Ini pertama kalinya bagi Chelsea, menginjakkan kaki di rumah seorang teman kecuali Roma, Tita, Wendi dan Alisya. Bahkan ia yang bisa dikatakan dekat dengan Bagas belum pernah sama sekali menginjakkan kaki di rumah pemuda itu, jadi bisa dikatakan hari ini cukup bersejarah untuk Chelsea karena menginjakkan kakinya di rumah seorang pria.

Seperti janji Leon, sepulang sekolah Leon langsung mengajak Chelsea ke rumahnya. Tak dapat Chelsea pungkiri sepanjang jalan gadis itu terus merasa deg-degan, fikirannya terus membayangkan hal-hal mengerikan yang terjadi nanti. Apalagi jika orang yang di maksud Leon tersebut adalah orang tua Leon, semakin membuat ia takut dan tak tau harus bersikap seperti apa. Semakin membayangkan justru membuat Chelsea semakin keringat dingin.

Tapi untungnya kekhawatiran itu hanya angin lewat semata, karena setelah ia sampai di rumah Leon, gadis itu agak bisa mengatur nafasnya dengan tenang. Karena bukan seperti yang ia bayangkan, sekarang di depannya justru berdiri seorang wanita muda dengan umur yang bisa dikatakan 25 atau lebih tengah tersenyum di hadapannya.

"Hallo" ucap wanita itu ramah

Chelsea tersenyum kaku, ia tundukkan kepalanya sopan."Siang kak"

"Chel kenalin kakak gue Dea, itu anak nya Kenzo. Mereka lagi liburan jadi ke sini, biasanya kalau gak libur gak pulang" ucap Leon yang langsung mendapat pelototan dari Dea.

"Sekalian ngawasin Leon tepatnya" ucap Dea sambil menepuk- nepuk kepala Leon gemas tapi dihalang oleh Leon.

Chelsea tersenyum tipis, ia tak tau harus bereaksi seperti apa dan mengatakan apa. Mulut nya terasa benar-benar terkunci tak dapat berkata apapun, pikirannya pun tertuju entah kemana. Tapi saat melihat Leon mulai memandanginya dengan kode menunjuk kakaknya, Chelsea langsung tersadar. Ia langsung mengulurkan tangannya berniat bersalaman dengan Dea.

"Chelsea kak, tem-"

Tapi belum selesai Chelsea berbicara, ucapan itu langsung dipotong oleh Dea, "Pacar kan?" Chelsea agak terdiam. Dia pandangi Leon karena tak tau harus berekspresi seperti apa."Udah santai aja, Leon udah bilang kok" ucap Dea mencoba membuat Chelsea tak begitu canggung.

Chelsea tersenyum kikuk, ia pandangi wajah Leon yang tampak sedang tertawa mengejek Chelsea.

"Ya udah kalian kalau mau belajar, belajar aja nanti kakak bawain cemilan" ucap Dea kemudian mempersilahkan Chelsea duduk dan kembali ke belakang.

Sementara Chelsea duduk di ruang tamu, Leon pergi mengganti baju dan mengambil beberapa buku untuk mereka pelajari. Tak banyak yang gadis itu lakukan, ia hanya duduk dan memandangi interior rumah Leon yang hampir di dominasi dengan warna pastel serta beberapa pajangan beberapa foto keluarga, piala dan penghargaan yang pemuda itu dapat. Benar kata Roma, pemuda itu sudah terlihat pintar sejak kecil, bahkan untuk umur tergolong muda Leon lumayan banyak mendapat penghargaan dari berbagai lomba. Tapi yang menjadi fokus Chelsea ialah foto Leon yang sedang 17 Agustus-an menggunakan pakaian adat Aceh dengan menatap kamera datar. Sekali lagi yang Roma ucapkan benar, bahkan hanya sekali melihat foto kecil Leon di kepala Chelsea langsung terukir kata tampan.

Saat ekor mata Chelsea menangkap siluet seseorang, Chelsea langsung mengalihkan pandangannya ke arah tersebut, menampakkan sosok Leon yang sudah mengganti pakaian dengan kaos oblong hitam sedang membawa beberapa buku di tangan kanannya. Enggan untuk dikatakan tapi entah kenapa rasanya sesaat Chelsea kembali terpesona dengan pemuda itu. Rambut acak-acakan semakin membuat pemuda itu terkesan seperti cowok-cowok cool sekolahan yang selalu digambarkan di novel-novel.

Leon yang memerhatikan Chelsea menatapnya dengan aneh mencoba menyadarkan gadis itu."Ngapa lo liat gue kayak gitu?" tanya Leon kebingungan

Mata Chelsea mengerjapkan beberapa kali, ia ubah ekspresinya seperti biasa."Gue ngeliatin jam dinding" ucap nya sambil menunjuk jam yang saat itu tepat berada di belakang Leon.

Batas [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang