"Gak pulang?" tanya kak Adrian yang tiba-tiba duduk di sebelah Chelsea.
Entah kenapa belakangan Leon gemar sekali memintanya untuk pulang bersama, alhasil disini lah ia sekarang. Di ruangan yang tidak jauh dari ruang OSIS, sedang duduk sambil membuka beberapa aplikasi media sosial di ponselnya.
Chelsea yang tadinya sibuk memainkan ponsel agak terlonjak kager melihat sosok Adrian sudah ada di sebelahnya, gadis itu tersenyum kecil. "Lagi nunggu Leon kak" balas Chelsea sambil menutup ponselnya.
Adrian mengangguk kepalanya paham, ia alihkan pandangannya ke sekeliling sambil melihat ke arah Chelsea sesekali. Chelsea yang merasa terlalu sunyi mencoba memecahkan keheningan. "Kakak ngapain masih di di sini?" tanya gadis itu penasaran. Masalahnya memang sekolah sudah sepi dan hanya menyisakan beberapa orang yang berkepentingan.
"Habis piket, teman cewek gue galak. Kalau gak piket di lempar sapu" curhat Adrian sambil menyidik ngeri mengingat wajah marah temannya.
Chelsea mendengar itu tertawa geli, "Kakak sama kayak Leon. Dia kalau main pulang aja pasti bakal di teriakin Dwi buat nyuruh piket, padahal kadang Dwi cuma nyuruh dia buang sampah tapi malasnya minta ampun" cerita gadis itu tentang pacarnya yang suka dimarahi Dwi habis-habisan karena sering sekali kabur waktu piket.
Adrian yang mendengar itu pun tersenyum, "Lo sesuka itu ya sama Leon?" tanya Adrian tiba-tiba, membuat Chelsea yang awalnya tertawa langsung terdiam. Memandangi pemuda itu dengan tatapan kaget, dalam beberapa detik tidak ada satu kata pun yang keluar dari mereka dan hanya melakukan tatapan seolah berbicara lewat mata.
Chelsea mengalihkan pandangannya pertama, kemudian menganggukkan kepalanya."Suka, sangat suka" ujar gadis itu.
Adrian diam saja, memandangi wajah gadis itu yang berseri."Setidaknya gue senang lo bahagia" ucapnya sambil tersenyum penuh makna.
"Lo bisa datang ke gue kalau dia berani jahatin lo" ucap Adrian lagi.
Chelsea yang mendengar hal tersebut cukup kaget, ia pandangi Adrian dengan bola mata membesar. "Maksudnya kak?" tanya Chelsea memastikan. Ia tidak mau apa yang ia dengar sekali malah menimbulkan kesalahpahaman dan merusak hubungannya dengan Adrian, karena baginya Adrian menjadi salah satu sosok kakak yang berharga saat ia tidak dapat pergi ke Bagas maupun Leon.
Adrian mengedipkan matanya beberapa kali, "Ya sebagai kakak, tempat pulang adiknya harus selalu terbuka kan?" ucap Adrian yang berhasil membuat Chelsea tertawa kecil dan mengangguk. Benar, harusnya ia tidak terlalu terbawa pikiran soal ucapan Leon tentang yang Adrian menganggapnya sebagai seorang wanita bukan adiknya. Lagipula aneh untuknya jika Adrian menyukainya, karena pemuda itu tidak pernah menunjukkan tanda-tanda ketertarikan terhadapnya, ia bahkan hanya akan muncul jika memang merasa di perlukan.
"Gue bakal selalu anggap lo adik kecil gue kok, jadi jangan khawatir. Lagian lo bukan tipe gue, lo mah jauh dari kata tipe gue" ucap Adrian sambil tertawa saat melihat wajah Chelsea sudah ingin marah dan memukulnya.
Chelsea menghela, "Bagus lah, kalau perlu coba kakak ngomong gitu ke Leon, biar dia gak salah paham terus" ujarnya karena sudah lelah dengan kecurigaan Leon terus menerus.
Adrian menyunggingkan sebelah bibirnya," Udah dengar kayaknya tu anak" ucap pemuda itu sambil menatap sosok Leon yang kebetulan tidak jauh berdiri di sebelah Chelsea.
Chelsea mengerutkan keningnya, ia alihkan pandangan ke tempat Adrian melihat. Matanya membesar, melihat Leon yang berdiri tidak jauh darinya. Pemuda itu menatap Chelsea dan Adrian dengan sorot tajam, lebih tepat ditujukan untuk Adrian tentunya.
"Udah dengar kan Eon? Gue sama dia gak ada hubungan apa-apa. Jadi lo gak perlu khawatir, lagian ni anak bukan tipe gue" jelas Adrian, pemuda itu berdiri dan melihat ke arah Leon.
Leon tidak berkata apa-apa, pemuda itu maju perlahan mendekati Adrian. "Iya, gue dengar. Bagus lah kalau emang lo gak ada perasaan sama Chelsea" ucap pemuda itu
"Kalau gitu gue sama Chelsea pamit, makasih udah jaga dia" ucap Leon kemudian menarik tangan Chelsea menjauhi Adrian. Chelsea yang tak mau ribut hanya mengikuti pemuda itu dari belakang sambil melambaikan tangan ke Adrian untuk mengucapkan selamat tinggal. Untungnya Adrian sudah mengetahui sifat Leon memang kurang bersahabat, sehingga kakak kelasnya itu tidak begitu ambil hati dengan perlakuan pacarnya.
Sambil terus berjalan, tiba-tiba Leon menghentikan langkahnya tepat di parkiran. Matanya melihat ke arah gerbang masuk, memandangi orang yang cukup ia kenal berdiri di sana seperti menunggu seseorang. Saat pemuda itu beralih menghadapnya Leon langsung menyembunyikan Chelsea di belakang tubuhnya, menghalangi pemuda itu untuk mendekati Chelsea. Gadis itu yang tidak tau apa-apa hanya mengikuti perintah Leon, ia sendiri juga gak tau apa yang terjadi sekarang.
"Belakang aku, apapun yang dibilang sama dia jangan percaya" ucap Leon yang dibalas anggukan oleh Chelsea.
"Gak perlu segitunya kali Leon" ucap Ziyan sambil terkekeh geli.
Leon yang sudah terbawa emosi memandangi pemuda itu dengan tatapan sinis,"Mau apa lo?"tanya nya.
Ziyan diam sejenak, mengalihkan pandangannya ke arah Chelsea. "Gue mau liat, cewek kayak mana sih yang Dimas titipin buat lo jaga sampai harus pindah sekolah" ucapnya sambil menyunggingkan sebelah bibirnya.
Chelsea melebarkan matanya menatap wajah Leon yang hanya memandangi pemuda itu datar, walaupun kaget Chelsea coba untuk tenang dan mempercayai Leon. Ia tidak akan pengaruh pada orang tersebut walaupun sebenarnya ia juga penasaran.
"Gak ada urusannya sama lo" ucap Leon sinis.
Ziyan tertawa kecil, "Santai aja kali Eon, sangar amat tu muka" ucapnya lagi
"Pergi, urusan lo sama gue bukan sama Chelsea" ucap Leon dengan tegas.
Ziyan mengangguk mengerti," Oke, gue tunggu di tongkrongan lo setelah lo antar tu cewek" ucap Ziyan kemudian pergi begitu saja.
Setelah mengatakan hal tersebut Ziyan benar-benar pergi, meninggalkan Leon dan Chelsea masih terdiam di tempat. Chelsea mencoba melihat ke arah Leon, tampak sepertinya ia sedang menahan emosi. Chelsea yang tadinya ingin bertanya tak ingin membuat Leon tambah tertekan, ia sentuh pacarnya itu dengan lembut.
"Leon, yuk pulang" ucap Chelsea yang berhasil mengagetkan Leon.
Pemuda itu mengangguk, memasangkan helm pada Chelsea tanpa berbicara sama sekali, begitu pun saat mereka di jalan hendak pulang ke tempat Chelsea. Leon tidak mengatakan apapun, mereka hanya diam dengan pikiran masing-masing. Saat sampai ke rumah Chelsea pemuda itu juga tidak mengatakan apa-apa, Chelsea mencoba untuk menenangkan Leon. Ia tidak ingin Leon menemui orang itu dalam keadaan emosi seperti sekarang.
"Eon" panggil Chelsea
Leon menatap pacarnya dengan wajah datar, "Jangan sampai berantem ya, aku percaya kamu kok" ucap Chelsea yang membuat mata Leon yang melebar. Pemuda itu menatap Chelsea sejenak, kemudian menampilkan senyum tipis.
Leon raih puncak kepala Chelsea dan mengacak rambut pelan.
"Iya, aku juga gak mau manggil kamu malam-malam buat ngobatin" ucap Leon dengan tawa kecil.
Chelsea tersenyum,"Aku juga gak ada niatan keluar. Awas aja kalau berantem, mata-mata aku banyak tau" ucap Chelsea.
"Iyaaa cantik" ujar Leon berhasil membuat Chelsea diam.
"Cie salting, udah masuk sana" ucap pemuda itu yang dibalas anggukan oleh Chelsea.
Gadis itu berbalik dan langsung memasuki rumah, setelah perginya Chelsea wajah Leon langsung berubah datar. Ia benar-benar beruntung Chelsea mempercayainya, tapi ia tidak tau sampai kapan Chelsea akan mempercayai nya, karena Ziyan baru memulai permainannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Batas [Completed]
Teen FictionSetiap orang punya batas sendiri yang tidak bisa di lewati oleh orang lain. Batas yang hanya boleh di masuki oleh orang itu sendiri. Begitulah Chelsea memandang Leon. Seseorang anak pindahan yang memiliki aura aneh yang selalu punya dunia sendiri...