Senyum Chelsea merekah, entah sejak kapan terakhir kali ia merasakan begitu gembira. Melihat anak-anak kecil yang bermain dengan bahagia sambil menenteng jajanan pemberian mereka membuat perasaannya mengembang. Mereka begitu polos dan menggemaskan.
"Gemes ya anak-anaknya" ucap Chelsea tanpa sadar keluar begitu saja dari mulutnya.
Leon yang sejak tadi memandangi wajah kekasihnya pun tersenyum tipis, matanya tidak pernah lepas sejak tadi memandangi Chelsea. "Kayak kamu" ujarnya jujur.
Chelsea yang mendengar itu langsung mengalihkan pandangan ke arah Leon, melihat kedua mata pemuda itu hanya fokus ke arahnya. Gadis itu mengalihkan pandangan, jantungnya serasa hampir keluar melihat cara pemuda menatapnya. Ia pukul kuat lengan Leon, "Gombal mulu" ucap Chelsea mencoba menutupi salah tingkah nya.
Leon tidak membalasnya, pemuda itu justru tersenyum cerah ketika berhasil membuat Chelsea salah tingkah. Walaupun gadis itu mencoba menutupinya, Leon jelas tau jika melihat kedua pipi gadis itu yang memerah.
"Kamu senang?" tanya Leon sambil melihat ke arah Chelsea.
Chelsea mengangguk antusias, matanya tampak berbinar. Ia alihkan matanya melihat anak-anak kecil yang berlarian dengan bahagia, bersamaan dengan itu wajahnya pun tampak tersenyum bahagia.b"Ini impian aku tau dari dulu, jalan-jalan di taman sambil bagiin jajanan ke anak-anak. Mereka lucu soalnya" ujar Chelsea.
Leon yang mendengar itu bisa tersenyum dengan mata yang penuh maksa, tau sebenarnya itu bukan keinginannya. Semua itu kenangan dan kebiasaannya bersama Dimas dulu, justru pemuda itu lah yang menyukai anak-anak bukan Chelsea. Sejak bertemu Dimas, kegemaran dan keinginan gadis itu semakin berubah mengikuti hal yang ia lakukan bersama Dimas. Entah apa yang dilakukan pemuda itu sampai membuat kebiasaan dan kesukaan Chelsea berubah jauh dari yang dulu.
"Syukur kalo kamu senang" ucap Leon, yang ia inginkan sekarang cuma membuat Chelsea bahagia. Hanya itu untuk sekarang.
Chelsea mengalihkan pandangannya, "Mau main gak?" tanya gadis itu dengan senyum cerah. Tentu hal itu tidak dapat ditolak oleh Leon, pemuda itu langsung mengangguk sebagai jawaban.
Chelsea langsung menarik tangan Leon, mengajak pemuda itu mencoba beberapa permainan anak anak. Awalnya agak memalukan untuk Leon, apalagi banyak orang yang melihat kearah mereka dengan tatapan aneh. Tapi saat ia melihat ke arah Chelsea semuanya lenyap, gadis itu yang biasanya peduli dengan tatapan orang lain tampak tidak peduli. Justru gadis itu bermain dengan bahagia sambil tersenyum cerah, membuat Leon langsung tersenyum kecil mengikuti setiap hal yang Chelsea inginkan.
Ketika gadis itu selesai dengan permainannya, ia mengajak Leon membeli gelembung sabun. Segera Chelsea mainkan mainan barunya, sementara Leon sibuk mengambil foto sang pacar yang sibuk bermain.
Cukup lama Chelsea bermain, sampai gadis itu mulai akrab dengan anak-anak yang bermain bersamanya. Anak-anak itu bukan orang yang Chelsea panggil, melainkan anak-anak yang memang sejaga datang dan bermain bersama Chelsea. Leon mengalihkan pandangan ke arah jam yang melingkar di tangannya, jam sudah menunjukkan pukul setengahnya enam, walaupun langit masih begitu terang.
"Chelsea" panggil Leon yang langsung didengar oleh gadis itu. Chelsea melihat ke arah Leon dengan wajah bingung, sampai akhirnya pemuda itu mulai mengetuk jam nya. "Udah yok pulang, sebelum di teror mas Farhan" ucap Leon yang dibalas anggukan oleh Chelsea.
Gadis itu mulai berpamitan dengan anak yang bermain bersamanya sambi melakukan tos, kemudian gadis itu mulai berlari ke arah Leon. Berjalan menuju tempat mereka memarkirkan motor, dengan mood bagus Chelsea langsung mengandeng tangan Leon. Pemuda itu yang agak kaget langsung melihat ke arah Chelsea, ia ubah gandengan menjadi genggaman dengan tersenyum cerah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Batas [Completed]
Teen FictionSetiap orang punya batas sendiri yang tidak bisa di lewati oleh orang lain. Batas yang hanya boleh di masuki oleh orang itu sendiri. Begitulah Chelsea memandang Leon. Seseorang anak pindahan yang memiliki aura aneh yang selalu punya dunia sendiri...