71. Di luar dugaan

8 1 0
                                    

"Nih, gue gak sengaja beli dua"

Ucapan tersebut berhasil menyadarkan Ziyan dari lamunan, pemuda itu menoleh ke arah Chelsea yang sedang menyodorkan sebuah es krim padanya.

Ziyan menaikkan alisnya, menatap gadis yang tanpa rasa takut sudah duduk di sebelahnya dengan tangan yang masih menyodorkan es krim. Pemuda itu menautkan alisnya, entah kenapa rasanya pemandangan tersebut terlalu aneh untuknya, maksudnya bagaimana bisa cewek yang rencana ingin ia manfaatkan untuk mengahacurkan Leon tiba-tiba sudah ada di sebelahnya.

Chelsea mendecih kesal, ia letakkan es krim tersebut di tangan Ziyan. "Ambil aja apa susahnya sih. Heran gue" ucap gadis itu kemudian melanjutkan memakan eskrim miliknya.

Ziyan memandangi es krim di tangannya, kemudian beralih ke arah Chelsea yang tampak menikmati es krimnya sambil melihat ke arah lain, seolah tidak peduli dengan orang di sebelahnya. Kini gantian Ziyan yang mendecih, "Dari dulu lo gak berubah ya" ucap pemuda itu kemudian menyandarkan tubuhnya dan membuka eskrim yang diberikan Chelsea.

Chelsea mengerjap beberapa kali, "Hm? Apaan?" tanya gadis itu dengan wajah kebingungan, padahal sebenarnya Chelsea jelas mendengar apa yang pemuda itu katakan.

Ziyan menghela, melirik ke arah gadis itu, "Lo tau gue bisa aja ngelakuin hal jahat ke lo, kenapa lo masih berani di sini?" tanya Ziyan sambil menatap lurus ke depan. Jujur saja, setelah dengan apa yang ia lalukan dan gadis itu tidak menghindar bahkan mendatanginya itu cukup membingungkan bagi Ziyan. Dimata Ziyan sekarang, Chelsea benar-benar orang yang aneh.

Chelsea diam, kemudian mendehem lama. "Gue gak punya teman ngobrol. Gara-gara lo hp gue disita, Leon juga sibuk ekskul. Abang adek gue pergi, ya hitung-hitung gue temanin lo cari cara buat jahatin gue lah" ucap gadis itu sambil mengangguk. Sebenarnya ia sendiri tidak tau keberanian apa yang merasukinya sampai gadis itu berani untuk mengajak pemuda itu bicara, tapi dari pada ia bosan terus menerus di rumah mungkin lebih baik ia berbicara dengan pemuda itu walaupun ia tau responnya pasti tidak akan baik.

"Kepedean lo" ucap pemuda itu singkat.

Chelsea diam, Ziyan pun diam. Mereka sibuk dengan pikiran masing. Chelsea yang bosan mengalihkan pandangannya ke arah Ziyan, pemuda itu yang merasa dipandang menoleh ke arah Chelsea sambil mengerutkan alis seperti bertanya ada apa dengan gadis itu. Chelsea mendehem,"Muka lo emang gitu ya? Kayak punya beban hidup berat gitu. Padahal menurut gue lo lumayan, ni kalau lo muka bersahabat terus kayak positif vibes gitu pasti lo bakal banyak fans nya. Gue yakin kalau lo masuk sekolah gue pasti bakal populer apalagi kalau lo baik kayak Bagas, gue jamin lo bakal langsung punya fanbase" ucap Chelsea jujur.

Ziyan yang mendengar itu menolehkan kepalanya, terlihat pemuda itu seperti lelah mendengar serocosan Chelsea yang isinya tidak berguna sama sekali. "Lo emang secerewet ini ya? Gue dengar-dengar lo pendiam" ucap Ziyan menatap Chelsea dengan penuh kesal.

Chelsea diam sejenak, jika dipikir benar juga. Tidak biasanya ia berbicara panjang terlebih dahulu, apalagi dengan orang yang pertama kali ia kenal. "Hm, kalau sama orang yang baik gue pendiam kok. Karena lo gak baik ya udah, gue tipe nya fleksibel kok" ucap gadis itu yakin.

"Eh tapi ini gue serius, lo punya banyak beban hidup ya? Cerita aja sama gue, mana tau bisa meringankan sampai 70% kan" lanjut gadis itu tanpa peduli dengan reaksi Ziyan yang sudah muak mendengar ocehan gadis itu.

"Lo bisa diam gak sih?" tanya Ziyan.

Chelsea mendengar itu mendecih,"Iya iya, sifat lo sama aja kayak Leon dulu. Nyebelin" ujarnya.

Mereka kembali diam, hanya terdengar suara motor yang lewat. Chelsea mendehem. "Lo se gak suka itu ya sama Dimas dan teman-teman ya?" tanya Chelsea mencoba memancing tentang Dimas.

Sejak awal dia berani mendekati pemuda itu sebenarnya hanya untuk menayakan tentang Dimas, ia tau jika bertanya pada teman-temannya, Leon, atau Bagas mereka pasti tidak akan memberi tau. Jadi Ziyan adalah salah satu harapannya, apalagi pemuda itu seperti membenci orang yang bernama Dimas itu, bukannya menguntungkan jika memberi tau musuh yang dia serang dengan kelemahannya?

Walaupun tidak begitu terlihat karena tertutup wajah galaknya, Chelsea dapat melihat sekelibat perasaan terkejut pada pemuda itu saat melihatnya. Chelsea mengalihkan pandangannya ke jalanan. "Tenang aja, gue belum ingat sepenuhnya. Waktu gue dirawat orang itu terus muncul dimimpi gue, sampai gue sendiri bosan. Tapi yang gue tau dulu ia sahabatan sama Bagas dan Leon. Karena kelihatanannya lo kenal dia, makanya gue mau tanya ke lo aja deh" ujar gadis itu.

"Gue gak niat bahas tu anak" ucap Ziyan datar.

Chelsea mengerutkan keningnya, bukan seperti ini yang ia harapkan. Tapi gadis itu mencoba terlihat biasa saja, "Kenapa? Dia jahat ya sama lo?" tanya Chelsea penasaran. Lagipula pasti ada alasan untuk seseorang membenci orang lain.

Ziyan menghela, pemuda itu bagkit dari duduknya dan menolek ke arah Chelsea."Karena dia nyebelin sama kayak lo, jadi jangan ikutin gue" ucap pemuda itu kemudian pergi begitu saja.

Chelsea mengerucutkan bibirnya, gadis itu menyandarkan tubuhnya dan memandangi langit-langit yang menutupi tempat ia duduk. Harusnya gadis itu tidak berharap banyak pada Ziyan, sekarang ia tidak tau harus mendapatkan informasi tentang Dimas pada siapa lagi. Mungkin ia memang tidak harusnya mencari tau soal Dimas.

*****

Chelsea memejamkan mata sambil sesekali melihat langit, ponselnya masih menempel di telinga sambil mendengar amarah Leon yang tidak kunjung reda. Entah siapa yang memberi tau pemuda itu, tapi sesampainya Chelsea di rumah tiba-tiba Leon memarahinya karena bertemu dengan Ziyan. Gadis itu pun tidak bisa mengelak karena Leon memberikannya bukti foto dirinya sedang berbicara dengan Ziyan, kadang Chelsea benar-benar lupa jika pacarnya itu punya banyak mata-mata untuk mengawasinya.

"Kenapa sih kamu dikasih tau gak mau dengar, kan udah aku bilang jauhin dia Chelsea. Kamu tau sendiri apa yang dia lakuin ke kamu" ucap Leon dari seberang sana.

Chelsea menghela nafasnya, "Aku penasaran sama Dimas, kamu juga gak bisa ngasih aku jawabankan soal dia? Jadi aku coba tanya dia" ucap Chelsea mulai jujur, jika tidak Leon akan semakin memarahinya.

Terlihat di ujung sama Leon seperti terdiam sejenak, "Terus? Gimana hasilnya" tanya Leon dengan nada kali ini merendah.

"Dia gak jawab, katanya aku sama nyebelinnya sama Dimas" jawab Chelsea lagi. Chelsea jelas yakin dari ujung saja Leon seperti menghela nafas lega karena hasil yang ia dapatkan nihil.

"Sayang, ada saatnya kamu tau semuanya. Tapi gak sekarang, kamu harus sabar. Sekarang dengarin aku, jangan dekatin dia lagi. Karena dia bisa aja jahatin kamu kapan aja" ucap Leon kali ini lebih tenang dari sebelumnya.

"Aku pasti ngasih tau kamu kebenarannya saat kamu siap Chel" ucap Leon lagi, Chelsea hanya mendehem. Ia jelas tidak tau kapan waktunya akan tiba, yang pasti sekarang ia hanya mencoba mempercayai Leon untuk membuat pemuda itu tenang.

Batas [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang