77. lost again

5 1 0
                                    

Chelsea membuka matanya perlahan, cahaya lampu dan langit-langit ruangan berwarna putih mulai memenuhi pandangannya. Gadis menutup matanya kembali, akhirnya ia kembali ke tempat. Air matanya kembali mengalir, semua ingatannya sekarang telah kembali. Bahkan kenangan awal ia bertemu dengan Dimas berhasil masuk dalam mimpinya, semua kenangan perlahan berputar di kepalanya bagaimana sebuah film horror yang menghantuinya. Bahkan kepalanya terasa seperti ingin pecah dengan suara-suara yang terus bersuara di kepala. Ia genggam kuat rambutnya dan memukulnya dengan keras, berharap suara-suara tersebut bisa di hilang. Namun bukannya menghilang suara tersebut justru semakin terdengar seperti nyata, kini bukan hanya kepalanya yang penuh, jantungnya pun semakin berdetak tak beraturan. Perasaan gelisah dan sakit tanpa alasan mulai menyesakkan dada. Chelsea berteriak sekuat mungkin dengan tangis yang semakin menjadi, hingga sosok Farhan datang dan langsung memeluknya.

Farhan mencoba menenangkan adiknya tersebut, ini hal yang paling ia takuti ketika ingatan Chelsea kembali. Ia mengira mungkin semuanya akan baik-baik saja ketika gadis itu kembali mendapatkan ingatannya mengingat gadis itu sudah mengingat beberapa hal sebelumnya dari kejadian dulu, tapi ternyata reaksi gadis itu sama saja seperti dulu. Farhan memeluk erat Chelsea, membisikkan beberapa kata penenang tapi tangisan gadis itu semakin menjadi. Melihat reaksi Chelsea yang hendak memukul kepalanya Farhan pun langsung menahan kedua tangan gadis itu.

"Udah dek, sadar" ucap Farhan dengan lirih

"Mas Farhan, mas" ucap gadis itu dengan terisak, rasanya Chelsea benar-benar tidak bisa berkata apa-apa. Ia ingin sekali meminta pertolongan dengan rasa sakit yang ia rasakan, tapi sangat susah untuknya mengucapkan hal tersebut.

Farhan mengangguk kecil, "Udah dek, udah. Ikhlasin ya Dimas nya" ujarnya dengan suara bergetar.

"Mas" panggil Chelsea, "Tolon-g" ucap gadis itu lagi.

Setelah mendengar itu Farhan mengangguk, air matanya mulai menetes. "Iya dek, iya" ucapnya.

Dokter kini mulai datang dan memberikan suntikan penenang, perlahan gadis itu mulai tenang dan kembali tertidur. Mata sembap dan wajah lelah penuh kekhawatiran terlihat jelas pada wajah gadis itu, Farhan mencium kecil kening adiknya bersamaan dengan tetesan air mata yang mulai mengalir. Jika obat yang gadis itu bisa didapatkan maka ia akan berusaha mencarinya sekuat tenaga demi untuk melihat gadis itu tersenyum kembali, tapi yang bisa ia lakukan sekarang hanya berdoa karena semunya kembali lagi pada niat sembuh gadis itu.

*******

"Chelsea udah bisa dihubungi" tanya Leon dengan wajah panik

Roma, Tita, Wendi, dan Bagas menggelengkan kepalanya bersamaan. Mereka semua kini berkumpul di ruang OSIS untuk membahas hilangnya Chelsea yang sudah sebulan. Tentunya itu merupakan waktu yang lama, apalagi tidak ada satu orang pun yang tau di mana keberadaan gadis itu. Leon menghela nafas, ia mengusap wajahnya kasar. Pemuda itu benar-benar seperti orang gila dalam sebulanan ini, ia mencoba mencari keberadaan Chelsea dimana pun. Ia terus menghubungi keluarga gadis itu, tapi tidak ada satupun yang aktif. Ia juga menunggu hampir setiap hari beberapa jam di depan rumah Chelsea, berharap bertemu setidaknya dengan salah satu anggota keluarganya walaupun hanya sebentar. Tapi semuanya nihil, rumah itu bak layaknya rumah kosong tanpa penghuni. Mungkin saking gilanya pemuda itu, ia sampai bertanya pada orang-orang sekolah Sello apakah gadis itu masuk sekolah. Tapi ia juga tidak mendapatkan kabar apapun, sekolah seperti merahasiakan kemana perginya gadis itu. Leon benar-benar seperti kapal yang hilang arah, semua hal telah ia lakukan tapi tidak menukan sama sekali petunjuk dengan apa yang terjadi pada gadis itu. Ia yakin pasti terjadi pada gadis itu, sebelumnya bahkan tidak pernah gadis itu pergi selama ini.

Leon menghela nafasnya, padahal gadis itu sudah pernah berjanji untuk tidak menghilang lagi seperti ini. Kini Chelsea melanggar janjinya, ia menghilang bahkan lebih lama dari sebelumnya, entah apa yang terjadi pada gadis itu. Ia hanya berharap bukan hal terlalu buruk, atau ia hanya control atau jalan-jalan biasa lalu datang dan mengatakan semua baik-baik saja.

"Kalau udah sebulan, apa ingatannya ba-" belum sempat Roma menyelesaikan ucapannya tiba-tiba Alisya datang memotong ucapannya

"Chelsea balik ke rumah sakit lagi" ujar gadis itu dengan wajah datar tampak sedih.

Leon mendengar itu langsung bangkit dari tempat duduknya dan menghampiri Alisya, "Lo tau dari mana" ucap Leon sambil memegang kedua bahu Alisya.

Alisya menghembukan nafasnya, "Sello yang ngasih tau gue, Chelsea gak sengaja nemuin kado ulang tahun yang Dimas kasih" ucap gadis itu.

Leon dan Bagas mematung, tentunya ia tahu tentang kado yang dimaksud karena mereka ikut membantu membuat kado tersebut. Roma yang menatap Alisya dengan mata membesar, "Kado? Flashdisk itu?" ucap gadis itu kembali teringat dengan flasdisk yang diberikan Dimas pada Chelsea dan berhasil membuat gadis itu menangis tersedu-sedu karena sebelumnya merasa karena Dimas melupakan ulang tahunnya.

Alisya menganggukkan kepalanya, "Hm".

"Sekarang dia di mana?" tanya Leon lagi

"Rumah sakit jiwa melati, kamar 45"

Leon dan Bagas langsung bergegas pergi setelah mendapatkan informasi dari Alisya tersebut, dengan perasaan kalut mereka menembus jalan perkotaan yang begitu ramai sore itu. Entah berapa kali rasanya dua motor itu mendapatkan klakson dari motor dan mobil yang berada di dekat mereka karena menyetir ugal-ugalan, tentu saja hal tersebut tidak dipedulikan mereka karena yang mereka pikirkan hanya ingin mengetahui keadaan Chelsea secepatnya.

Untungnya rumah sakit yang dimaksud jaraknya tidak jauh dari sekolah mereka, jadi tidak perlu menunggu lama mereka sudah berbelok memasuki kawasan rumah sakit tersebut. Leon langsung menuju ke satpam yang berjaga untuk mendapatkan kartu kunjungan, lalu bergegas masuk ke dalam setelah bertanya-tanya dimana bangsal milik Chelsea.

Leon mempercepat jalannya, sampai akhirnya ia bertemu dengan Farhan yang berada tepat di depan ruangan bersama Sello.

"Mas Farhan" panggil Leon. Tentunya Farhan yang namanya dipanggil cukup terkejut melihat dua orang itu berjalan menuju ke arahnya. Ia yakin sudah menyembunyikan tentang Chelsea dengan sebaik mungkin, tapi bagaimana dua orang itu berhasil menemukan mereka. Farhan langsung melihat ke arah Sello, gadis itu tampak diam seoalah sudah menduga semuanya akan terjadi.

"Setidaknya teman mbak Chel harus tau mas, mereka pasti khawatir" ucap Sello seakan membaca apa yang sedang Farhan pikirkan.

Sello tersenyum kecil," Mungkin aja mbak Chel akan membaik mas kalau dijenguk temannya" ujar gadis itu dengan mata menunjukkan kesedihan.

Farhan tau apa yang Sello pikirkan, tapi mendatangkan dua orang itu adalah kesalahan. Karena mereka juga ada diingatan Chelsea yang terhapus, hal ini bisa saja menimbulkan luka untuk Chelsea. Tapi melihat Sello yang sudah tampak putus asa dengan keadaan Chelsea mungkin tidak masalah untuk mengikuti saran di bungsu itu.

"Kenapa kalian ke sini?" tanya Farhan dengan wajah datar.

Bukannya menjawab pertanyaan Farhan, Leon justru mengalihkannya. "Mana Chelsea mas?" tanya Leon menggebu-gebu.

Farhan menghela nafas, ia tunjuk ruangan di depannya dengan tangan dan menahan pemuda itu saat hendak mencoba menemui Chelsea. "Jangan sekarang ya Eon, Chelsea masih belum siap" ujar Farhan yang membuat Leon agak kebingungan.

Bagas menghela," Emosi Chelsea pasti masih belum terkontrol, kalau lo masuk yang ada semua barang bakal melayang ke lo" ucap Bagas yang pernah berpengalaman sebelumnya.

Leon menarik nafasnya, ia lepaskan tangan Farhan dan mencoba mengintip ke dalam lewat kaca kecil di pintu. Tampak gadis itu hanya duduk termenung sambil memeluk boneka kesayangannya.

"Sejak ingatannya balik, dia selalu gitu. Kadang emosinya memuncak dan bisa ngelukai dirinya sendiri" jelas farhan

Leon diam, lamanya sebulan telah berlalu. Gadis itu bahkan tampak luruh dengan pakaian rumah sakit, mata yang bengkak pastinya karena menangis tiap harinya. Penampakan gadis itu benar benar berantahkan, rasanya cukup menyakitkan untuk Leon melihatnya. Pemuda itu mendudukan badannya di bangku dan mengusap wajahnya, Sello yang melihat itu langsung memeluk Leon.

"Mbak Chel pasti bisa sembuh mas" ucap gadis itu

Leon tersenyum kecil sambil membelai rambut Sello, lucu rasanya melihat SMP seperti Sello mencoba menghiburnya. Padahal ia yakin gadis itu bahkan lebih butuh hiburan melihat mata lelah yang terpancar darinya.

Batas [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang