Matahari bersinar cerah, bertepatan dengan jam yang menunjukkan pukul sepuluh pagi. Kini kelas 11 MIA 2 sudah berkumpul di lapangan basket untuk melakukan pemanasan untuk mata pelajaran pendidikan jasmani dan rohani, tapi bukan 11 MIA 2 namanya jika melakukannya dengan benar. Bukannya pemanasan mereka justru melakukan gerakan aneh yang membuat satu kelas tertawa terbahak-bahak. Siapa lagi pelakunya kalau bukan kumpulan geng Hendra dan teman-teman, tapi hal itu tetap di ikuti oleh seluruh warga 11 MIA 2 di barengi dengan tawa yang memenuhi lapangan basket.
Karena pak Jaya tidak hadir, jadi mereka pun diperbolehkan melakukan olahraga bebas yang mereka mau. Anak laki-laki memilih memainkan bola basket, sedangkan yang putri menonton di tepi lapangan dan ada juga yang sudah ngeluyur ke kantin.
Mungkin kalau diliat sekilas mereka memainkan basket secara biasa tapi kalau semakin diliat jelas mereka seperti para pelawak yang sedang memainkan bola basket, karena lebih banyak tertawa dibanding memainkannya. Mereka sekarang mungkin lebih cocok dikatakan badut sirkus dibandingkan siswa sekolah menengah akhir, kadang Chelsea berpikir kenapa dia bisa berada di kelas yang isinya orang-orang bobrok yang bahkan ketuanya pun tidak ada bedanya. Jika dulu ia berpikir pemain basket adalah orang yang keren dan memiliki kharisma, tapi entah kenapa setelah melihat bagaimana cara teman-teman sekelasnya bermain khayalan Chelsea pun kini buyar seketika.
Bahkan sekarang mereka malah sibuk guling-gulingan di lantai untuk merebut bola yang dari tadi dipegang Hendra, membuat orang yang melihatnya tertawa terbahak-bahak.
"Heh bego lo kira ni gulat pakai guling-guling" ucap Johan merutuki kebobrokan temannya, sementara orang yang mereka teriaki tidak peduli sama sekali.
"Woi Hen sadar badan oi" teriak Roma sambil tertawa terbahak-bahak ketika melihat badan kecil Hendra dihimpit oleh sekelompok tim Ferdi yang didominasi berbadan bongsor.
Saat Chelsea sibuk tertawa memandangi teman sekelasnya, gadis itu langsung terlonjak kaget ketika ada seseorang menyenggol bahunya. Ia langsung menoleh kearah tersangka sambil mengusap ujung matanya yang berair bekas tertawa.
"Chel, Leon kalau main basket ganteng ya" ucap Tita sambil tersenyum memandang Leon yang sedang tertawa di pinggir lapangan. Mendengar ucapan tersebut Chelsea langsung memandangi gadis di sebelahnya dengan tatapan horor.
"Hm? Entah lah gue gak yakin soal itu" ucap Chelsea sambil memandang Tita dengan raut wajah prihatin.
"Hati lo susah banget ya nerima kenyataan Leon ganteng kayaknya Chel?" tanya Tita dengan raut wajah tak terbaca.
Chelsea tersenyum mengejek, "Sorry, first impression gue sama dia udah jelek. Jadi apapun yang dia lakukan tetap gak berkesan di mata gue" ucap gadis itu dengan sombong, membuat Tita langsung mencibir mendengarnya.
Tita mengenggam bahu Chelsea kecil, "Awas kena karma lo, biasanya yang kayak lo gini berakhir dengan rasa suka" ucap Tita yang tak diperdulikan oleh Chelsea, tampak gadis itu seolah masa bodo dengan hal tersebut dan kembali memerhatikan kebobrokan teman sekelasnya di lapangan.
Cukup lama waktu berlalu, akhirnya jam olahraga pun selesai dengan hasil akhir seri yaitu nol. Karena setelah aksi rebutan bola mereka malah berjoget ria di lapangan sehingga permainan tak lagi mereka lanjutkan. Saat Chelsea ingin beranjak pergi ke kelas, tangannya tiba-tiba ditahan oleh seseorang yang membuatnya kembali terduduk. Karena kaget tiba-tiba ditarik, Chelsea pun sambil memandangi orang tersebut dengan penuh heran.
"Liat Leon" ucap Tita sambil menunjuk kearah Leon.
Mau tak mau Chelsea pun beralih memandang Leon yang baru saja keluar dari koperasi, sambil meminun air pocari dengan rambut yang basah karena keringat. Jujur dalam persekian detik Chelsea terpesona, sampai akhirnya Leon pun menyadari ada seseorang yang melihatnya membuat Chelsea langsung salah tingkah sendiri karena ketahuan melihat Leon dengan wajah bodoh.
"Keren kan?" tanya Tita sambil memandang Chelsea jahil.
"Hm lumayan" ucap Chelsea menutupi salah tingkahnya
Bohong, dalam seperkian detik tadi ia akui Leon sangat keren bukan sekedar lumayan. Ia akui bahkan jantungnya sempat berdebar melihatnya, tapi ia ingin menghalau perasaan itu karena ia tau Tita menyukai Leon. Dan ia tak ingin menyakiti hati sahabatnya itu.
'Sial rupanya pemain basket minum pocari bukan perpaduan yang bagus buat jantung' batin Chelsea sambil menghela nafas, berusaha menenangkan jantungnya tadi tak karuan.
********
"Woi yang di dalam ambilin bekal gue dong di laci" teriak Dwi di luar kelas menunggu orang di dalam kelas memberikan bekalnya
"Cepat woi" teriak Roma
"Sabar, lagi ganti baju" ucap orang di dalam kelas yang bisa dipastikan suara Ferdi.
Jika di kelas lain mungkin laki-laki yang akan mengalah dan ganti baju di luar, tapi di kelas 11 Mia 2 hal itu tak berlaku.
Pernah sekali yang perempuan akhirnya bisa mengganti baju di kelas, tapi anak lelaki malah usil menggoyang-goyangkan jendela sehingga membuat perempuan kelas 11 Mia 2 trauma untuk ganti baju di kelas lagi.
Tak ingin ikut adu mulut dengan yang lain, Chelsea pun lebih suka menunggu dan melihat pemandangan sekolah dari kelasnya. Berhubung kelasnya berada di lantai dua.
saat matanya sedang menelusuri kawasan sekolah, tak sengaja matanya menangkap sosok Leon yang sedang berjalan menuju kantin.
"Ta, itu Leon kan? " ucap Chelsea pada orang di sebelahnya yang sedang duduk di lantai.
Ketika mendengar nama Leon disebut, Tita langsung berdiri dan mengikut arah pandangan Chelsea.
"Tadi bukannya kita duluan dari dia ya?" tanya Tita
"Nah itu gue bingung, kok tu anak udah ganti baju?" tanya Chelsea bingung sendiri.
Di sekolah, mereka diberikan dua baju olahraga. Baju pertama baju untuk olahraga, dan kedua untuk baju ganti ketika baju pertama basah karena karingat atau kotor.
"Emang gitu anaknya" ucap Roma yang tiba-tiba muncul entah dari mana.
"Tiba-tiba ngilang, tiba-tiba ada, kadang udah ada di kelas. Dia tuh kayak punya dunia sendiri" ucap Roma yang membuat dua orang di depannya membelalakkan matanya.
"Kalau lo beneran suka dia Ta, saingan lo itu bukan cewek satu sekolah tapi dunianya Leon" ucap Roma serius Tita tiba-tiba terdiam.
"Kalian gak mau masuk?" tanya Wendi dengan muka polos
Dan yang benar saja, saat Chelsea dan Tita berada di depan pintu mata mereka langsung fokus pada seseorang yang sudah ada di meja guru.
Cukup lama mereka terdiam sampai akhirnya mata mereka dan mata Leon pun bertemu dengan cepat Tita dan Chelsea membuang muka dan kembali ke tempat duduk masing-masing.
Chelsea sendiri tidak sadar kalau ada orang yang yang sejak tadi diam-diam memandangi nya.
Bersambung
Happy reading semuaa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Batas [Completed]
Novela JuvenilSetiap orang punya batas sendiri yang tidak bisa di lewati oleh orang lain. Batas yang hanya boleh di masuki oleh orang itu sendiri. Begitulah Chelsea memandang Leon. Seseorang anak pindahan yang memiliki aura aneh yang selalu punya dunia sendiri...