55. Tulus

7 1 0
                                    

"Gue gak niat basa basi, jadi mau lo apa?" tanya Leon yang baru saja datang langsung mengambil tempat duduk di sebelah Ziyan.

Ziyan mendehem sejenak, kemudian meletakkan tangannya di dagu seolah sedang berpikir. "Gue cuma penasaran, kenapa tu cewek bisa lupa sama pacarnya. Padahal waktu tu anak meninggal jelas-jelas itu cewek yang nangisin dia kan. Bahkan waktu kejadian itu dia juga ada di sana. Lo gak penasaran apa? Oh iya, sekarang kan lo pacarnya. Makanya bagus untuk lo kan, kalau misalnya dia gak tau apa-apa" ucap Ziyan dengan senyum menyebalkan.

Leon yang tidak tahan lagi langsung melayangkan tinjunya ke muka Ziyan, masa bodoh dengan tatapan kaget teman-temannya. Ia sudah berusaha menahan emosinya sejak tadi, bahkan sejak pemuda itu muncul dihadapan Chelsea.

"LO TAU GUE UDAH COBA NAHAN BUAT GAK MUKUL LO DI DEPAN CHELSEA, TAPI MAKIN GUE LIAT KELAKUAN LO KAYAK ANJI*G YA" ucap Leon dengan nada meninggi sambil terus memukul Ziyan. Tentunya Ziyan tidak menerima pukulan itu terus menerus, pemuda itu juga membalas pukulan Leon.

Orang-orang yang di tongkrongan mencoba ingin melerai, tapi perkelahian dua orang tersebut terlalu mengerikan, hingga akhirnya Putra datang langsung menarik Leon menjauh dan disusul Adit menarik Ziyan. Leon menatap Ziyan dengan mata tidak suka, ia lepas kasar pegangan tangan Putra sambil mengatur nafasnya.

"Udah. Lo pada gak malu apa berantem diliatin banyak orang gini" ucap Putra pada dua orang tersebut. Pemuda itu kemudian beralih menghadap Ziyan,"Udah lo pulang, awal lo datang kesini gue udah duga niat lo gak bagus" ucap pemuda itu ikut menatap Ziyan sinis.

Ziyan yang sudah merasa cukup terpojok memandangi ke arah Leon, kemudian berbalik pergi begitu saja. Sementara Leon berbalik menuju pondok dan merebahkan tubuh sambil menutup matanya, padahal ia sudah berjanji pada Chelsea untuk tidak berkelahi.

"Lo kenapa sih? Tumben gak bisa nahan emosi?" tanya Putra dengan hati-hati sebagai kakak laki-laki untuk Leon.

Leon menghela nafasnya, ia alihkan mukanya menjauhi pandangan dari Putra. "Dia orang buat Dimas meninggal" ucapnya singkat yang berhasil membuat Putra agak kaget. Ia memang pernah mendengar dari Leon jika waktu SMP ia punya teman ketua OSIS  bernama Dimas meninggal akibat senjata nyasar dari anak-anak tawuran di sekolah anak itu, dan ketua tawuran itu merupakan orang yang membenci Dimas karena menyebabkan ia berhasil dikeluarkan dari sekolah akibat kasus kekerasan dan berakhir pindah sekolah. Putra sebelumnya tidak tau wajahnya karena hanya biasa ia dengar dari ceritanya, makanya sewaktu pemuda itu datang ia tidak begitu waspada.

"Ia datang sekarang nginjar Chelsea, ia mau ngebuat Chelsea ingat sama Dimas" ucap Leon pekan masih dapat didengar oleh Putra.

Putra menghela, ia ambil kunci motor Leon dan membuka jok motornya. Untung pemuda itu masih membawanya, kotak P3K. Putra langsung menarik tangan Leon, menyuruh pemuda itu untuk duduk, untungnya Leon langsung nurut dan duduk dengan baik. Perlahan putra membersihkan luka Leon dan mengolesi obat merah pada luka di wajahnya. "Ini kalau ketauan Chelsea pasti tu anak marah sama lo" ucap Putra sambil mengobati luka Leon. Pemuda itu hanya diam, tidak berkata apa-apa karena memang salahnya.

"Jadi gimana lo mau nemuin Chelsea besok dengan muka kayak gini?" tanya pemuda itu pada Leon, kini Putra benar-benar selesai mengobati Leon. Putra letakkan kembali kotak tersebut ke jok Leon dan kembali duduk di sebelah pemuda itu.

"Lo bilang dia yang bunuh Dimas kan? Kenapa dia bisa lolos?" tanya Putra penasaran.

"Karena bukan dia yang bunuh, orang lain yang bunuh Dimas. Dia hanya ketua yang menjalankan semua rencana, setelah beberapa orang tertangkap dia berhasil keluar karena gak ada bukti dia yang nyuruh. Setelah itu dia gak pernah muncul, orang bilang dia pindah sekolah. Mungkin sekarang dia udah balik ke sini" jelas Leon lagi.

Setelah penjelasan Leon itu, mereka berdua kembali terdiam, sekarang yang hanya berani mendekati Leon hanya Putra. Karena pemuda itu yang paling tua di sana, bisa dikatakan ia sebagai kakak yang merawat mereka di tongkrongan. Leon mendehem pelan, ia alihkan pandangannya ke Putra,"Jangan bilang ke Chelsea soal kejadian hari ini ya, gue gak mau buat dia khawatir. Gue juga takut kalau dia nyari tau tentang Dimas karena hal ini, soalnya Ziyan tadi sempat nyinggung soal Dimas di depan Chelsea" jelas pemuda itu. Ia hanya berharap Chelsea tak punya rasa penasaran lebih untuk mencari tau hal tersebut.

Putra mengangguk,"Hm, gue juga gak niat ikut campur urusan kalian" ucap Putra lagi.

Leon diam, kemudian mendehem. Mereka diam, tak lama suara ponsel berbunyi. Dia orang itu terdiam sejenak, memandangi satu sama lain seperti menduga-duga ponsel siapa yang berbunyi. Saat Putra cek ponsel di saku ia baru sadar jika ponselnya yang berbunyi, pemuda itu langsunh terdiam melihat nama si penelepon. Ia pandangi ponselnya dengan penuh tanya, Leon yang penasaran ikut memandangi ponsel Putra. Saat melihat nama yang tertera pemuda itu terdiam, dua orang itu kini saling pandang.

"Sejak kapan lo punya nomor cewek gue?" tanya Leon sambil menatap sinis.

"Udah lama, tapi kami gak pernah kontakan sama sekali" ujar pemuda itu jujur.

Dia diam sejenak, kemudian menggeserkan tombol hijau di ponselnya. Ia dekatkan ponselnya di telinga sambil memandangi Leon.

"Hallo, ada apa Chel?" ucap Putra pada orang di seberang sana.

"Hallo kak, maaf ganggu. Leon ada di sana gak? Tapi ada orang gak dikenal datangin Leon, katanya dia nunggu Leon di tongkrongan. Semua baik-baik aja kan kak? Leon gak berantem kan? Gue khawatir soalnya dia gak bisa nahan emosi" ucap Chelsea penuh kekhawatiran di suaranya.

Putra diam, memandangi Leon yang ikut memandanginya seakan bertanya apa yang dikatakan gadis itu pada Putra.

"Dia gak papa kok Chel, semuanya baik-baik aja. Mana berani Leon berantem di depan gue, tenang aja" ucap Putra bohong.

"Syukurlah kak, makasih ya udah jagain Leon. Titip Leon ya kak" ucap Chelsea yang terdengar agak lega.

Putra terkekeh geli, "Udah kayak anak kecil aja Leon pake dititip segala, pokoknya lo tenang aja gue bakal jaga Leon dengan baik" ucap nya.

"Makasih banyak kak, kalau gitu udah dulu kak. Malam kak" ucap gadis itu.

"Malam Chel, tidur nyenyak" balas Putra yang langsung mendapati tatapan tajam oleh Leon.

Putra menghela nafas,"Heran gue, lo kalau udah gak sama dia nanti ni anak kasih ke gue aja ya. Lemah hati gue, baik banget" ucap Putra langsung mendapatkan tatapan maut dari Leon, hampir pemuda itu maju untuk memukul pemuda itu.

"Canda elah, lo sekarang yang nurut. Sekarang Chelsea nitipin lo sama gue, tadi dia tanyain lo berantem gak sama Ziyan. Dia kelihatan khawatir jadi gak tega pas gue bilang gak, jadi lo harus punya alasan baru untuk luka lo itu" ucap Putra.

"Makasih kak, maaf ngerepotin" ucap Leon

"Emang" sahut Putra lagi.

Ponsel Leon kini gantian berdering, menampilkan sebuah pop up massage di layarnya.

Chelsea : Kamu udah pulang, jangan malam-malam pulangnya. Kata mas Farhan belakangan banyak begal. Hati-hati ya

Pesan tersebut seketika membuat senyum Leon mengembang, kenapa dia banyak sekali berpikir sulit sedangkan gadis itu tulus menyukainya.

Batas [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang