53. Siratan mata

9 1 0
                                    

Leon menggoyangkan kakinya cemas, menatap langit-langit ruang OSIS dengan pikiran yang melayang entah kemana. Pemuda itu bulak balik memandangi jam yang ada di tangannya, jam makan siang hampir habis dan pemuda itu masih juga belum datang. Leon terus memandang ke arah pintu, berharap yang masuk adalah orang yang ia tunggu.

Cukup lama Leon menunggu, akhirnya pintu ruang OSIS terbuka. Menampilkan sosok yang ia tunggu sejak tadi, akhirnya pemuda itu dapat menghela nafas tenang, ia pandangi sosok Bagas yang berjalan menuju ke arahnya dengan santai.

"Sorry, gue ada perlu tadi sama anak kelas" ucapnya yang dimaklumi oleh Leon. "Jadi lo mau bahas apa?" tanya Bagas tak ingin berbasa-basi.

Untungnya mereka berdua memang bukan tipe orang yang akan berbasa-basi saat bertemu, jadi ia tak perlu lama-lama membuang waktu dengan pemuda itu. Lagipula dari awal memang mereka berdua memang tidak cocok untuk disatukan, jika bukan karena Chelsea mungkin ia malas untuk berhubungan dengan orang yang sudah mencampakkan temannya itu.

"Ziyan nargetin Chelsea, dia mau buat Chelsea ingat kejadian dulu" ucap Leon.

Bagas mendengar itu tak lagi terkejut. Sejak kemunculan pemuda itu ia juga sudah sadar jika gadis itu akan akan menjadi incaran Ziyan, apalagi melihat Chelsea dekat dengannya dan Leon. Semakin membuat pemuda itu ingin mengincar Chelsea. Bagas terdiam sejenak, menunggu Leon melanjutkan ucapannya."Gue minta tolong buat jagain Chelsea kalau misalnya gue lengah" ujarnya lagi

Bagas menghela,"Sejak awal emang harusnya Chelsea gak boleh dekat sama kita, kasian dia selalu kena imbas nya" ujar pemuda itu. Leon yang mendengar itu tidak dapat membantah, memang sejak awal salah mereka. Bahkan harusnya sejak awal mereka tidak pernah bertemu.

"Tanpa lo suruh gue juga bakal jaga Chelsea, tapi lo harus tau gue gak bisa selalu sama dia karena memikirkan pandangan orang apalagi Chelsea pacar lo. Kalau dia terlalu dekat sama gue, bisa aja orang-orang bakal berpandangan aneh sama dia" jelas Bagas, tentunya ia harus membatasi dirinya dengan Chelsea. Bukan karena Leon, tapi karena kehidupan sosial Chelsea. Pemuda itu tak ingin gadis itu di pandang sebagai gadis murahan karena tidak membatasi pertemanannya padahal sudah memiliki pasangan.

"Oke, setidaknya lo ngebantu aja udah cukup. Sisanya sama gue" ujar Leon.

Bagas mengangguk,"Tolong jangan buat Chelsea harus dirawat lagi, dia masih belum pulih. Dia bisa goyah kapan aja, gue gak mau liat dia kayak dulu lagi. Lebih baik dia lupa permanen dibandingkan harus kayak dulu" ucap Bagas serius, apalagi sudah menjaga Chelsea sejak dulu.

Leon mengangguk, ia sampai sekarang masih belum tau sebenarnya sakit apa yang di derita oleh Chelsea. Bahkan ketika ia bertanya pada semua teman gadis itu dan Bagas, tak ada satu pun orang yang memberi taunya. Rasanya Leon harus mencari tahu sendiri jawabannya. Percuma jika ia bertanya lagi, pasti di antara mereka tak ada yang mau menjawab.

Setelah pembicaraan itu, mereka kembali ke kelas masing-masing berhubung jam masuk juga sudah berbunyi. Leon melewati meja Chelsea, tampak gadis itu sedang tertidur, lebih tepatnya mungkin memejamkan mata dalam posisi tidur. Leon yang melihat itu tidak tahan untuk mengganggunya. Ia duduk di dekat meja depan gadis itu dan menumpukan kepalanya di tangan sambil memainkan rambut Chelsea, gadis itu yang merasa terusik menyingkirkan tangan Leon.

"Ma, jangan ganggu deh" ujar gadis.

Leon yang iseng hanya diam dan tersenyum, kali ini ia ambil rambut Chelsea dan memainkannya ke muka gadis itu. Chelsea yang kesal menghela nafas dalam,"Ma, jang-" kalimatnya terhenti saat melihat Leon sudah berada di depannya sambil tersenyum.

"Udah selesai isi baterai nya?" tanya pemuda itu sambil menepuk-nepuk pelan kepala Chelsea.

Chelsea agak tertegun, ia lalu tersadar saat mendengar ada beberapa anak kelas yang mulai meledeki mereka. Segera Chelsea halau tangan Leon, "Apaan sih Leon, masih di sekolah gak bagus kalau diliat" ujar gadis itu agak malu-malu.

Leon tersenyum tipis, "Berarti kalau gak di sekolah gak papa dong?" ucap pemuda itu lagi. Chelsea yang gemas memukul pemuda itu kesal, "Jangan aneh-aneh deh, jahil banget" ucap Chelsea. Leon pun tertawa kecil, rasanya senang bisa mengganggu gadis itu. Apalagi melihat reaksi yang Chelsea tampilkan, membuatnya gemas ingin rasanya mencubit pipi chubby gadis itu.

"Sakit tau Eon" ucap Chelsea sambil mengusap pipinya.

Leon terkekeh,"Siapa suruh gemesin" ucap pemuda itu. Chelsea yang mendengar itu pun menghela, entah kemana Leon si anak baru yang cuek itu pergi. Rasanya ia hampir tak mengenali siapa orang didepannya itu sekarang.

"Tadi gak berantem kan sama Bagas?" tanya Chelsea penasaran, karena ia dapat kabar jika Leon pergi menemui Bagas.

Leon diam sejenak, "Aman-aman aja. Cuma ngebahas bagaimana menjauhkan Chelsea dari anak futsal sekolah, sebelum jadi hak milik si ketua futsal" ucap pemuda itu agak ketus.

Chelsea yang merasa dirinya gak salah memutarkan kedua bola matanya, "Itu cuma bercandaan Leon, ihh kamu tu ya. Coba posesif nya di kurangin, lagian kak Adrian udah anggap aku kayak adeknya sendiri" ucap gadis itu sambil menepuk kecil kepala Leon.

Leon yang tak mau mendengar memalingkan wajahnya, masalahnya ia tau itu bukan candaan. Sebagai sesama laki-laki Leon tau mana tatapan suka dan tidak, dari tatapan pemuda itu jelas sekali matanya selalu mengarah pada Chelsea. Bahkan pemuda itu tak jarang tersipu hanya karena perhatian kecil dari Chelsea. Entah Chelsea yang tidak peka atau memang ia mencoba tidak memikirkannya. Apalagi gadis itu memiliki sifat yang cukup penyebalkan, yaitu berpositif thinking pada keadaan apapun. Ia yakin jika waktu kecil ia di ajak orang pasti gadis itu akan mau, saking positif thinking nya gadis itu.

"Siapa yang gak posesif kalau pacarnya di kelilingi cowok-cowok yang digosipin sama dia" ucap Leon sambil mengerucutkan bibirnya.

Chelsea mengelus rambut Leon gemas,"Lagian kan kamu tau aku cuma suka sama kamu" ucap Chelsea pelan yang hanya bisa di dengar oleh Leon. Pemuda itu tertegun sejenak memandangi gadis di depannya sedang tersenyum tipis menatap nya dengan mata teduh.

Leon hanya bisa terdiam, pemuda itu tidak bisa berkata apa-apa. Bukan karena ia tersentuh, hanya saja ia merasa bersalah dengan sahabatnya. Ia merasa tak layak dicintai gadis itu, sedangkan gadis di depannya itu adalah mantan pacar sahabatnya. Ia bahkan masih ragu, jika ingatan gadis itu kembali apakah ia masih menyukainya seperti ini?

"Udah masuk oy, pacaran mulu" ucap Dwi yang berhasil membuat Leon tersadar, pemuda itu cepat- cepat pindah ke tempat duduknya dengan wajah salah tingkah. Sedangkan Chelsea melihat pemuda itu bingung, entah kenapa ia merasa saat menatap pemuda itu matanya menyiratkan kesedihan.

Batas [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang