Pernah gak sih kalian merasa jadi sebuah buntalan kentang di antara para pizza?
Begitu lah perasaan Chelsea sekarang. Berada di tengah-tengah murid yang pintar dan aktif di kelas membuatnya merasa kecil, entah beberapa kali sudah ia mengeluh dalam hati sambil menghela nafas.
Saat Leon ditunjuk menjadi ketua kelompok tadi, Chelsea sudah meyakinkan diri dalam hati kalau ia tidak ingin masuk kesana. Apalagi melihat nama-nama anggotanya yang cukup membuat satu kelas merasa tidak adil. Tapi kenyataan berkata lain, tiba saat namanya dipanggil Chelsea langsung membelalakkan mata tidak percaya sambil melihat wajah sahabatnya yang sudah tertawa bahagia. Sementara di lain tempat bisa dilihat si juara kelas Reta dan Gina yang berada di kelompok sama dengan Leon sudah tersenyum bahagia sambil memandangi Chelsea, ia hanya bisa membalas sambil tersenyum kikuk.
Dan di sini lah ia sekarang, berada di antara para manusia yang sedang berdikusi tentang tugas Bahasa Inggris yang kurang ia mengerti. Mungkin bagi kalian itu terasa seperti biasa saja, atau malah bagus karena tidak perlu ikut andil dalam kelompok alias numpang nama. Tapi bagi Chelsea hal itu terasa seperti diasingkan, saat ia ingin mengatakan pendapatnya entah kenapa hal itu terus saja tertahan. Ia tidak bisa berkata apa-apa dan hanya mengikut saja, sebenarnya ia merasa sedikit tidak enak karena seperti memanfaatkan teman kelompoknya.
Kalau bisa dibilang sejak Chelsea berada di tempat kelompoknya ia tidak mengeluarkan suara sama sekali, ia hanya menyimak dan fokus pada dunianya sendiri. Mungkin sadar karena salah satu dari mereka ada yang tidak mengeluarkan suara sama sekali, Gina pun menyenggol bahu Chelsea yang membuat gadis itu tersentak kaget."Tumben lo diam Chel?"
Jelas saja setelah mengatakan hal tersebut, pandangan satu kelompok kini terfokus padanya. Kecuali Leon tentunya, anak itu sibuk membuka kamus untuk mencari kata. Merasa agak tidak nyaman dengan tatapan yang tertuju padanya, Chelsea pun mengeluarkan cengiran sambil mengeluarkan tawa garing "Oh gak ada. Lo tau lah, gue kan gak terlalu pintar bahasa Inggris jadi sorry aja kalau gak bisa bantu"
Mendengar jawaban Chelsea semuanya pun mengangguk paham seolah mengerti, sampai akhirnya Reta pun membuka suara sebagai pemecah keheningan."Jadi kapan kita kumpul untuk ngerjain ni tugas?"
"Terserah kalian sih gue ikut aja" ucap Gina yang dibalas anggukan setuju oleh yang lain.
"Ya udah. Nanti gue buat grup chat, kita diskusi di sana aja kapan waktu yang tepat" putus Reta yang kemudian bersamaan dengan bunyi bel istirahat.
Tidak ingin berlama-lama disana, Chelsea langsung pergi mengejar Roma dan Tita yang sudah dari tadi keluar dan meninggalkan Wendi yang masih sibuk mengurus kelompoknya. Di antara mereka berempat bisa di bilang Wendi yang lumayan pintar dalam Bahasa Inggris jadi tidak heran kalau dia dipilih jadi ketua kelompok.
Gadis itu tiba-tiba tersentak kaget ketika melihat lengan seseorang sedang asik melingkar di bahunya dengan sedikit menekan, wajahnya pun berubah menjadi datar ketika si pelaku menunjukkan wajahnya sambil tersenyum jahil. Tidak mau kalah Chelsea membalas rangkulannya dengan sedikit mencekik sehingga membuat Wendi merintih kesakitan.
"Lo kalau datang bisa gak buat kaget gak" ucap Chelsea sambil melepaskan rangkulannya namun berubah menjadi pukulan yang membuat orang-orang di sekitar mereka memandangi aneh.
"Ya maaf. Lagian kenapa tu muka lo, udah kayak bebek ?" tanya Wendi sambil memanyunkan bibirnya menirukan mulut bebek, melihat kelakuan sahabatnya itu Chelsea mendecih sebal.
"Gak ada" jawabnya dengan nada yang masih kesal.
"Lo udah sekelompok sama orang pintar masih aja cemberut" cercah Wendi yang langsung mendapat tatapan maut dari Chelsea.
KAMU SEDANG MEMBACA
Batas [Completed]
Ficção AdolescenteSetiap orang punya batas sendiri yang tidak bisa di lewati oleh orang lain. Batas yang hanya boleh di masuki oleh orang itu sendiri. Begitulah Chelsea memandang Leon. Seseorang anak pindahan yang memiliki aura aneh yang selalu punya dunia sendiri...