84. Kisah happy ending

4 1 0
                                    

"Chelsea, Leon udah nungguin" teriak Farhan dari arah ruang tamu.

Chelsea yang tadinya masih sibuk mencocok-cocokkan baju langsung keluar kamar menuju ke arah ruang tamu. "Bagus gak?" tanya gadis itu dengan raut wajah khawatir sembari menunjukkan baju yang ia kenakan.

Leon yang mendengar itu langsung memperhatikan Chelsea dari atas hingga bawah, pemuda itu kemudian menganggukkan kepalanya yakin sebagai jawaban. "Bagus kok" ucapnya jujur.

Chelsea mendecih kesal, "Ih yang bener Eon, kamu dari tadi bilangnya bagus mulu" ucap gadis itu rasa emosi karena sejak tadi apapun yang Chelsea kenakan pasti Leon akan mengatakan bagus. Bahkan jika yang ia kenakan baju tidur sekalipun, pemuda itu tetap akan mengatakan bagus. Padahal pendapat pemuda itu amat penting sekarang karena Leon akan mengajak Chelsea makan bersama keluarganya. Chelsea hanya tidak ingin tampil mengecewakan di depan keluarga Leon, apalagi ini pertama kalinya ia akan berjumpa keluarga pemuda itu lengkap.

"Beneran udah bagus Chel, tanya Sello coba" ucap Leon langsung melemparkan ke Sello.

Sello yang tiba-tiba namanya disebut mengerjap beberapa kali, ia pandangi Chelsea sambil menganggukkan kepala. "Iya mbak udah bagus, mbak udah ganti baju 3 kali loh mbak. Kalau mbak ganti lagi yang ada entar telat" peringati gadis itu yang dibalas anggukan setuju oleh Farhan.

Chelsea mendecih, ia pandangi sosok Leon yang tampak santai memakan santapan di atas meja tamu. "Kamu sih, gak bilang bakal makan malam keluarga. Kalau kamu bilang dari semalam kan aku udah siapain baju" ucap Chesea kesal sendiri. Bagaimana ia tidak kesal pemuda itu datang ke rumahnya mengatakan untuk mengajak makan malam keluarga secara mendadak, bahkan Chelsea masih belum siap-siap sama sekali.

Leon memutar bola matanya jenggah,"Kamu pake baju apa aja bagus Chelsea" ucap pemuda itu tidak berniat menggoda sama sekali namun terdengar seperti menggombali gadis itu.

Sello mendengar itu pun akting layaknya ingin muntah dengan tatapan muka agak geli, apalagi melihat sosok kakaknya seperti malu-malu kucing begitu. "Mual gue" ucap gadis itu.

Farhan pun mengangguk setuju, matanya melirik ke arah Sello. "Mas hampir muntah dek" ucapnya yang membuat Chelsea menatap dua saudaranya dengan tatapan ingin melempari mereka dengan batu.

Risa yang mendengar keributan dari dapur pun langsung berjalan menuju ruang tamu, wanita itu menatap heran putrinya yang masih berada di rumah. "Lah belum berangkat?" tanya wanita itu penasaran, mengingat Leon bilang mereka akan berangkat makan malam bersama keluarga Leon.

Sello mendengar itu pun langsung menyahut,"Mbak Chel masih bingung milih baju ma" ucap gadis itu yang mendapat pelototan tajam dari Chelsea.

Chelsea memanyunkan bibirnya,"Ini pertama kali nya makan bareng papa Leon juga, kan gak enak kalau pake baju biasa. Nanti dikira gak sopan" ucap gadis itu jujur. Jujur saja Chelsea agak khawatir jika harus bertemu keluarga Leon, ia takut jika ditolak sebagai pacarnya Leon.

Gelan yang tidak sengaja mendengar ucapan putrinya tersenyum kecil, "Chelsea, udah bagus. Percaya sama papa, udah kelihatan sopan kok" ujar pria tersebut dengan nada lembut.

Chelsea terdiam sejenak, ia pandangi baju yang ia kenakan. Setelan dress sederhana dengan rambut digerai, Chelsea menghela sejenak. Tampaknya memang lumayan sopan untuk pergi makan malam, setidaknya tidak membuat malu Leon.

Leon yang melihat Chelsea sudah tampak siap pun membuka suara. "Udah? Ayok" ujar Leon yang dibalas anggukan oleh Chelsea.

Chelsea dan Leon berpamitan dengan orang rumah Chelsea. "Om, Tante, mas Farhan, Sello pamit ya" ucap Leon yang dibalas baik orang orang tua Chelsea.

Batas [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang