31. Deja Vu

17 3 1
                                    

"Kenapa kaki lo?"

Chelsea menoleh ke arah sang penanya, ia pandangi sosok Alisya yang kebingunan karena tak menemukan luka sama sekali di kakinya. Gadis itu hela nafas sejek, ia hiraukan pertanyaan itu dan terus berjalan seolah tak mendengar.

Menyadari mood Chelsea yang buruk, Leon yang berada tepat di belakang agak mengambil beberapa langkah menyusul dua orang di depannya kemudian berdiri disebelah Alisya. "Gak pernah olahraga tu anak, jadi sekali diajak lari malah sakit semua badannya" ucap Leon memberi jawaban pada Alisya. Chelsea memutar kepalanya ke arah Leon. Memberikan tatapan tajam pada pemuda itu seakan ancaman untuk diam.

Melihat reaksi Chelsea, Alisya gak tertawa geli. Ia tau jelas bagaimana perasaan Leon sekarang, dulu ia juga pernah berada diposisi tersebut, saat Alisya mengajak Chelsea untuk olahraga dan berakhir dengan semua badan gadis itu sakit bahkan sampai tidak masuk sekolah selama sehari. Sudah bukan rahasia lagi jika anak itu tak menyukai olahraga, bahkan Alisya rasa hampir setiap orang yang sekelas atau berteman baik dengan Chelsea tau, berapa ia membenci itu. Chelsea bahkan pernah berbohong hanya untuk tak mengikuti bab pelajaran lari dengan alasan sakit perut dan berakhir dengan tidur di kelas.

"Lo olahraga Chel? Kesurupan apa lo?" tanya Alisya hampir tak percaya.

Chelsea mencoba bersabar, ia tatap gadis itu dengan wajah sangar, "Mending lo diam, dari pada tanya mulu bantuin gue kek" ucapnya kesal.

Raut Leon berubah, padahal ia sejak tadi sudah menawarkan membantu gadis itu dan ditolak dengan alasan ia bisa sendiri. Sekarang Chelsea malah meminta bantuan Alisya, sekarang Leon agak kebingungan harus apa. Alisya menyadari perubahan ekspresi Leon sedikit mengerti situasi saat itu, "Dih males, mending gue nyari Dwi buat minjam catatan" ucap Alisya.

Chelsea mendengus sambil terus berjalan dengan kaki sedikit menyeret lantai,"Serahhh".

"Titip Chelsea Eon, lo gendong juga gak papa" ucapnya Alisya sambil menepuk bahu Leon kemudian berlari pergi sebelum diamuk Chelsea.

Mendengar itu Chelsea bersiap memukul Alisya, tapi langkah gadis itu terlalu cepat membuat pukulannya meleset, "Hehh ngajak ribut lo ya" ucap Chelsea dengan menaikkan sedikit suaranya.

"Betulan mau digendong?" tanya Leon dengan wajah datar yang membuat Chelsea kebingungan harus bereaksi seperti apa.

"K-kagakkkk, bisa jalan gue" ucap gadis itu agak terbata dengan pipi yang memanas.

Chelsea mencoba mempercepat langkahnya, meninggalkan Leon yang berjalan agak lamban di belakangnya. Semakin banyak berinteraksi dengan Leon malah akan membuat wajahnya semakin memerah karena malu, apalagi mereka berada di koridor kelas dan pandangan kini tertuju kepada mereka.

Leon menyusul Chelsea lagi dan menyejajarkan langkah mereka.

"Sini tas lo, biar gue bawaian" ucap pemuda itu sudah bersiap memegang tas Chelsea. Chelsea yang kebetulanan memang sangat memerlukan bantuan itu tak ada alasan untuk menolak, ia lepas tas nya dan memberikannya pada Leon."Ini, makasih" ucapnya kemudian kembali mengambil langkah terlebih dahulu selama Leon membenarkan bawaannya.

Saat Chelsea mengira Leon akan sibuk membawa bawaan dan membiarkan berjalan duluan, ia salah. Karena tiba-tiba tangan pemuda itu melingkari pundak Chelsea dengan tangan kiri menyentuh hingga pundak kiri nya dan tangan kanan memegang lengan kanan nya layaknya orang sakit. Sontak adegan itu mengundang sorak dan tatapan kaget orang di koridor sekolah, bukan hanya mereka Chelsea yang mengalami adegan itu agak terkejut. Ia memundurkan tubuhnya, memberikan jarak antara ia dan Leon.

"Lo mau ngapain???" ucap Chelsea dengan suara berbisik.

"Gue bantu papah, biar cepat" jawab singkat Leon

Batas [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang