27. Posesif

27 1 0
                                    

Entah sudah berapa menit berlalu Chelsea berjalan terus tanpa arah, memandangi teman-temannya satu demi persatu mendapatkan pasangan lari bolak balik mereka.

Siang itu mereka mulai memasuki pelajaran olahraga dan pak Gilang memberikan waktu beberapa menit untuk mencari pasangan untuk pemanasan serta lari bolak balik. Awalnya Chelsea berniat mengajak salah satu dari sahabatnya, tapi sayangnya yang harus menjadi pasangan yaitu lawan jenis. Terus terang saja ini cukup menyusahkan nya, apalagi ia bukan orang yang dekat dengan lelaki di kelasnya. Bahkan sekarang saat hampir kebanyakan orang mulai mendapatkan pasangan olahraga, ia belum menemukannya sama sekali. Sempat terlintas untuk dirinya meminta bantuan pada Leon, ia juga menangkap pemuda itu meliriknya beberapa kali. Tapi Chelsea alihkan pandangannya, mencoba mencari orang lain. Lagi pula ia sudah mengatakan untuk tak berurusan dengan Leon di sekolah.

Chelsea kembali melihat jam, ia hembuskan nafas pasrah. Waktu untuk mencari hampir habis dan ia masih tak tau harus berpasangan dengan siapa, ia sudah pasrah dengan itu. Palingan ia akan berada di nomor urut akhir untuk lari bolak balik nanti.

Chelsea menundukkan kepalanya ke bawah, menatap lantai di depannya dengan lesu. Sampai akhirnya datang sepasang sepatu berdiri di depannya, Chelsea yang awalnya kaget karena mengira jika itu adalah pak Gilang langsung mengangkat kepalanya. Tapi anehnya, bukan pak Gilang yang di depan nya melainkan Ferdi. Dengan memancarkan senyum cerah, pemuda itu sudah layaknya pahlawan dalam masalahnya. "Lo mau jadi pasangan gue?" tanya pemuda yang berhasil membuat gadis itu tertegun.

Chelsea terdiam sejenak, memandangi pemuda itu yang masih tersenyum ramah seolah menunggu jawabannya. Melihat kejadian ini entah kenapa lucu rasanya, saat itu muncul niat Chelsea untuk mengerjai Ferdi. Berhubung biasanya pemuda itu yang biasanya gemar menjahilinya, sekarang gantian dia.

"Lo ngajak gue pacaran?"

Pertanyaan tersebut membuat Ferdi langsung membelalakkan mata terkejut, cepat- cepat ia membantah hal tersebut."Bukan, maksud gue pasangan olahraga. Kepedean lo" ucap Ferdi

Gadis itu bertawa kecil sambil menepuk bahu Ferdi pelan,"Becanda elah, gue tau kok maksudnya. Tapi jangan lo deh" tolak Chelsea dengan tak tau dirinya.

"Lah kenapa? Gue punya niat baik bantu lo" tanya Ferdi dengan menaikkan sebelah alisnya, pemuda itu sedikit tak mengerti dengan apa yang ada di dalam pikiran gadis itu.

Chelsea menghela nafas, ia alihkan pandangannya ke tempat lain, mencoba mencari apakah ada seseorang yang masih belum mendapatkan pasangan."Jangan lo pokoknya, kalau sama lo yang ada ribut".

"Tapi sayangnya lo gak bisa milih sekarang, karena cuma gue yang tersisa" ucap Ferdi dengan senyum mengejek.

Tentu Chelsea sadar betul akan hal itu, apalagi sudah cukup lama ia melihat sekeliling hanya untuk mencari apakah ada orang lain yang belum mendapat pasangan. Tapi seperti kata Ferdi, ia tak bisa memilih. Sekarang hanya tinggal orang di depannya itu lah yang tersisa. Sebenarnya Chelsea cukup senang bisa sekelompok dengan pemuda itu, apalagi Ferdi benar-benar sudah terkenal dengan bisa segala bidang olahraga. Pemuda itu juga cukup sering memenangkan lomba yang berhubungan dengan olahraga, tak ada cukup alasan untuk menolak pemuda itu. Bahkan rasanya ia yakin banyak orang di kelasnya yang ingin menjadi partnernya dalam bidang ini, apalagi siapa pelari yang mencapai batas waktu tertentu bisa mendapatkan nilai tambah. Tapi seperti biasa Chelsea tetap Chelsea, gadis itu terlalu banyak memikirkan hal aneh yang bahkan belum terjadi. Seperti sekarang, gadis itu takut jika ia hanya akan mempersulit Ferdi mendapat nilai bagus pada mata pelajaran ini, ia takut jika ia hanya akan menambah beban untuk Ferdi padahal pemuda itu yang justru memilihnya.

Chelsea mendehem pelan, ia anggukkan kepalanya kemudian menatap Ferdi dengan raut datar."Itulah kenapa gue ngerasa nasib gue buruk" ucapnya yang dibalas kekehan oleh Ferdi.

Batas [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang