48. Pengakuan tiba-tiba

16 1 0
                                    

Mungkin sudah 20 menit atau lebih Chelsea berjalan tidak menentu, mengelilingi sekolah sambil melihat beberapa stand adik serta kakak kelas. Jam makan siang sudah lewat beberapa menit lalu, tapi ia tak kunjung kembali ke stand kelasnya. Dari jauh ia sempat melihat kelasnya begitu ramai dengan pembeli, mungkin karena kelas mereka adalah kumpulan anak aktif organisasi jadinya yang datang kebanyakan hampir orang-orang dari berbagai organisasi.

Entah apa yang akan Chelsea lalukan sekarang, ia begitu malas untuk kembali ke stand kelasnya maupun ke ruang fotografi. Rasanya lebih seru berjalan tak menentu sambil melihat orang-orang yang begitu antusias dengan acara sekolah, Chelsea duduk di depan kelas 10 sambil memandangi orang lalu lalang. Dengan tangan sebelah kanan yang asik memakan jajanan, Chelsea keluarkan ponselnya sambil memainkan beberapa game.

Karena terlalu konsentrasi dengan apa yang ia mainkan, gadis itu sampai tidak sadar jika Leon sudah ada di sebelahnya sambil memperhatikan gadis itu bermain. Bisa dikatakan ini salah satu kebiasaan Chelsea, ketika gadis itu fokus mudah untuknya untuk menganggap orang di sekelilingnya tidak ada. Mungkin itu kenapa orang mengatakan Chelsea selalu punya dunia sendiri.

Leon mendekatkan tubuhnya sedikit ke arah Chelsea, memerhatikan setiap langkah yang dia buat dalam permainan. "Sibuk amat" ucap pemuda itu tanpa Chelsea sadari sudah ada di sebelahnya.

Chelsea terlonjak kaget, hampir ia melempar ponselnya. "Kok bisa di sini?" tanya gadis itu tak merasakan kehadiran Leon sama sekali.

Leon tertawa kecil, ia senderkan tubuhnya ke dinding sambil menarik Chelsea memundurkan tubuhnya kebelakang menyuruhnya ikut bersandar. Leon jatuhkan kepalanya ke pundak Chelsea lalu memejamkan matanya sejenak. "Habis ngecheck kelas-kelas, kamu udah selesai jaga?" tanya pemuda itu.

Chelsea terdiam, nafasnya tertahan. Ia lirik Leon yang tampak nyaman bersandar di bahunya, entah kenapa jantung ia seperti berdetak lebih cepat tanpa sadar senyuman terukir di bibirnya. "Udah, ni mau ke stand kelas, kamu gimana? Masih banyak keperluan?" tanya Chelsea melihat ke arah Leon.

Leon menggeleng di bahu Chelsea, terlihat seperti anak kecil yang menggemaskan."Gak terlalu" ucapnya.

Chelsea hanya diam, ia lirik Leon yang tampak ya nyaman tidur di bahunya. Perlahan tangan Chelsea meraih rambut Leon, mengelusnya tanpa memperdulikan beberapa pandangan yang melihat ke arahnya. Leon tak bergeming, pemuda itu menikmati tiao sentuhan Chelsea di kepalanya. Chelsea ambil kipas portabel yang ia bawa dan mengarahkan ke Leon sambil mengelap keringat pemuda itu dengan tisu yang sempat ia ambil dari pameran tadi.

"Kalau kamu udah agak gak sibuk, nanti ke stand kelas Alisya yuk. Tadi dia nyuruh aku mampir" ucap Chelsea

Leon mengangkat kepalanya, "Boleh, katanya mereka nyiapin photo booth" ujar Leon dengan mata menatap lurus ke Chelsea.

Chelsea juga sudah dengar dari Alisya jika kelas mereka menyediakan photo booth,"Kayaknya bakal lucu kalau kita foto, sejak jadian kita gak pernah punya foto berdua" ucap Chelsea sambil tersenyum, sebenarnya itu adalah kode yang ia berikan untuk Leon. Karena mereka memang belum punya foto berdua sama sekali.

Leon menepuk puncak kepala Chelsea kecil, kemudian menarik pipi tembam gadis itu."Soalnya tiap sama kamu aku gak pernah mikir buat foto, maunya ngabisin waktu aja" ujar pemuda itu.

Chelsea mendecih, ia tau jelas Leon sedang menggodanya. Lagian mereka telah berpacaran cukup lama, ia sudah terlatih dengan gombalan pemuda itu."Gak usah gombal" ucap Chelsea yang membuat Leon tertawa kecil, pemuda itu kemudian mengacak rambut Chelsea gemas.

"Eh nanti ke lapangan ya" ucap Leon

Chelsea menatap Leon heran, "Ngapain?" tanya gadis itu penasaran.

Batas [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang