Chelsea tersenyum cerah, ia lambaikan tangannya sembari menyapa."Hai" sapa gadis itu ramah tepat di depan pemuda itu.
Ziyan yang tadinya termenung sambil melihat orang-orang agak kaget dengan sapaan gadis itu, pemuda itu lansung mendecih kesal. Ziyan bersiap untuk pergi, tapi tiba-tiba tangan Chelsea kembali menahannya. "Jangan pergi dulu" ucap gadis itu dengan wajah seperti memohon.
Pemuda itu memutar bola matanya jenggah, menurutnya berurusan dengan Chelsea adalah hal yang paling melelahkan, apalagi harus mendengar gadis itu berbicara banyak. "Lo hobinya ngikutin orang ya?" ucap pemuda itu sambil memberikan tatapan tajam ke arah Chelsea.
Chelsea mendengar itu pun kaget, gadis itu langsung melepaskan tangan Ziyan seolah memandanginya dengan tatapan tidak terima. Lagipula jika bukan karena ia ingin mendapatkan informasi, Chelsea mana mungkin akan berbuat sejauh ini. Apalagi ia tau konsekuensi yang akan dia dapatkan jika kembali bertemu dengan Ziyan. Leon pasti akan kembali memarahinya habis-habisan, yang lebih parahnya mungkin mereka akan kembali berkelahi. Chelsea benar-benar berharap yang terakhir tidak terjadi, ia mungkin harus berkata jujur pada Leon setelah mendapatkan informasi yang ia mau.
"Geer bangat lo, ini taman rumah gue, ya suka-suka gue. Lo yang ngapain di sini?" tanya Chelsea seperti anak kecil di kompeknya ketika bertemu orang baru yang tiba-tiba main di tempatnya.
Namun, bukannya melawan Ziyan justru mengacuhkan ucapan Chelsea dan berjalan pergi. Untungnya gadis itu dengan sigap kembali menangkap tangan pemuda itu walaupun langsung mendapatkan tatapan yang jelas seperti sirih dan tidak suka. Tapi tentunya Chelsea tidak peduli dengan tatapan tersebut, gadis itu tetap menahan tangan Ziyan agar tidak kabur.
"Tunggu, duduk dulu. Lagian gue baru nyampe, tega lo ninggalin gue sendirian" ucap Chelsea sambil menunjukkan mata sedih. Tentunya hal itu sangat tidak mempan untuk seorang Ziyan, dengan ucapan tegas pemuda itu menjawab,"Tega".
Chelsea mengerucutkan bibirnya, sebenarnya ia pun tau jika itu tidak akan berhasil apalagi pemuda itu memiliki hati seperti batu bahkan lebih dari batu yang ia kira. "Udah duduk" ujar Chelsea sambil memaksa pemuda itu untuk duduk di sebelahnya.
Akhirnya walaupun dengan paksaan Ziyan berhasil duduk di sebelahnya, pemuda itu menghela nafasnya. Ia beralih memandangi Chelsea dengan wajah kesal. "Apa? Lo mau tanya soal Dimas kan? Jangan ke gue, gak bakal gue jawab" kukuh pemuda itu seperti memasang tameng yang sulit ditembus.
Chelsea tak habis pikir, gadis itu coba untuk bersikap lebih tenang dari Ziyan. Matanya menatap lurus ke arah pemuda itu, "Kenapa sih? lagian kalau lo bilang juga untung di lo. Lo bisa ngancurin Leon, Bagas, sama gue sekaligus" ucap gadis itu.
Dimas memalingkan wajahnya sejenak, membasahi bibirnya dan kembali menatap Chelsea. Pemuda itu benar-benar mencoba untuk mengontrol emosinya yang sudah ingin meluap, "Pertama, gue bukan orang yang suka nyeritain orang yang gak gue suka ke orang lain. Kedua, buat jatuhin Leon dan bagas sekaligus balikin ingatan lo, gue punya cara sendiri. Ketiga, tinggalin gue sendiri" ujarnya kemudian beranjak berdiri.
Chelsea mendengar itu mendecih kesal, "Nyebelin" itu lah kata tepat sekali untuk menggambarkan pemuda itu. Tapi sepertinya ucapan Chelsea tersebut terdengar oleh Ziyan, pemuda itu berbalik sambil menatap ke arah Chelsea.
"Lo jauh dari kata ngebelin" ujar pemuda itu lalu pergi begitu saja meninggalkan Chelsea sendiri.
Chelsea menghela nafasnya, ia gagal lagi. Harusnya gadis itu memang tidak berharap banyak dengan Ziyan. Sejak awal memang tujuan pemuda itu tidak jelas untuk menghancurkan siapa.
*****
"Chelsea?" panggil seseorang tiba-tiba dengan nada penuh ragu.
Chelsea yang awalnya hanya sibuk mengaduk minuman dan melihat instagram agak kaget dengan sapaan tersebut. Ia mengalihkan matanya ke sumber suara, hal yang ia temukan adalah sosok Raya yang berada di kasir seperti baru selesai memesan minuman. Chelsea agak kaget mencoba melambaikan tangannya ramah.
Setelah percakapannya dengan Ziyan, Chelsea memilih untuk singgah di kafe yang lumayan dekat dengan rumahnya. Awalnya ia ingin langsung pulang, tapi rasanya pasti akan bosan ketika mengingat tidak ada siapapun di rumah karena semua orang sedang pergi dan sibuk dengan kegiatan masing-masing. Jadi disinilah dia sekarang, di kafe sambil memesan minum kesukaannya.
Raya yang tampak selesai memesan minum langsung berlari mendekati Chelsea dan duduk tepat di depan gadis itu. Chelsea pun menyambutnya dengan senyuman hangat.
"Hai Ray, kok bisa di sini?" tanya Chelsea karena seingatnya rumah gadis itu lumayan jauh dari daerah tersebut.
"Kebetulan mampir, teman-teman gue banyak anak sini soalnya" ucap Raya, sementara Chelsea hanya mengangguk mengerti.
"Lo sama siapa ke sini? Sama cowok lo?" tanya Raya balik
Sambil tersenyum tipis Chelsea menggelengkan kepala kecil, "Oh gak, sendiri aja. Dia lagi sibuk soalnya" ucapnya.
Raya mengangguk dan menbentuk 'O' dengan mulutnya, dengan mata mata berbinar gadis itu menatap Chelsea penuh minat dengan tangan yang dilipat di meja. "Udah berapa lama lo pacaran sama yang itu Chel, siapa namanya? Lupa gue" tanya Raya mencoba mencoba mengingat nama pacar temannya tersebut tapi sama sekali tidak ada terbesit di kepalanya, ia benar-benar lupa.
"Leon" ucap Chelsea yang langsung diiyakan oleh Raya, seperti menemukan kembali ingatannya.
"Udah setengah tahun sih. Kenapa?" lanjut Chelsea sembari mengingat-ingat.
Raya menggeleng, "Oh gak, gue kira udah lama. Soalnya lo dulu bucin banget sama cowok lo yang dulu, gue kira gak bakal putus" ujar gadis itu mengingat kembali betapa bucinnya Chelsea dulu ke pacarnya, bahkan banyak yang mengira mereka tidak akan mungkin putus.
"Aduh, gue lupa nama mantan lo. Dimas ya kalau gak salah namanya, sering lo sebutin dulu" lanjut gadis itu.
Chelsea terdiam di tempat, seperti ada boom yang tiba-tiba dijatuhkan gadis itu benar-benar terkejut. Ia tidak menyangka nama yang selama ini ia cari datang sendiri tanpa diminta sama sekali, namun kali ini dengan berita yang jauh membuatnya kaget.
Raya menepuk Chesea kecil, "Lagian itu juga masa lalu, cowok lo sekarang kayaknya lebih baik dan bucin" ucapnya.
Chelsea yang langsung tersadar dengan tepukan Raya pun tersenyum kecil, pikirannya sekarang kemana-mana. "Hm bisa dibilang gitu" ucap gadis itu singkat.
Raya menoleh ke belakang Chelsea, namanya sudah dipanggil di kasir. "Oh iya gue pergi dulu ya Chel, salam buat Leon" ucap gadis itu kembali menepuk bahu Chelsea.
"Iya, salam juga sama kak Adrian" jawab Chelsea.
Raya pun langsung berdiri dan meninggalkan Chelsea kembali sendiri, Chelsea memejamkan matanya. Pikirannya kembali teringat dengan ucapan Raya, selama ini ia kira Dimas hanyalah temannya seperti Bagas. Ia benar-benar tidak menyangka memiliki hubungan seperti itu pada Dimas. Entah berapa banyak lagi rahasia dan ingatan yang tidak ia ketahui.
KAMU SEDANG MEMBACA
Batas [Completed]
Roman pour AdolescentsSetiap orang punya batas sendiri yang tidak bisa di lewati oleh orang lain. Batas yang hanya boleh di masuki oleh orang itu sendiri. Begitulah Chelsea memandang Leon. Seseorang anak pindahan yang memiliki aura aneh yang selalu punya dunia sendiri...