29. Persetujuan

21 2 0
                                    

Chelsea menyipitkan matanya, sesekali mencuri pandang ke arah ruang tamu. Sudah hampir 15 menit Leon dan papanya berbincang, tapi tidak ada satu pembicaraan yang terdengar oleh Chelsea. Padahal ia sangat penasaran dengan apa yang mereka bicarakan, bukan hanya penasaran. Jantung Chelsea turut berdegup kencang, memikirkan kemungkinan-kemungkinan buruk yang dibicarakan.

Di tempat lain, Risa yang melihat anak perempuannya itu tampak gelisah di pembatas meja dapur dan ruang tamu pun ikut mengintip, melihat sosok pemuda yang tadi dibawa anaknya ke rumah."Beneran pacar kamu mbak?" tanya Risa tiba-tiba, membuat agak Chelsea terkejut.

Chelsea yang tidak dapat mengelak lagi mencoba bersikap tenang dengan menganggukkan kepalanya pelan. "Iya ma" ucapnya agak malu-malu.

"Ganteng ya, keliatannya juga baik" ucap Risa sambil mengajak Chelsea duduk, mencoba menenangkan putrinya. Chelsea menanggapinya dengan senyuman, rasa nya agak canggung membahas tentang Leon pada mamanya. Mungkin juga karena Leon merupakan pacar pertama yang langsung dikenal oleh seluruh anggota keluarga.

Dari meja makan Chelsea kembali mengintip sekali lagi, memastikan apakah pembicaraan mereka sudah selesai apa belum. Tapi sama seperti sebelumnya, pembicaraan itu layaknya tidak berujung.

"Udah jangan diliatin mulu, pacar lo gak akan digigit sama papa" ucap seseorang dengan suara agak ngebass.

Chelsea menoleh, memandangi Farhan sekilas dengan muka memelas. Ia alihkan wajahnya tak peduli dan kembali mengintip ke arah Leon, mengacuhkan Farhan yang sedang duduk di depannya sambil memakan buah yang sedang dipotong Risa.

"Heh, lo mau tau bagian apa yang terberat dalam hidup cowok?" tanya Farhan yang berhasil menarik perhatian Chelsea dan Risa. Chelsea menaikkan alisnya memandangi Farhan dengan wajah penasaran.

"Saat di mana cowok minta izin ke bokap cewek buat ngegantiin dia buat jagain anak perempuan nya, sementara" lanjut Farhan yang agak membuat Chelsea tertegun

"Kenapa sementara?" tanya Chelsea yang agak bingung dengan kalimat akhir.

"Karena kalo di rumah kan lo gak perlu dijagain" jawab Farhan singkat. Chelsea hanya menjawabnya dengan ber'o' ria, membenarkan ucapan masnya itu.

"Dan lagi lo belum tentu jodoh, makanya sementara. Kecuali kalau lo udah nikah baru selamanya" lanjut Farhan lagi dengan santai sambil terus memakan buah.

"Pengalaman kamu sama Cece ya mas? Waktu ketemu ayah Cece" tanya Risa mencoba menggoda anak sulungnya.

Farhan menyengir, "Kalau itu perlu perjuangan lebih buat minta izin nya ma" ucap nya seolah membanggakan dirinya.

Chelsea menghela, jika benar apa yang dikatakan Farhan. Apa Leon bisa meminta izin dengan benar? Bagaimana jika Leon tidak mendapat izin? Chelsea benar-benar pasrah sekarang, yang bisa ia lakukan sekarang hanya menunggu Leon dan mempercayai pemuda itu.

Farhan yang masih bisa melihat kecemasan diraut adiknya mencoba menenangkan, "Tenang aja, kalau tu anak punya tekat pasti bisa" ucapnya yang disetujui oleh Risa.

Chelsea mengangguk, ia ambil beberapa apel di sana dan memakannya.

"Chelsea!!!"

Saat suara panggilan dari  Gelan memenuhi rumah, saat itu Chelsea benar-benar seperti kehilangan akal. Cepat-cepat ia berlari ke ruang tamu dengan mulut dan tangan yang masih penuh dengan apel. "Iya pa" ucap gadis itu segara menghabiskan makanan yang ada di mulut dan tangannya.

Gelan yang agak kebingungan dengan sikap putrinya mencoba untuk tetap berlagak tidak peduli, ia alihkan pandangannya ke Leon yang tampak mencoba menahan tawa melihat Chelsea. "Ini Leon udah mau pulang, antar gih. Udah malam, kasian kalau pulang ke malaman" ucapnya yang langsung dibalas anggukan oleh Chelsea.

Batas [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang