Pagi itu Chelsea benar-benar bersyukur. Karena saat ia bangun ternyata langit sudah menurunkan tetes air, gadis itu bahagia karna ia dapat menggunakan hoodie dan menutup kepalanya agar tidak adanya yang mengenalinya nanti. Sehingga ia pun terbebas dari pertanyaan-pertanyaan tentang semalam.
Lebih untungnya karena hujan sekolahnya pun pagi itu lumayan sepi, sehingga hanya ada beberapa murid yang baru datang. Walaupun begitu tak menutup kemungkinan mereka akan mengenali Chelsea karena ia sedang berada di koridor kelas sebelas, sehingga gadis itu tetap menutup kepalanya dengan hoodie.
Saat gadis itu berjalan melewati dua orang siswi 11 IIS yang sedang duduk di depan kelas mereka, sayup-sayup terdengar perbincangan mereka. Awalnya Chelsea yang tidak ingin ambil pusing akan hal itu, tapi ia langsung dibuat kaget saat mendengar berita yang baru saja dilontarkan salah satu dari mereka. "Udah tau gak kalau Leon putus sama pacarnya?"
Chelsea terdiam di tempat. Tanpa pikir panjang Chelsea pura-pura membenarkan tali sepatunya agar dapat mendengar perbincangan kedua siswi itu, walaupun sebenarnya ia tau itu sangat salah. Tapi rasa penasarannya lebih mendominasi saat itu.
"Hah kok bisa? Kan si Leon bucin banget sama tu anak" ucap temannya yang kelihatan sama terkejutnya dengan Chelsea.
"Ye mana gue tau" jawab siswi yang memulai pembicaraan itu.
"Belakangan ini banyak kejutan ya, pertama kak Bagas pacaran sama anak MIA 2, kedua Leon putus sama pacarnya" ucap temannya itu.
"Tapi menurut gue yang paling ngagetin hubungan kak Bagas sama tu anak sih. Tiba-tiba gitu, lagian tu cewek juga gak terkenal banget. Cantik juga gak, pipinya aja tu yang besar kek bakso" jawab siswi tersebut. Tentunya mendengar hal tersebut tubuh Chelsea langsung lemas. Baru kali ini ia mendengar omongan jelek secara langsung tepat di depan nya.
Chelsea tau betul mukanya yang terkesan datar sering menjadi bahan perbincangan, apalagi bersamaan dengan sifat cueknya semakin membuat orang pada takut saat berpapasan dengannya.
"Kalau gue dengar dari anak IIS 3, katanya mereka tu cuma temanan. Dia sama kak Bagas sama-sama ekskul fotografi jadi dekat. Cuma baru sekarang aja nunjukin kedekatan" ucap teman nya tersebut, saat itu ia langsung mengucapkan terima kasih pada Alisya karena telah membantunya menjelaskan. Walaupun ia tau masih banyak orang yang pastinya tidak percaya.
Tidak ingin mendengar lagi pembicaraan para gadis itu Chelsea pun melanjutkan jalan nya ke kelas. Sepanjang perjalanan ia masih aman karena belum ada yang mengenalinya.
Sampai di kelas, di sana benar-benar kosong. Mungkin bisa dikatakan kelasnya memang berisi kebanyakan anak pintar, tapi kalau soal telat kelasnya juga nomor satu. Chelsea hanya bisa menghela nafas sambil menaruh tasnya di atas meja dan membenamkan wajahnya.
Belum beberapa saat matanya terpejam, ia mendengar suara orang yang sangat familiar ditelinganya. Chelsea mengangkat sedikit kepalanya hanya untuk memastikan orang tersebut.
Alisya sudah berada kursi Roma dengan arah yang menghadap padanya. Gadis itu menyodorkan sepucuk surat. "Chel, nih surat" ucapnya
"Surat apa?" tanya Chelsea sambil menerima surat tersebut dengan perasaan bingung
"Surat sakit Leon" jawab Alisya
Chelsea terdiam, perlahan ia mulai membenarkan cara duduknya. "Kok lo yang ngasih" tanya Chelsea lagi.
"Itu tadi gue ke ruang OSIS, si Irfan ngasih surat Leon ke gue"
"Oh ya udah ya Chel, gue balik ke kelas dulu. Mau piket" Alisya sambil berlalu pergi
Chelsea kembali memperhatikan surat itu, entah kenapa ada perasaan aneh pada dirinya. Chelsea mengeluarkan ponselnya dari satu. Matanya terpaku pada sebuah tanggal dan hari, ia langsung mengalihkan fikirannya dan mencari aplikasi chat miliknya. Dengan cekatan gadis itu mengetik sebuah nama pada pencarian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Batas [Completed]
Teen FictionSetiap orang punya batas sendiri yang tidak bisa di lewati oleh orang lain. Batas yang hanya boleh di masuki oleh orang itu sendiri. Begitulah Chelsea memandang Leon. Seseorang anak pindahan yang memiliki aura aneh yang selalu punya dunia sendiri...