"Sialan"
Bagas menarik kerah baju Leon, melempar anak itu ketanah dan memukulnya dengan membabi buta. Tapi bukannya melawan, Leon justru hanya pasrah membiarkan mukanya lebam oleh pukulan Bagas. Pemuda itu layaknya orang kehilangan arah, ia tidak tau harus apa. Bahkan saat pelipis dan bibirnya mulai mengeluarkan darah segar, ia tidak bisa berbuat apa-apa. Tubuhnya seakan mati saat ingatannya kembali berputar pada wajah pucat Chelsea. Mengingat itu tubuh Leon semakin lemas, ia tidak dapat lagi merasakan betapa sakitnya pukulan Bagas yang makin menjadi-jadi.
Ia tidak tau apa yang terjadi padanya. Apa ia menyesal dengan pilihan yang dibuatnya sendiri?
Leon menatap Bagas dengan sendu, tapi hal tersebut sepertinya pecuma. Bagai tersulut api Bagas sudah terbakar amarah. Itulah yang tertanam jelas dipikiran Leon, ia tak menyangka Bagas akan marah sebesar itu. Tatapan tidak berminat, serta senyum tipis yang biasanya terukir tanya di wajah pemuda itu kini sirna dalam sekejap, saat ini yang terlihat hanyalah tahapan yang penuh emosi dan kemarahan yang mendalam. Masih jelas diingatan bagaimana raut wajah Bagas saat pemuda itu datang menemuinya dan menarik ia pergi kebelakang sekolah. Murkanya Bagas membuat semua jelas, betapa ia sangat menyayangi gadis tersebut.
"Kak Bagas berhenti"
Teriak Roma sambil berusaha membebaskan Leon dari amukan Bagas, Adrian yang juga ikut bersamanya dengan sigap menarik Bagas menjauh. Melihat itu Alisya seketika membatu, tubuhnya tak dapat bereaksi apa-apa saat melihat Leon sudah tak berdaya di sana. Roma terus meneriakkan nama Alisya, menyadarkan gadis itu yang sudah layaknya kehilangan nyawa.
Bagas menarik nafasnya dalam, ia memandangi Leon dengan penuh kebencian."Gue udah ingatin lo sebelumnya, jangan pernah ganggu ingatan dia, lo juga udah ngeliat seberapa pucatnya dia tadi pagi. Tapi apa yang lo lakuin ? Malah menambah ngerusak kesehatannya"
Alisya menggigit bibir bawahnya, gadis itu benar-benar takut.
Bukan
Ia bukan takut dengan kemarahan Bagas, melainkan ia takut harus berkata apa dengan ibunya Leon saat mengetahui anaknya babak belur. Alisya menundukkan kepalanya, ia tak berani melihat keadaan Leon yang berada tepat di depannya."Kak gue mohon udah kak" ucap gadis itu dengan suara bergetar
Bagas mengacak rambutnya frustasi. Mendengar suara bergetar Alisya ia malah merasa dirinya seorang penjahat sekarang. Pemuda itu beralih memandangi Roma yang tengah sibuk mengobati luka Leon dengan dengan kotak p3k yang sempat ia bawa."Apasih guna lo sekelas sama dia Ma? Lo bahkan gak ngehentiin dia" ucapnya
Roma menarik nafasnya dalam, ia berusaha tetap tenang dalam situasi tersebut. "Maaf kak, gue juga gak tau kalau dia bakal nampilin lagu itu" ucapnya sambil terus mengobati Leon.
"Emang apa hubungannya sih lagu itu sama ingatan Chelsea?" ucap Adrian sambil mengangkat sebelah alisnya penasaran. Sebenarnya Adrian tidak berniat sama sekali ikut dalam drama remaja yang tidak masuk akal itu, tapi karena ia merasa terus merasa penasaran dengan hubungan kedua hal tersebut akhirnya ia memberanikan diri untuk bertanya.
Adrian tidak mengerti mengapa ada sekumpulan orang yang rela menjaga seseorang tetap hilang ingatan. Bukankah seharusnya mereka akan berusaha melakukan apapun agar ingatan Chelsea kembali? Tapi yang di lakukan mereka justru sebaliknya. Hal tersebut tentu menjadi tanda tanya besar di kepala Adrian, apalagi hal tersebut bisa membuat seorang Bagas mengamuk.
"Lagu itu dulu sering dinyanyiin seseorang buat Chelsea, lagu itu punya makna tersendiri buat dia. Lagu itu bisa micu ingatan kelam dia balik" jelas Bagas.
"Maaf Gas" ucap Leon lirih, cuma kata itu yang dapat ia katakan.
"Kita udah bahas ini sebelumnya Eon malam itu dan lo keliatan ngerti akan hal itu, tapi kayaknya lo emang punya niatan lain. Ingat Eon lo punya janji sama dia bakal jagain Chelsea, gue juga tau kalau janji itu yang buat lo balik ke sini lagi kan. Gue gak pernah sama sekali ikut campur apapun pilihan lo asal itu gak berbahaya buat Chelsea. Tapi semakin hari gue merasa lo gak niat jagain dia sama sekali, lo berniat buat balikin ingatan lama dia kan?" tanya Bagas yang berhasil membuat semuanya kaget, tapi tidak dengan Leon yang hanya diam saja seolah membenarkan hal tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Batas [Completed]
Ficção AdolescenteSetiap orang punya batas sendiri yang tidak bisa di lewati oleh orang lain. Batas yang hanya boleh di masuki oleh orang itu sendiri. Begitulah Chelsea memandang Leon. Seseorang anak pindahan yang memiliki aura aneh yang selalu punya dunia sendiri...