73. Stop asking about Dimas

7 1 0
                                    

"Sekarang cerita sama aku soal Dimas"

Chelsea menatap lekat Leon dengan wajah memerah. Dadanya sesak, rasa kesal dan kecewa bersatu seakan menekannya. Setelah mendapat informasi dari Raya, Chelsea langsung menelepon Leon untuk menemuinya di taman. Tentunya pemuda itu langsung datang dengan raut wajah khawatir, Chelsea yakin pemuda itu langsung datang tanpa berpikir panjang setelah ia menelepon meminta datang tanpa berkata apapun lagi.

Mendengar pertanyaan Chelsea tersebut Leon langsung menghela nafas, tampak sepertinya pemuda itu pun lelah dengan pembahasan soal Dimas itu. "Chel, aku kan udah bilang tunggu waktu yang tepat" ucap Leon sambil memegang pundak Chelsea mencoba bersikap tenang dan dewasa pada gadis itu.

Chelsea menepis tangan Leon, "Kenapa aku harus nunggu untuk tau apa yang terjadi sama mantan aku" ucap Chelsea manatap sinis.

Leon langsung tersentak kaget, matanya menatap Chelsea dengan penuh arti. "Kamu tau dari mana?" tanya pemuda itu.

"Jelasin Leon" ucap Chelsea singkat tanpa mengubris pertanyaan Leon.

Leon membasahi bibirnya, menatap Chelsea lekat. Ia pegang kembali pundak gadis itu, "Untuk sekarang gak bisa Chel" jawab Leon. Entah seberapa banyak Chelsea mengetahui soal Dimas, pastinya ia tidak akan mengatakan semuanya sebelum gadis itu benar-benar siap ikhlas dan menerima kenyataan yang terjadi selama ini.

"Kenapa? Kamu tinggal jelasin aja apa susahnya sih Leon" ucap Chelsea masih tidak mengerti dengan pemuda itu, ia hanya ingin tau siapa sosok Dimas yang selalu disebut orang-orang hingga sekarang ia tau kalau jika pemuda itu mantannya.

Leon mencoba tenang, "Karena aku gak mau kamu hilang lagi, pingsan lagi, masuk rumah sakit lagi. Kamu belum siap Chelsea" ucap pemuda itu dengan nada lirih. Pemuda itu menarik nafasnya, "Bahkan sekedar liat foto kamu sama dia aja kamu belum siap, apalagi untuk tau semuanya" lanjut Leon.

Pemuda itu mengusap wajahnya kasar, ia menghela nafas kasar. Ia benar-benar hanya ingin kesehatan Chelsea sekarang, memikirkan gadis itu harus kembali ke rumah sakit dan menghilang berbulan-bulan cukup membuat pemuda itu frustasi dan hilang akal. Tapi sepertinya gadis itu tidak memikirkan sama sekali konsekuensi yang akan dia dapatkan jika mengingat semuanya secara tiba-tiba sekarang.

"Kamu belum siap Chel, aku cuma gak mau kamu balik lagi ke rumah sakit. Kamu gak tau kan betapa kalutnya aku waktu kamu hilang berminggu-minggu. Itu baru kamu liat foto, kalau kamu tau semuanya bisa aja kamu hilang berbulan-bulan tanpa kabar. Setidaknya tolong pikirin keluarga kamu" jelas Leon.

"Jadi tunggu sebentar lagi ya Chelsea, tunggu kamu siap dan aku juga siap" lanjut pemuda itu mencoba meminta pengertian dari gadis itu, lagipula semua yang Leon lakukan juga demi kebaikan gadis itu.

Chelsea yang sejak tadi diam pun menunduk, rasanya entah kenapa ia seperti orang jahat di sini. Padahal pemuda itu hanya melakukan hal terbaik agar gadis itu sembuh, tapi sepertinya justru terlihat ia yang tidak ingin sembuh dengan ingin mengingat kembali orang yang bernama Dimas itu. Chelsea sendiri tidak mengerti hubungsn seperti apa yang terjadi antara ia dan Dimas hingga harus berakhir kerumah sakit jiwa.

"Emang dia seberarti itu ya Eon, buat aku? Sampai aku harus ngalamin ini semua" tanya Chelsea lirih sambil menundukkan kepala.

Leon menarik Chelsea dalam pelukannya, membenamkan wajah gadis itu di bahunya dan mengelus pucuk kepala pelan."Dia berati buat kita semua Chel, aku, Bagas, kamu. Dia berati buat kita" bisik Leon.

Leon memberikan jarak antara ia dan Chelsea,"Sekarang aku antar pulang ya, tolong jangan dipikirkan terlalu keras. Berhenti mikirin dia untuk sebentar aja, aku cuma mau kamu tenang" ucap Leon yang langsung mendapat anggukan oleh Chelsea.

Leon mengacak rambut gadis itu pelan, mengajaknya naik ke motor dan bersiap untuk pergi. Tampak gadis itu lebih tenang dari sebelumnya. Leon hanya berharap untuk ke depannya tidak ada pertanyaan soal Dimas yang keluar dari gadis itu.

*******

Chelsea membuka pintu rumahnya, setelah berpamitan dengan Leon ia langsung masuk ke rumah dan berniat untuk langsung tidur karena terlalu lelah memikirkan semua yang terjadi hari ini.

Saat gadis itu melewati pintu kamar mas Farhan gadis itu mencoba mengintip apa yang sedang dikerjakan oleh mas nya, tampak sepertinya Farhan sedang sibuk dengan tugasnya. Tanpa pikir panjang Chelsea langsung masuk ke kamar Farhan dan tidur di kasur pemuda itu.  Farhan pun tampak tidak terganggu sama sekali. Gadis itu hanya diam, memandangi langit-langit kamar atau bahkan memainkan hp hanya untuk membunuh waktu.

Ketika Chelsea sudah mulai bosan gadis itu meletakkan hpnya, memandangi punggung Farhan yang tampak masih sibuk dengan tugasnya.

"Mas" panggil Chelsea

Farhan mendehem pelan,"Apaan?" tanyanya.

"Aku lupa ingatan karena Dimas kan mas?" tanya Chelsea sambil menundukkan kepalanya dan mamainkan jari tangannya.

Farhan mendengar itu agak terkejut, ia alihkan badannya ke arah Chelsea. Memandangi gadis itu seutuhnya dengan wajah datar. "Gak, kamu lupa ingatan karena kecelakaan" ujar Farhan.

"Tapi kenapa aku dirawat di rumah sakit jiwa? Bukan rumah sakit biasa?" tanya Chelsea, lagi pula sejak dulu ia selalu penasaran akan hal itu. Orang rumahnya selalu mengatakan ia mengalami kecelakaan dan hilang ingatan sehingga membuatnya harus konsultasi ke dokter. Namun bukannya rumah sakit biasa tapi ia malah datang ke rumah orang yang bahkan Chelsea dulunya tidak kenal siapa dia.  Setelah sekian lama akhirnya ia baru sadar jika dokter itu adalah dokter yang bekerja di rumah sakit jiwa.

"Chelsea dengar, kamu lupa ingatan sekarang gak ada kaitannya sama dia. Jadi tolong jangan dipikirin lagi" ucap Farhan sinis, bahkan kakak sulungnya tidak pernah sesinis itu sebelumnya.

Chelsea mendecih,"Kenapa rasanya semua orang selalu menolak kalau aku tanya soal Dimas, gak Leon gak mas semua menghindar" ujat gadis itu.

Farhan menghela nafas, "Karena itu gak penting, yang penting sekarang fokus ke kesehatan kamu. Kamu udah minum obat belum?" tanya pemuda itu lagi dengan wajah mengintimidasi.

Chelsea terdiam, ia mengalihkan wajahnya tidak mau melihat ke arah Farhan dan pergi begitu saja kembali ke kamarnya. Melihat itu Farhan pun langsung mengikuti Chelsea dari belakang.

"Nah kan, gimana orang gak khawatir Chelsea. Kalau kamu sendiri justru nunda buat sembuh" ucap Farhan kesal dengan adik tengahnya itu, padahal dokter sudah menyuruhnya untuk rajin mengonsumsi obat tersebut tapi gadis itu selalu aja menunda bahkan lupa untuk meminum obatnya. Itulah yang membuat Farhan selalu kesal, padahal orang lain sedang mengkhawatirkan kesehatannya tapi gadis itu sangat tidak mempedulikan hal tersebut.

Batas [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang