"Mbakkk Chellll, mas Leon udah nunggu loh" teriak Sello sambil mengetuk kamar Chelsea kencang.
Chelsea yang sedang memperhatikan penampilannya di cermin langsung cepat-cepat mengambil tasnya, memasukkan beberapa hal yang penting dengan cepat. "Sebentarr" jawab Chelsea.
Gadis itu membuka pintu kamarnya, segera ia berjalan menuju ruang tamu. Mengintip sedikit memastikan keberadaan sosok Leon dan seperti yang dikatakan Sello, Leon benar-benar ada di sana. Pemuda itu tampak sedang seru-serunya berbicara dengan mama, papa, dan mas Farhan, terbukti dengan senyum merekah yang pemuda itu tampilkan. Sembari memperhatikan Leon tanpa sadar ujung bibir Chelsea pun terangkat, mungkin bisa dikatakan itu senyuman tulus kesekian kalinya ia liat semenjak Leon bersamanya. Chelsea senang sekarang Leon bisa lebih banyak mengekspresikan emosinya dibandingkan dengan dulu yang seperti pura-pura tersenyum dengan mata yang sedih.
Chelsea menarik nafasnya sejenak, ia langkahkan kakinya mendekati Leon. Sadar akan kehadiran seseorang yang mendekatinya, Leon pun langsung mengalihkan pandangan ke sebelahnya. Tampak Chelsea sudah siap untung berangkat sudah berdiri di sebelah orang tuanya , Leon langsung berdiri memberikan senyum tipis pada gadis itu."Udah?" tanya Leon lembut. Tanpa perlu berpikir panjang Chelsea pun langsung menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.
"Ma, pa, mas, Sello. Mbak berangkat dulu ya" ucap Chelsea sambil menyalim satu persatu keluarganya, diikuti oleh Leon di belakangnya.
"Iya hati-hati. Leon juga, bawa Chelsea hati-hati. Anaknya emang ringan, jadi selalu di check, takutnya terbang kebawa angin" ujar Farhan yang langsung mendapat tatapan tajam dari Chelsea. Leon menganggukkan kepalanya, antara yang bingung bereaksi seperti apa. Chelsea langsung menarik tangan Leon untuk langsung pergi.
"Udah Eon jangan didengerin, Chelsea berangkat" ucap Chelsea terakhir kali."Iyaa hati-hati" jawab mama singkat.
Leon langsung berjalan menuju motornya, memberikan satu helm pada Chelsea selagi ia menyalakan motor. "Kak Bagas gimana? Udah di sana?" tanya Chelsea memastikan. Bisa gawat jika hanya ia dan Leon yang membeli, sedangkan mereka tidak tau apa yang dibutuhkan.
Leon menganggukkan kepalanya,"Katanya sih udah" jawab Leon kembali mengingat pesan terakhir yang Bagas kirimkan padanya. Jangan tanya kenapa ia bisa mengirimkan pesan pada orang itu, jelas saja penyebabnya adalah Chelsea. Jika bukan karena ia yang menyuruh mungkin ia tidak akan pernah mengkontak Bagas.
Chelsea menganggukkan kepalanya, dengan sedikit bantuan Leon ia pun menaiki motor tersebut. "Pegangan, takutnya lo terbang" ucap Leon.
"Iyaaa" ucap Chelsea, gadis itu pun memegang tepian jaket Leon. Masih belum terbiasa untuknya melingkarkan tangan di pinggang Leon. Tapi sepertinya pemuda itu langsung menyadari bentuk pegangan dari Chelsea. Ia raih kedua tangan Chelsea, menuntun tangan gadis itu melingkarkan tangannya di pinggangnya dan menepuk pelan tangan Chelsea. Entah kenapa rasanya perbuatan kecil Leon itu langsung membuat jantung Chelsea terasa ingin keluar.
Leon menghadapkan wajahnya ke arah Chelsea, memperhatikan Chelsea yang tampak diam dengan wajah yang menyentuh punggungnya. Gadis itu terlihat menggemaskan layaknya anak SD yang ingin di antarkan orang tuanya ke sekolah.
"Kita berangkat ya" ucap Leon.
Mendengar suara Leon itu, Chelsea pun mengangkat wajahnya. Memandangi Leon dengan wajah datar sambil mengangguk. Setelah Leon mendapat persetujuan dari Chelsea motornya pun langsung melesat, meninggalkan daerah rumah Chelsea.
Sepanjang perjalanan, Chelsea sibuk melihat bermacam gedung pencakar langit. Bersamaan dengan angin yang menerpa wajahnya, perlahan bau parfum Leon tercium. Bau yang dulu sangat ia benci karena terlalu menyengat sekarang mencari bau favorit nya, entah kenapa menurutnya baunya tidak setajam itu sekarang.
"Mama papa ngomong apa tadi?" tanya Chelsea yang masih bisa di dengar oleh Leon.
"Jagain lo" jawab singkat Leon.
Chelsea diam, menganggukkan kepalanya mengerti dan kembali membenamkan wajahnya di punggung Leon.
*******
Leon memberhentikan motornya di depan toko.
"Tunggu sini aja Chel, gue nyari parkir" ucap Leon yang langsung di balas anggukan oleh Chelsea. Tangan pemuda itu langsung terulur melepaskan helm Chelsea. Gadis itu hanya bisa diam, memandangi wajah Leon yang begitu serius membuka helmnya, derisan aneh mulai terasa di tubuhnya. Pipinya memerah.
Leon yang mencuri pandang ke arah Chelsea, melihat gadis itu tengah memandanginya dengan pipi memerah dan mata membesar. Pemuda itu terkekeh, Chelsea yang tidak mengerti pun hanya diam memerhatikan pemuda itu dengan wajah bingung. Setelah Leon berhasil melepaskan helm di kepala Chelsea, ia letakkan helm itu ke tempat semula. Ia pandangi Chelsea sejenak, kemudian mengulurkan tangannya menepuk pelan kepala Chelsea.
"Kalau salting jangan keliatan Chel, jadinya gemes" ucap Leon kemudian pergi begitu saja setelah berhasil membuat Chelsea membatu.
Sejenak Chelsea terdiam, wajahnya perlahan semakin memerah, matanya membesar, jantungnya terasa ingin loncat keluar. Chelsea menutup wajahnya dengan tangan, mencoba berteriak tanpa suara. Dia coba tenangkan jantungnya dengan mengatur pernafasan. Setelah ia rasa debaran jantungnya sudah mulai mereda, Chelsea ambil ponselnya di tas, mencari kontak Bagas dan menekan tombol panggilan di sana. Chelsea dekatnya ponselnya di telinga sambil menunggu panggilan tersebut tersambung.
Tapi belum sempat panggilan tersebut terangkat Leon langsung mengambil alih ponsel Chelsea, ia perhatikan panggilan itu tertuju ke siapa kemudian menempelkan ponselnya ke telinga. Chelsea yang masih agak kaget hanya diam memandangi Leon yang menyuruhnya untuk diam.
"Halo Chel" ucap orang seberang ketika panggilan tersebut tersambung.
"Halo, ini gue pacarnya Chelsea. Lo dimana?" tanya Leon dengan nada soknya.
"Udah di dalam masuk aja, gue tunggu di tempat main anak" ucap Bagas.
Tanpa ucapan salam atau apapun itu Leon langsung mematikan panggilan begitu saja sebelah pihak, Chelsea yang awalnya ingin protes hanya bisa terdiam. Permasalahan berdebat dengan Leon tidak akan selesai, lagipula ia tidak mau emosi untuk hari ini.
"Ayok, dia udah di dalam" ucap Leon sambil memberikan ponsel milik Chelsea. Chelsea langsung menggapai ponsel tersebut dan meletakkan tangannya dalam tas, tapi tangan Leon tetap masih dalam posisi yang sama. Chelsea memandangi pemuda itu dengan raut wajah kebingungan.
"Kenapa?" tanya gadis itu singkat
Leon melirik tangannya, "Sini gandengan, buat lu gak hilang" ucap pemuda itu.
Chelsea tergelak kemudian meletakkan tangannya dia atas Leon, "Alasan. Bilang aja lo mau gandengan sama gue kan" ucap Chelsea bercanda.
Leon tersenyum,"Iya gue mau gandengan sama lo. Ayok" ucap pemuda itu berhasil membuat Chelsea agak tertegun. Memang salahnya yang memancing Leon duluan. Harusnya ia tidak mengatakan hal tersebut untuk ketenangan jantungnya. Rasanya hari ini terasa begitu seperti roller coaster, jantungnya terus saja naik turun. Jelas pelakunya adalah Leonarld Valhendra, jujur saja Chelsea tidak menyangka Leon dapat membuatnya seperti orang linglung begitu. Orang yang dulunya begitu tidak ia suka sekarang justru menjadi orang yang amat ia suka. Mungkin benar kata pepatah untuk tidak terlalu membenci seseorang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Batas [Completed]
Fiksi RemajaSetiap orang punya batas sendiri yang tidak bisa di lewati oleh orang lain. Batas yang hanya boleh di masuki oleh orang itu sendiri. Begitulah Chelsea memandang Leon. Seseorang anak pindahan yang memiliki aura aneh yang selalu punya dunia sendiri...