60. Something lost

10 1 0
                                    

Keluarga Chelsea tiba di rumah sakit, Chelsea langsung dibawa ke ruang inap. Gadis itu diberikan obat penenang untuk menghentikan aktivitas menyakiti dirinya, sementara itu keluarga Chelsea menunggu di depan kamar.

Farhan yang melihat dokter Rahma keluar langsung berdiri, dokter tersebut berjalan mendekat dengan wajah yang tampak berat.

"Sepertinya ada yang memicu ingatan Chelsea, ngebuat dia agak kaget dengan informasi yang dia dapat secara mendadak. Tapi gak papa, untuk sekarang udah dikasih obat. Kemungkinan Chelsea harus kembali untuk terapi, jadi malam ini coba biarin Chelsea rawat inap terlebih dahulu untuk liat bagaimana kondisinya".

Penjelasan tersebut cukup mengagetkan keluarga Chelsea, terutama dengan mamanya. Wanita paruh baya itu hampir tejatuh lemas, untungnya sang suami dengan sigap menopang  dan menuntunnya untuk duduk di kursi tersedia. Mereka terlalu takut jika Chelsea harus kembali seperti dulu lagi, padahal belakangan gadis itu sedang merasa bahagia dengan hari-harinya. Tapi entah kenapa selalu saja ada yang menghancurkan, seakan gadis itu tidak berhak untuk bahagia.

Farhan menundukkan kepalanya kecil, "Makasih banyak dok" ucapnya mewakilkan.

Pemuda itu mengalihkan pandangan, menatap kedua orang tua dan adiknya bergantian. "Mama, papa sama Sello pulang aja. Biar Mas yang jaga" sarannya. Apalagi melihat kedua orang tuanya yang tampak kelelahan dan sang adik yang harus sekolah besok, tidak mungkin ia tega membuat kedua orang tuanya ikut berjaga.

Risa menggeleng kepala, ia tarik nafas dalam sambil melepaskan genggaman tangan suaminya. "Gak. Mas, Papa sama Sello pulang aja, besok kalian masuk kan?" ucap wanita itu memandangi suami dan kedua anaknya. Ia benar-benar tidak bisa meninggalkan Chelsea, rasa khawatirnya akan terus bertumbuh jika ia meninggalkan putrinya itu.

"Sello gak mau sekolah, mau nemenin mbak Chel. Pokoknya Sello bakal temanin mbak Chel sampai dia bangun" tolak Sello, harusnya ia yang berjaga karena ini semua salahnya. Jika saja cepat menyadarinya pasti Chelsea tidak seterluka itu. Lagi pula, Ia akan terus merasa cemas jika harus pergi sekolah dengan perasaan tersebut. Setidaknya ia harus memastikan jika keadaan mbaknya baik-baik saja.

Farhan juga menolak terang-terangan, "Mas juga bakal jaga, mas kan bisa pakai jatah absen mas. Jadi mama tenang aja" ujar pemuda itu.

Gelan pun mengangguk setuju dengan dua anaknya,"Saya juga bakal minta izin besok, kita jaga bergantian. Kamu juga harus istirahat" sambil menepuk pelan punggung istrinya. Mama hanya bisa terdiam, menyetujui usulan tersebut. Lagipula apa yang dikatakan Gelan adalah hal mutlak yang tidak bisa dinego lagi.

Pria itu ini menoleh ke putra sulung sambil memegang bahunya, "Papa pulang sama Sello hari ini, sekalian ambilin perlengkapan untuk besok. Kita bakal jaga gantian, jadi gak ada yang bakal kecapean. Tolong jaga mama ya, jangan sampai dia maksain diri" mintanya yang langsung dibalas anggukan oleh Farhan.

Setelah usulan tersebut, Gelan dan Sello pun pulang. Meninggalkan Risa dan Farhan yang akan berjaga di rumah sakit malam itu.

*****

Pagi hari di sekolah Leon tidak henti-hentinya menggoyangkan kaki, bahkan orang yang duduk di depan pemuda itu pun kesal karena bangkunya terus bergoyang. Perasaan pemuda itu benar-benar tidak tenang, rasanya ada debaran aneh di jantungnya. Entah sudah berapa kali ia menghubungi Chelsea tapi terus saja tidak diangkat, nomor gadis itu tidak bisa dihubungi. Bahkan bukan hanya Chelsea, kakak serta adiknya pun tidak bisa. Tidak ada yang tau mereka kemana, seakan hilang tanpa jejak begitu saja.

Tita berjalan ke meja Leon, mengetuk meja pemuda itu sambil menatap pemuda itu dengan wajah cemas. "Chelsea udah bisa dihubungi Eon?" tanya gadis itu dari sejak tadi.

Leon menggeleng kepalanya, "Gue juga udah hubungi mas Farhan sama Sello, gak ada yang angkat" jelas Leon  dengan jawaban yang sama. Pemuda itu sudah berusaha semampunya, tapi benar-benar beberapa anggota keluarga gadis itu tidak ada yang bisa dihubungi. 

"Pasti ada apa-apa" ucap Wendi menduga-duga dengan wajah sama paniknya.

Ucapan tersebut pun langsung di sahut oleh Roma, "Pasti, mereka hilang biasanya kalau kondisi Chelsea benar-benar buruk" ucap gadis itu sangat yakin. Karena dulu saat Chelsea dirawat mereka juga tidak dapat dihubungi karena terlalu sibuk untuk mengurus gadis itu.

Leon melebarkan matanya, "Lo tau gak rumah sakit tempat Chelsea di rawat?" tanya pemuda itu sudah tidak tahan lagi dengan ketidakjelasan ini. Leon butuh informasi keadaan gadis itu, ia juga siap jika harus menjaganya.

Roma mengangguk, "Tau" ujar Roma. Saat itu Leon benar-benar sudah berharap, tapi saat gadis itu kembali melanjutkan ucapannya Leon kembali lemah. "Tapi Chelsea udah pindah rumah sakit. Jadi gak ada satupun yang tau, yang bisa kita lakuin cuma nunggu" lanjutnya.

Leon menarik rambutnya ke belakang, pemuda itu frustasi sekarang. Bagaimana ia bisa hanya menunggu kabar yang tidak pasti, rasanya seperti menunggu hal yang percuma. Leon menghela nafasnya, tidak ada gunanya jika ia harus marah dan kesal tidak jelas. Seperti yang diucapkan Roma, yang bisa mereka lakukan hanya menunggu. Walaupun sebenarnya hal itu bukan keahlian Leon.

*****

"Chelsea, tenang ya tenang. Tarik nafas" ucap dokter Rahma pada Chelsea yang baru saja terbangun.

Chelsea sudah bangun, tapi bukan dengan keadaan baik-baik saja. Mungkin sudah 2 kali gadis itu terbangun, tapi reaksinya tetap sama. Chelsea terus menangis, mengerang, bahkan menendang serta memukul orang di sekitarnya. Untungnya pada tenaga medis cepat datang sebelum terjadi hal-hal yang aneh pada gadis itu. Setelah diberikan semacam obat penenang, emosi gadis itu mulai mereda. Walaupun tidak diberikan obat tidur, perlahan Chelsea mulai memejamkan matanya.

Farhan mencoba mengatur nafasnya,"Ini udah dua kali dia kebangun dan nangis histeris gitu, apa gak papa dok" ucap Farhan khawatir dengan keadaan adiknya yang terus berulang.

"Itu karena mimpi buruknya, kita baru bisa tanya Chelsea setelah dia tenang. Jadi mohon ditunggu ya" ucap dokter Rahma pada Farhan, pemuda itu mengusap wajahnya. Ia berdiri, berjalan ketempat kedua orang tua serta adiknya.

"Papa, mama, sama Sello makan aja dulu, biar Farhan jaga. Selagi chelsea masih tidur" suruh Farhan yang langsung dibalas anggukan mereka, mereka pun pergi menuju kantin rumah sakit.

Sementara Farhan kembali masuk ke ruangan Chelsea, melihat adiknya yang sedang memejamkan mata. Entah kenapa rasanya Farhan melihat Chelsea begitu damai, gadis itu tampak seperti princess Disney yang sedang tertidur. Ia elus rambut Chelsea pelan.

"Gue kangen tawa lo dek" ucap Farhan sambil memegang tangan Chelsea, "Gue mohon sembuh dek. Lo kan kuat, tolong jangan siksa diri lo lagi" ucap Farhan tidak kuasa menahan air matanya. Ia benar-benar tidak tega melihat sang adik yang terus tersiksa.

Farhan benar-benar merindukan Chelsea yang dulu, Chelsea yang ceria dan selalu bertingkah konyol. Chelsea sekarang begitu asing untuknya, ia bahkan hampir tidak mengenali adiknya lagi.

****

Batas [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang