"Cewek lo belum bisa dihubungi Eon?" tanya Putra sambil melirik ke arah Leon yang tampak mencoba menyibukkan diri dengan bermain game.
Sejak Chelsea menghilang untuk kedua kalinya, pemuda itu lebih seperti anak ayam yang kehilangan induk. Bahkan jika dibandingkan dengan keadaan saat pertama kali Chelsea hilang, mungkin bisa dikatakan inilah yang paling kacau. Kadang pemuda itu marah dengan hal yang tidak jelas, kadang ia juga datang dengan keadaan diam tanpa mengatakan apapun, terkadang juga terlihat normal seperti tidak terjadi apapun. Jujur saja seluruh pondok sangat bingung dengan sikap Leon yang berubah-ubah, tapi mereka mencoba memaklumi hal itu karena Putra menjelaskan keadaannya. Bahkan Putra terus mendapatkan bombardir pertanyaan tentang keadaan Chelsea dari anak-anak, melihat keadaan Leon yang terlihat seperti zombie hidup setiap hari nya.
Leon menghela nafasnya bersamaan dengan suara yang menandakan dia kalah di game, ia membaringkan tubuhnya, tampak pemuda itu sudah lelah bermain. "Gue gak ngerti, apa sebesar itu trauma yang dibawa Dimas sama Chelsea? Sampai setiap kambuh tu anak bakal hilang kayak di telan bumi gini" ucap Leon yang sudah frustasi menunggu dan mencari informasi tentang Chelsea.
Bohong jika ia mengatakan tidak peduli, nyatanya Leon sengaja membuat dirinya sibuk dan melakukan apapun yang ia suka demi melupakan sejenak hilangnya Chelsea. Ia mencoba keras pada dirinya agar tidak merasa khawatir dan tetap bersabar menunggu gadis itu, tapi nyatanya bersabar tidak semudah yang diucapkan. Mungkin saat ponsel Chelsea dan saudara nya menyala, nomornya akan menjadi yang pertama masuk ke daftar orang paling sering menghubungi. Karena ia sendiri pun sudah lupa berapa banyak ia menelpon.
Putra mendengar itu pun ikut menghela nafas, "Kita gak tau seberapa bersalah Chelsea atau seberapa kehilangan dia waktu itu Eon. Mungkin Dimas emang orang paling berarti buat Chelsea" ucap pemuda itu sambil menepuk bahu Leon.
Leon pun menghela lagi, memang ia tidak tau seberapa bersalah Chelsea. Dulu ia juga merasakan hal yang sama, karena itu lah ia pergi untuk menenangkan dirinya. Ia tidak tau ternyata Chelsea bahkan lebih mengalami keterpurukan dibandingkan dengan dia, tapi teganya ia justru malah menginginkan Chelsea mengingat Dimas sewaktu awal bertemu karena kesal gadis itu melupakannya begitu saja.
"Sekarang lo cuma bisa nunggu, gue yakin bukan cuma kalian ngerasa khawatir. Keluarganya yang liat dia gimana pasti lebih gak tenang" ucap Putra, karena ia tau rasanya bagaimana khawatirnya orang terdekat saat seseorang yang memiliki gangguan mental mulai kambuh. Orang yang merawatnya pun harus memiliki kesabaran lebih agar tidak ikut stress dengan keadaannya.
Saat Leon sedang mengusap rambutnya kasar, tiba-tiba Putra menepuk bahunya berkali-kali sambil menunjuk mobil yang lewat. "Itu bukannya mobil Chelsea ya?" tanya Putra pada Leon.
Belum sempat Putra menoleh ke arah Leon, tiba-tiba pemuda itu langsung bangkit dan menyalakan motornya. Pemuda itu pergi ke Indomaret depan, tidak lama Leon keluar sambil membawa kantong plastik Indomaret. Ia langsung bergegas pergi menuju arah rumah Chelsea.
Hal yang pertama kali ia lihat adalah mobil keluarga Chelsea yang terparkir rapi di halaman, Leon memarkirkan motornya. Melihat-lihat rumah Chelsea yang tampak kosong seperti tidak ada orang sama sekali, pemuda itu duduk di kursi depan sambil menunggu Farhan keluar dari rumah.
Cukup lama ia menunggu akhirnya pemuda itu keluar, tampak Farhan seperti baru selesai membersihkan diri sambil membawa beberapa barang dan tas di tangannya. Farhan agak kaget saat melihat sosok Leon di depan rumahnya, sudah lama sejak Chelsea dirawat ia tidak melihat pemuda itu. Memang tidak kabar apapun dari keluarga mereka tentang Chelsea, jadi wajar Leon khawatir sampai mendatangi rumahnya.
"Eh Eon" tegur Farhan sambil tersenyum tipis.
"Kakak gak papa?" itu hal yang pertama kali keluar dari mulut Leon. Sebenarnya banyak yang ia ingin tanyakan tentang Chelsea, tapi setelah mendengar ucapan Putra tadi ia tahan semuanya setelah melihat Farhan secara langsung. Walaupun terlihat rapi wajah pemuda itu tidak bisa berbohong, kantung mata dan wajah kusut jelas terlihat walaupun disembunyikan dengan baik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Batas [Completed]
Teen FictionSetiap orang punya batas sendiri yang tidak bisa di lewati oleh orang lain. Batas yang hanya boleh di masuki oleh orang itu sendiri. Begitulah Chelsea memandang Leon. Seseorang anak pindahan yang memiliki aura aneh yang selalu punya dunia sendiri...