20. Awal Bencana

59 3 0
                                    

Di SMA Nusantara ada satu hari di mana semua murid di liburkan dari aktivitas belajar-mengajar, hari itu di sebut Ajang Bakat. Ajang bakat sendiri sudah ada sejak lama. Acara ini diadakan untuk menunjukkan bakat dari setiap murid agar lebih mudah jika suatu saat ada sebuah perlombaan. Acara ini tentunya di buat oleh OSIS dan merupakan acara turun- temurun. Dan hari itu adalah harinya, di mana semua murid menggunakan kostum pada acara tersebut.

Pagi itu Chelsea sudah berada di sekolah terlebih dahulu, karena ekskul fotografi adalah ekskul yang mendukung kegiatan tersebut jadinya ia harus dapat bersama anak-anak OSIS untuk kelangsungan acara. Gadis itu tak henti-hentinya menguap, padahal semalam ia tidur lebih cepat agar bisa terbangun lebih bagi. Tapi tetap saja serangan kantuk terus menyerangnya.

"Lo gak papa? Muka lo pucat soalnya" tanya Bagas dengan wajah khawatir. Chelsea menggelengkan kepalanya sambil menepuk bahu Bagas menandakan kalau dia baik-baik saja. Mungkin ini karena ia tidak minum vitamin dan obatnya tadi pagi akibat buru-buru.

Irfan yang sempat memperhatikan Bagas mengerutkan keningnya. Tidak biasanya kakak kelasnya itu sebegitu perhatiannya. Sempat terfikir oleh Irfan mungkin berita yang tersebar itu benar adanya, kalau mereka memang pacaran. Tapi setelah melihat wajah Chelsea yang begitu pucat Irfan pun ikut khawatir. Chelsea yang biasanya melihat dengan mata bundar penuh tiba-tiba bermata sayu dan berkulit pucat. Siapa yang tidak khawatir dengan keadaan gadis itu."Lo sakit Chel?" ucapnya dengan suara yang berhasil mencuri perhatian seluruh orang yang tengah rapat.

Chelsea tersenyum kaku, entah kenapa walaupun sudah biasa ditatap tapi ia masih saja merasa gugup."Gue gak papa" ucapnya berusaha meyakinkan semua orang.

"Kalau sakit ke UKS aja" ucap Leon yang tiba-tiba ikut berbicara.

"Iya Chel ke UKS aja sekarang" ucap Alisya dengan wajah yang tampak begitu khawatir.

Di saat seperti ini, rasanya Chelsea tidak bisa menolak untuk tidak ke UKS ia tidak suka tatapan khawatir yang ditunjukkan orang-orang disini. Itu membuat seakan gadis itu terlihat lemah. Chelsea berdiri, "Gue izin ke UKS ya" ucapnya sembari berjalan meninggalkan ruang osis.

"Fan, gue izin" "Gue izin"

Bagas dan Leon saling pandang. Irfan yang melihat keduanya ingin pergi berbarengan begitu pun melonggo. Pemuda itu menarik nafas, kali ini ia harus mengambil tindakan tegas. "Maaf cuma Chelsea yang boleh pergi, yang lain tetap di sini" ucapnya tegas, Leon dan Bagas mendengus kesal. Sekarang yang mereka harapkan adalah gadis itu kuat berjalan sampai ke UKS.

Chelsea sampai di depan pintu yang bertulisan UKS. Gadis itu membuka pintu tersebut secara perlahan sambil mencari keberadaan seseorang. Mendapati orang yang ia cari tengah sibuk merapikan kasur, Chelsea pun berjalan masuk ke dalam UKS.

"Kak ada obat pusing gak?" ucap Chelsea secara tiba-tiba. Laras selaku suster di SMA tersebut pun terloncat kaget. Gadis itu tertawa kecil, mengetahui ternyata misinya untuk mengagetkan suster Laras berhasil.

Laras menghela nafas, ia pergi mencari apa yang Chelsea butuhkan. Sementara Chelsea duduk manis di meja tamu.

"Kenapa? lupa minum lagi?" tanya Laras sambil memberikan obat Chelsea dan air minum

"Tau aja si kakak" ucap Chelsea dengan nada bercanda. Ia memasukkan obat tersebut kedalam mulutnya, kemudian menelan seteguk air.

"Kamu itu kebiasaan. Lain kali obatnya dibawa aja" ucap Laras yang sudah kesal dengan kecerobohan anak itu. Dengan ini sudah terhitung empat kali gadis itu melupakan obatnya. Laras ingat betul begitu khawatirnya ia saat pertama kali Chelsea ke UKS untuk meminta obat, wajah pucat lesu dengan mata satu. Melihat itu akhirnya Laras terpaksa harus menelpon orang tua Chelsea untuk memastikan obat apa yang dia minum. Karena menurut gadis itu ia punya obat resep dokter.

Batas [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang