Pagi itu matahari bersinar sangat indah, bahkan saking indahnya mood Chelsea pun ikut bagus. Chelsea baru saja datang menginjak depan kelas dengan wajah berseri langsung di sambut tarikan Tita yang membawanya melesat pergi dengan tas yang masih ia bawa. Tentu saja, hal itu membuatnya kebingungan karena Chelsea yang tidak tau apa-apa malah diajak berlari di sepanjang koridor kelas sebelas seperti adegan di film India yang sering ditonton ibunya dan Sello.
Tita, manusia ajaib yang satu ini bisa dikatakan termasuk teman barunya yang menjadi teman dekat sejak menginjak kelas sebelas. Mungkin akan terdengar kejam jika baru kenal sudah mengatakan Tita manusia ajaib, tapi memang begitulah ia nyatanya. Awal masuk kelas Tita sudah panik duluan ketika melihat banyak bangku belakang yang telah terisi, padahal di depan tampat ia berdiri ada bangku yang kosong. Lalu ketika Chelsea mendekatinya hanya untuk meminjam tip-ex, gadis itu malah menundukkan kepalanya sambil menyodorkan tip-ex. Kemudian saat jam istirahat tita-tiba anak itu malah minta maaf tanpa sebab, bahkan ia sendiri tidak tau keasalahan apa yang gadis itu perbuat. Tentu saja sifat gadis itu membuat Chelsea bingung sendiri, tapi semakin hari mereka semakin dekat dan menjadi teman dekat. Saat itu Chelsea menyadari kalau gadis memang memiliki sifat yang sangat ajaib asli tanpa dibuat-buat.
Merasa penasaran dengan arah tujuan mereka Chelsea pun akhirnya membuka suara bertanya pada Tita."Kita mau kemana sih Ta?" tanya gadis itu yang dari tadi hanya mengikuti Tita yang mengajaknya.
"Koperasi bentar, buku gue habis. Lo tau sendiri lah buk Fifi paling marah kalau kita keluar di jam pelajarannya" jelas Tita yang dengan langkah yang sudah lumayan melambat. Buk Fifi, guru matematika yang satu ini memang paling tidak suka jika jam pelajarannya diganggu, bahkan tidak ada murid yang berani meminta izin keluar. Karena memang jika ingin keluar pun pasti tidak akan diizinkan, kecuali jika itu memang suatu hal yang mendesak.
Chelsea menggelengkan kepalanya sambil menatap Tita, "Kenapa gak lo beli dari semalam sih Ta? Untung jam masuk masih lama" ucap gadis itu dengan nada yang agak kesal karena kecerobahan teman dekatnya tersebut.
Saat mereka ingin menuruni tangga, tanpa sengaja mereka berpapasan dengan Leon yang kelihatannya baru saja datang. Mereka yang awalnya berjalan dengan biasa tiba-tiba tanpa hitungan detik Tita mempercepat langkahnya, membuat Chelsea agak terkejut dengan perubahan yang tiba-tiba tersebut. Gadis itu langsung menundukkan kepalanya dalam sambil memandangi pijakan anak tangga yang mereka lewati. Setelah mereka sudah dibawah Chelsea langsung memukul kuat Tita sambil berusaha mengatur nafasnya.
"Heh lo kenapa? Itu tangga loh Ta, kalau jatuh gimana? Masih pagi loh, jangan ngajak mati barengan" cercah Chelsea yang masih agak jantungan, sementara yang dimarahkan malah memberikan senyum polos sambil kembali menarik Chelsea berlari menuju ke koperasi.
Chelsea menautkan alisnya, entah kenapa saat itu Chelsea merasa dibalik tingkah aneh Tita ada sesuatu yang disembunyikan gadis itu padanya. Walaupun Chelsea termasuk deretan orang yang kurang peka terhadap perasaan orang dan sekitar, tapi ia tau Tita bukan tipe orang iseng yang suka bermain-main di tangga. Karena tampaknya Tita belum siap memberitahunya, Chelsea pun tak mau terlalu ambil pusing akan hal itu. Segera ia menghalau jauh rasa penasarannya dan mulai mempercepat langkahnya karena Tita mulai menariknya semakin cepat.
******
"Ta" panggil Chelsea dengan nada lumayan serius.
"Hm" gumam Tita yang masih asik memakan jajan yang baru saja ia beli di kantin.
Setelah jam pelajaran keempat selesai dan bel istirahat berbunyi Tita, Wendi, dan Roma langsung pergi ke kantin dan membawa jajan mereka berkumpul di meja Chelsea. Chelsea pun tak masalah akan hal itu, ia justru senang teman-temannya berkumpul di mejanya, karena ia terlalu mager untuk berpindah ke tempat dan menarik kursi milik orang lain.
"Lo suka Leon ya" lanjut Chelsea tanpa aba-aba, Tita yang tadinya sedang asik makan langsung tersedak setelah mendengar itu, sedangkan Wendi dan Roma pun langsung menghentikan makan seakan itu pembahasan yang sangat mengejutkan dan kini gantian menoleh ke arah Tita.
Tita mengedipkan matanya berkali-kali, ia menatap teman-temannya bergantian."Hn?" tanya Tita seakan pura-pura tak mengerti apa yang diucapkan Chelsea sebelumnya.
Chelsea menggelengkan kepalanya, "Engak gue cuma nanya aja, soalnya gue heran lo kalau liat dia udah kayak liat setan tadi" ucap Chelsea yang masih tenang memakan bekalnya. Gadis itu mencoba sesantai mungkin agar Tita tidak merasa terbebani jika harus bercerita pada mereka.
Tita diam sejenak, "Oh, mungkin bisa dibilang iya" jawab Tita yang membuat Wendi dan Roma yang kali ini gantian tersedak dibuatnya sedangkan Chelsea sudah heboh menepuk bahu Tita seakan memenangkan lotre. Karena dugaannya selama ini benar, ia tidak menyangka manusia kurang peka sepertinya bisa menyadari hal tersebut.
"Tuh kan bener kata gue" ucap Chelsea bangga pada dirinya sendiri.
Tita mendengar itu langsung mencoba untuk menutup mulut Chelsea, ia liat sekeliling teman-teman sekelasnya sedang melihat ke arah mereka seolah penasaran dengan topik yang mereka bicarakan. "Chel suara lo pelanin" ucap Tita kini mencubit lengan Chelsea, membuat gadis itu mengaduh kesakitan.
Roma membelalakkan matanya, ia menatap ke arah Tita, "Ha, sejak kapan Ta? Kok bisa?" tanya Roma yang langsung penasaran dibuatnya. Masalahnya selama ini Tita tidak pernah sama sekali menunjukkan rasa sukanya pada orang lain.
"Awal dia masuk, gue juga gak tau kenapa" ucap Tita dengan malu-malu membuat ia langsung mendapat sorakan 'cie' dari Roma, Wendi, dan Chelsea. Sementara pipi Tita sudah berubah menjadi merah padam karena digoda oleh teman-temannya.
"Pantesan ngajak ngumpul di meja Chelsea" goda Wendi dengan senyum mencurigakan.
"Susttt nanti ada yang dengar" ucap Tita sudah panik sendiri sementara ketiga orang yang ada di dekatnya tak sanggup menahan tawanya.
Karena terus saja menggoda Tita tanpa mereka sadari kalau orang yang sedang mereka bicarakan sudah berada di meja guru sambil melihat- liat buku jurnal kelas.
Tentu saja Chelsea yang terlebih dulu menyadari kehadiran Leon langsung menyuruh teman-temannya diam. Mereka berempat pun akhirnya diam dan kembali melanjutkan makan mereka yang sempat tertunda.
Saat mata Chelsea tak sengaja menghadap Leon matanya langsung terbelalak ketika menyadari kalau Leon juga sedang melihat ke arah mereka, menyadari Chelsea juga melihat ke arahnya orang itu pun langsung membuang muka seakan sedang tertangkap basah mencuri pandang. Chelsea yang masih memandangi Leon pun mengangkat alisnya sambil memasang muka heran.
'Tu anak kenapa coba? '
KAMU SEDANG MEMBACA
Batas [Completed]
Teen FictionSetiap orang punya batas sendiri yang tidak bisa di lewati oleh orang lain. Batas yang hanya boleh di masuki oleh orang itu sendiri. Begitulah Chelsea memandang Leon. Seseorang anak pindahan yang memiliki aura aneh yang selalu punya dunia sendiri...