65. Old enemy

11 1 0
                                    

Leon memarkirkan motornya di sebuah tempat tongkrongan Ziyan, tampak tongkrongan tersebut seperti tampat yang sering didatangi anak muda. Mata Leon sibuk melirik sekitar tempat mencari pemuda itu, dari jauh terlihat beberapa anak tongkrongan sedang tertawa bahagia sambil bernyanyi dan memainkan gitar. Walaupun dikeliling cukup banyak orang, tapi sela-sela kumpulan tersebut Leon masih bisa melihat sosok ketua mereka yang sedang tertawa bahagia sambil berbicara dengan temannya. Leon mengepalkan tangan sambil berjalan mendekati Ziyan dengan emosi yang menggebu, tanpa aba-aba pemuda itu langsung melayangkan pukulan ke wajah Ziyan. Ziyan yang tidak menyadarinya keberadaan Leon agak kaget, matanya menatap lurus ke arah Leon yang emosi dan ditahan oleh teman-temannya.

Leon menghentakkan tangannya kuat, membuat pegangan tersebut terlepas. "GUE UDAH PERNAH INGATIN LO BUAT JANGAN GANGGU CHELSEA" ucap Leon dengan intonasi tinggi seperti berteriak. Leon benar-benar di luar kendali, masa bodo dengan apa yang akan terjadi selanjutnya mengingat ia sekarang berada di sarang lawan.

Ziyan yang mendengar itu tersenyum tipis, matanya menatap Leon seolah menganggap pemuda itu bercandaan. "Kenapa? Si cewek Dimas itu udah ingat sama pacarnya?" tanyanya, "Padahal gue masih banyak kejutan untuk dia" lanjut Ziyan dengan raut seolah-olah kecewa.

Mendengar itu Leon tidak tahan lagi, ia kembali maju memukul Ziyan,"Bacot lo" cercanya.

Mata Leon benar-benar gelap, emosinya tersulut. Ia bahkan tidak peduli dengan teman-teman Ziyan yang langsung mengeroyoknya saat ia berani menyentuh pemuda itu, ia tidak peduli dengan rasa sakit yang ia dapatkan, terpenting untungnya ia berhasil menutup mulut Ziyan dengan tangannya. Saat Leon terlihat sudah tidak bertenaga lagi untuk bertahan, Ziyan pun menyuruh teman-temanya menepi, pemuda itu menatap Leon dengan wajah kasihan dibuat-buat. Leon mendengus kesal, menatap pemuda itu dengan sorot mata penuh dendam, sambil tersenyum Ziyan menepuk bahu Leon pelan.

"Lo harusnya berterima kasih sama gue, gue udah baik hati ngebuat dia ingat lagi. Masak lo tega teman tercinta lo dilupain gitu aja, apalagi sama cewek yang dia bangga-banggakan" jelas Ziyan mengompori.

Belum sempat Leon membalas ucapan tersebut, tiba-tiba suara seseorang yang amat sangat familiar muncul di antara mereka. Bagas masuk keantara barisan dengan wajah datar, "Awas" satu kata tersebut berhasil membuat orang-orang di sekitarnya menepi. Mata pemuda tersebut langsung terfokus pada Leon yang berlutut di lantai dengan banyak nya luka sementara Ziyan yang tampak terlihat baik-baik saja, lebih tepatnya hanya beberapa memar di wajahnya.

Ziyan mengubah posisinya tegak, menghampiri Bagas sambil menepuk bahu pemuda itu seakan teman dekat yang lama tidak bertemu. "Eh Gas, apa kabar lo?" tanya Ziyan basa basi.

Sayangnya hal tersebut ditolak mentah-mentah oleh Bagas, pemuda itu menepis tangan Ziyan dengan tatapan datar. "Gue gak niat basa basi" sahutnya, lagi pula orang yang mengenal Bagas pasti tau jika pemuda itu tidak gemar basa-basi.

Ziyan mengerucutkan bibirnya, "Jahat banget. Tapi kalau dilihat-lihat kita kayak reuni ya" ucap Ziyan lagi.

Bagas yang tidak begitu peduli dengan omong kosong Ziyan pun langsung membantu Leon berdiri, "Kita balik Eon" ucap nya singkat. Tapi sepertinya orang-orang itu tidak mengizinkan mereka pergi sebelum selesai mendengarkan omong kosong dari Ziyan.

"Ck, sifat lo sama kayak dulu. Lo masih aja dingin. Cocok deh kalian jadi teman, dingin, emosian, dan tenang. Tapi sayangnya si penenang beneran tenang di sana" ucap Ziyan dengan senyum mengejek.

Leon yang mendengar itu pun langsung berbalik, bersiap untuk menghajar Ziyan. Untungnya Bagas sigap menahan pemuda itu, jika tidak mungkin mereka akan semakin digebuki, apalagi sekarang mereka berada di sarang musuh.

"Leon" sergah Bagas sambil menggelengkan kepalanya, sementara Leon mendecih. Ia menggigit bibir nya kesal, jika saja Bagas tidak mengingatkannya mungkin ia sudah menutup mulut orang itu dengan kepalan tangannya.

Batas [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang