Bab || 03

347 27 4
                                    

Tandai typo...
Satu vote kalian sangat berarti bagi author 😘😘

Happy reading!!!!

✧🦋✧

Setelah pulang sekolah, Thea langsung mampir ke rumah sang Oma, yang jaraknya cukup dekat dengan sekolahannya.

Sebelum masuk rumah, Thea sudah mempersiapkan diri untuk berakting semelas mungkin dihadapan Oma serta Opa-nya nanti.

"Pokoknya gue harus batalin perjodohan ini," gumam Thea dengan semangat.

Baru juga akan memencet bel rumah, dari belakang sudah ada sang Opa yang sepertinya baru pulang dari kantor.

"Eh cucu Opa"

Thea memeluk tubuh sang Opa yang masih kelihatan sehat dan bugar.

"Kok gak ngabarin dulu kalau mau mampir?" tanya sang Opa membuat Thea siap menjalankan aksinya.

"Aku gak mau dijodohin Opa," ujar Thea dengan mata yang berkaca-kaca.

"Hmm? dijodohin?"

"Iya, aku gak mau Opa"

"Ngobrol didalam aja yuk, sama Oma juga," ajak Opa yang diangguki Thea.

"Papi!?" Thea benar-benar terkejut kala melihat sang Papi tengah duduk diruang tamu dengan sang Oma.

"Eh sayang, kamu juga kesini." Sambut Papi Arga membuat Thea kesal, karena rencananya tidak akan berhasil. Sudah dipastikan jika Papinya itu sudah merencanakan sesuatu dengan Oma-nya.

"Pasti Papi udah provokasi Oma," tuduh Thea dengan wajah kesalnya.

"Provokasi apasih sayang?" tanya Oma pada cucunya yang kini duduk disebelahnya.

"Papi mau jodohin aku Oma! aku gak mau," ujar Thea dengan mengeluarkan puppy eyesnya.

"Kenapa enggak mau? kan kamu belum lihat calonnya," sahut Opa menimpali.

"Jadi Opa udah tahu?"

"Enggak papa sayang, anaknya baik kok, gak neko-neko juga," ujar Opa dengan tersenyum lembut.

"Piii." Tangis Thea mulai menjadi kala tahu kedua orang tua Mami-nya juga mendukung keputusan sang Papi.

"Enggak papa sayang, dijalanin dulu yah," ujar Oma Ina membuat Thea semakin kesal.

"Kalian semua enggak pernah ngertiin aku! selalu aja ambil keputusan seenaknya," ucap Thea dengan nada marahnya.

"Dari dulu selalu aja begitu! andai Mami masih ada, pasti Mami yang bakal jadi pembela aku," sambung Thea.

Setelah mengatakan itu, Thea langsung pergi dari rumah sang Opa. Ia melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi.

Sedangkan di ruang tamu kini ketiganya tengah merenung, sebelum Arga kembali berucap.

"Arga pamit dulu Ma, Pa. Takut Thea nekat," ujar Arga dengan menyalami kedua mertuanya.

"Jangan bawa emosi yah Ar, jelasin ke Thea baik-baik," pesan Oma Ina sebelum Papi Arga pergi meninggalkan rumahnya.

SCHÖNE LIEBE [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang