Bab || 55

143 7 2
                                    

Tandai typo...
Satu vote kalian sangat berarti bagi author 😘😘

Happy reading!!!!

✧🦋✧

Pada akhirnya Al tak akan tahan terus menjauhi kedua orang tuanya. Karena setelah dijahili oleh Opanya, Al langsung berlari menemui Mamihnya.

Sekarang Thea sudah kembali kerumahnya lagi, bi Arum yang bekerja dengan sang Papi langsung Thea ambil, itupun atas saran Papi agar Thea lebih tenang saat bekerja, karena sedari kecil-kan Thea diasuh bi Arum.

Setiap Thea dan Rafka kekantor, Al selalu dititipkan di daycare. Lalu akan dijemput saat salah satu dari mereka sudah free.

Hari ini setelah Rafka pelantikan sebagai pimpinan baru di Fakh'r animation, mereka tengah berkumpul dengan keluarga besar Fakheer.

Al yang anteng di pangkuan Rafka, dan Thea yang asik mengobrol dengan bunda serta Tante Kiara. Dan tahulah kalian, kalau para pria disana tengah membahas bisnis yang mereka jalankan.

"Al au ama Mih, Pih." Akhirnya balita yang sudah bosan itu langsung merengek pada Papihnya.

"Ututu keponakan Om kenapa hmm?" ujar Dimas, Om Rafka dari ayahnya.

"Mana ada kayak gitu, seharusnya Al manggil kamu kakek, dikira kamu masih muda apa," kelakar ayah Lio yang mendapat persetujuan oleh kakek Rafka.

"Suami kamu itu emang sok muda banget Ki, mentang-mentang anaknya seumuran sama Al, manggilnya asal aja," sahut nenek yang dibalas dengusan oleh putra bungsunya, Dimas.

"No yhutt, Al aban, dek Man tuu dede bayi!" seru Al yang terima dengan ucapan nenek buyutnya.

Memang benar adanya, Al berkata seperti itu, karena usia Lukman, anak Dimas dan Kiara baru berumur sembilan bulan.

Al yang ada dipangkuan Mamihnya dengan anteng memeluk tubuh Thea.

"Kecil-kecil begitu Al manggilnya tetap Om," kekeh Thea dengan menepuk pelan punggung anaknya yang tiba-tiba diam di pelukannya.

"Ihh Om macaa kecikk," jawab Al dengan menatap wajah Mamihnya, membelakangi orang-orang yang ada diruangan tersebut.

"Ya gapapa dong." Al mengedikkan bahunya mendengar ucapan Papihnya.

"Dengar-dengar ada yang udah mau ngelamar anak orang, beneran, kapan nikahnya?" tanya kakek dengan menaik turunkan alisnya yang membuat mereka terkekeh.

"Bulan depan kayaknya Yah, cuma mau buat ngikat aja, masih harus kerja juga Vanonya," jawab ayah Lio yang membuat Devano yang sedari tadi asik bermain ponsel langsung menatap depan.

"Cucu-cucu kakek udah pada mau nikah aja, sementara cucu yang dari anak bontot masih kecil," ujar kakek dengan menggelengkan kepalanya.

"Jadi kakek itu beruntung banget, masih bisa ngerasain main sama cicitnya," celetuk kakek yang membuat istrinya menepuk pelan paha suaminya.

"Mih, Al au ain, au ulangg." Teriakan Al membuat Lukman yang tengah digendongan ibunya juga ikut menangis.

"Huaaa."

"Mihhh ulanggg!"

"Gak biasanya Al rewel kayak gini," gumam Thea dengan menepuk-nepuk pelan pantat anaknya.

"Ayo kerumah bunda dulu, biar Al-nya langsung bisa tidur, kalau pulang kerumah kalian kelamaan," ajak bunda Azkia dengan mengelus tangan menantunya yang masih sibuk menepuk pantat anaknya.

"Ayok babe, kita pulang dulu, kasihan Al," ucap Rafka berpamitan pada keluarganya.

Setelah bersalaman dengan keluarganya, akhirnya Rafka dan Thea pulang. Diperjalanan Al terus saja merengek kecil, saat diperiksa pun suhu tubuh Al normal.

SCHÖNE LIEBE [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang