Bab || 11

248 14 2
                                    

Tandai typo...
Satu vote kalian sangat berarti bagi author 😘😘

Happy reading!!!!

✧🦋✧

Sore ini, Thea dan Delvin sedang berada di mall, tepatnya di restoran cepat saji. Setelah selesai makan, keduanya masih berada disitu dengan makanan penutup.

"Kamu masih hutang cerita sama aku loh Vin," ujar Thea memecahkan keheningan.

"Iya, aku masih ingat kok sayang," jawabnya dengan tersenyum manis.

"Sudah satu minggu lebih, Vin, kamu hindari aku," ujar Thea dengan menatap wajah kekasihnya sendu.

"Sayang aku gak hindari kamu, kamu kan tahu, kalau aku lagi bantuin Papa ngurus perusahaan." Delvin membalas tatapan kekasihnya dengan lembut.

"Tapi sebelumnya kamu selalu kabarin aku, walaupun tiga hari sekali, kamu tetap kasih aku kabar Vin. Sekarang apa? kamu bahkan jawab chat aku aja enggak kayak dulu." Thea menundukkan kepalanya, tak tahan melihat tatapan lembut Delvin.

Dari segi bicara, dan tatapannya pun Delvin masih sama seperti dulu, hanya saja sekarang rasanya Delvin mulai sedikit menjauh darinya.

"Maafin aku sayang, aku enggak bermaksud begitu," sesal Delvin dengan wajah melasnya.

"Aku maafin, tapi kamu gak boleh cuekin aku lagi," ujar Thea yang diangguki oleh Delvin.

"Makasih sayang, maaf kalau aku buat kamu enggak nyaman." Thea berdehem, mendengar ucapan kekasihnya.

"Yaudah, sekarang cerita," ujar Thea dengan tangan yang bersidekap dada.

Sebelum memulai ceritanya, Delvin menarik nafas sebentar untuk merilekskan tubuh serta pikirannya.

"Dulu, setelah Mama aku meninggal, Papa ngurus aku sendirian. Saat itu aku masih kelas tiga SD, dan Papa benar-benar kerepotan kalau harus ngantar jemput aku saat itu"

"Kenapa enggak pakai art?" tanya Thea kepo.

"Enggak tahu apa yang aku pikirin dulu, tapi yang jelas saat itu aku gak suka sama semua orang yang dekati aku kecuali Papa aku"

Thea mengangguk mendengar ucapan kekasihnya itu. Ia semakin mendekatkan kursinya kala Delvin malah menatapnya dengan senyum manis andalannya.

"Karena itu, Papa pindahin aku ke sekolah yang dekat dengan perusahaannya. Selama disana, aku cuma punya satu teman, Rafka. Dia yang selalu hibur aku, saat yang lainnya dijemput sama ibu, dan cuma aku yang dijemput sama Papa"

"Dia itu baik banget, dari situ kami mulai jadi teman, hingga lama kelamaan menjadi sahabat yang sangat dekat. Bahkan aku sering main ke rumah Rafka, kalau Papa lagi sibuk. Terus semasa SMP kelas dua, itu kita ada konflik. Sebenarnya bukan konflik sih, lebih tepatnya salah paham. Dulu diantara persahabatan kami, ada satu cewek yang dekat dengan kami"

"Namanya siapa?" tanya Thea cepat.

Delvin terkekeh melihat reaksi kekasihnya itu, "namanya Dara, dia anggota cheerleader. Dia itu beda kelas sama aku dan Rafka"

"Ouhh"

"Awalnya dia itu kenal aku, karena sering latihan bareng. Terus lama kelamaan dia juga dekat sama Rafka. Puncaknya itu ketika aku kelas dua, semester akhir. Rafka nembak Dara, tapi Dara malah suka sama aku"

SCHÖNE LIEBE [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang