Bab || 51

151 7 2
                                    

Tandai typo...
Satu vote kalian sangat berarti bagi author 😘😘

Happy reading!!!!

✧🦋✧

Hari ini keluarga besar Thea tengah mengadakan pertemuan dengan keluarga besar Asya. Perkara perjodohan, membuat dua keluarga besar itu geger. Mereka mengadakan pertemuan di hotel berbintang milik tuan Calix, yang merupakan anak tertua Tuan Surendra.

Diruangan private yang biasanya diisi oleh orang-orang untuk meeting, kali ini diisi oleh dua keluarga besar yang akan membahas perjodohan.

Untung saja Al anteng dipangkuan Rafka. Bahkan ia juga sempat menempeli Alvares sebelum acara dimulai tadi. Kini Alvares dan Savero sudah kelas dua SMK. Mereka memilih jurusan teknik di SMK Erlangga.

Thea menoleh kala tangannya dipegang oleh suaminya, bibirnya tersenyum, namun matanya melirik gelisah kepada para tetua yang kini tengah sibuk melanjutkan perbincangan.

Keluarga Asya tak setuju jika pernikahannya akan diundur satu tahun lagi, sedangkan dari keluarga Grayson tak bisa menuruti kemauan mereka. Seperti yang sudah disepakati diawal, Arshil akan menyelesaikan studinya terlebih dahulu.

"Saya akan menyuntikkan dana setelah kepala keluarga kedua belah pihak menandatangani surat perjanjian. Saya juga menyarankan jika sebaiknya perusahaan tersebut dikelola oleh Asya saja, saya dengar dia baru pulang, dan akan menetap di Indonesia kan," ujar Papi Arga dengan tersenyum terhadap tuan Calix, yang merupakan rekan kerjanya di perusahaan.

"Untuk masalah itu, saya serahkan semuanya kepada Asya, mungkin jika dari dulu bisa saya kendalikan, kejadian ini mungkin tak akan terjadi," jawab tuan Calix yang membuat Papi Arga hanya mengangguk.

"Nikahnya mungkin bisa diundur satu tahun lagi, tapi saya minta pertunangannya dilakukan bukan depan," ucap Astuti, ibu Asya.

"Saya setuju," jawab Arshil cepat. Melihat bagaimana sepupunya yang gelisah membuat Arshil merasa kasihan.

Dulu ia tak pernah bisa membantu sepupu perempuannya, maka biarkanlah sekarang ia membantu Thea untuk tidak terlalu cemas memikirkan soal perjodohan.

"Sini Al sama Om aja," ujar Alvares dengan mengambil alih Al yang berada dipangkuan Rafka.

"Om, tenapa Mih cedih Om?" tanya Al dengan menatap Omnya. Alvares mengedikkan bahunya kala Al terus saja menatapnya.

"Sana main sama Gawin aja," ucap Savero yang duduk disebelah Alvares.

"Ndak au akh, Al au deket ama Mih, ainnya anti jaa," jawabnya yang terus memperhatikan kedua orang tuanya. Bibirnya cemberut kala melihat kedua orang tuanya saling berpelukan.

"Al uga au pukann," gumamnya sedih. Sepertinya benar kata Omnya, jika Al itu anak pungut. Walaupun tidak mengerti maksudnya, tapi Al paham cara omnya menatapnya seperti kasihan.

"Benel tata om Pano."

"Kenapa Yul, kok sedih?" tanya Savero dengan mencubit pelan pipi gembul keponakannya.

"Pih ama Mih pukann," ujarnya dengan suara kecil.

"Pukan? dia ngomong apasih Res?" tanya Savero pada Alvares bingung.

"Gue gak tahu, orang terakhir kita jagain Al itu dua bulan lalu, sekarang makin pintar aja nih bocah," ujar Alvares dengan mengusak rambut Al gemas.

"Iya, tuyul gue pintar banget. Sana lo rayu kak Eya, biar nih tuyul ikut kita." Savero sedikit mendorong tubuh Alvares yang membuat sang empu mendengus kesal.

"Kenapa gak lo aja yang bilang sama kak Eya," serunya dengan tersenyum mengejek.

"Vares, Vero, kalian apain anak Abang?" tanya Rafka dengan mengambil alih tubuh anaknya. Bibirnya maju, serta matanya berkaca-kaca membuat Rafka yang melihatnya iba.

SCHÖNE LIEBE [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang