Bab || 53

133 9 2
                                    

Tandai typo...
Satu vote kalian sangat berarti bagi author 😘😘

Happy reading!!!!

✧🦋✧

"Om danten tepat embuh yaa, natina ain ama Al, ama Pih ugaa," ucap Alhazen yang kini tengah digendong oleh Rafka.

Saat ini, Thea, Rafka, dan Papi Arga tengah menjenguk Delvin yang masih berada dirumah sakit. Diruangan Delvin juga ada Om Randy, yang menunggu anaknya.

"Iya Al, nanti kita main sama-sama, om ajarin Al main basket nantinya," ujar Delvin dengan tersenyum tipis.

"Apina Pih ndak cukaa ain tuh Om," ucapan Al sontak membuat yang ada disana terkekeh. Jujur sekali balita imut itu.

"Cucu Opa ini kok lucu banget sih, diajarin siapa coba begitu," celetuk Papi Arga yang langsung menciumi perut bulat cucunya.

"Opaaa elih opaa." Al mencoba menjauhkan kepala sang Opa dari perutnya.

"Al au ama Om danten jaa, bial Opa ndak bica eli eli Al," ucap Al dengan santainya setelah mendorong kepala Opanya karena menciumi perutnya.
(Al mau sama Om ganteng aja, biar Opa gak bisa gelitikin Al)

"Sembarangan kamu, Om Delvin masih lemes," ujar Papi Arga dengan mengangkat tubuh cucunya untuk ia gendong.

"Anak kalian lucu, kalau Delvin udah nikah pasti juga nanti dirumah bakalan rame," kekeh Om Randy yang membuat ruangan menjadi hening.

"Pa," peringat Delvin tak enak. Ia tak ingin dicap belum move on dari Thea, apalagi jika mereka berpikir ia datang hanya untuk merusak rumah tangga Rafka dan Thea.

"Memangnya setelah ini kamu masih mau menetap di Rusia atau di Indonesia Vin?" tanya Papi Arga, bagaimanapun juga dulu Papi Arga pernah dekat dengan Delvin karena Thea sering membawa Delvin main kerumah.

"Mau di Indonesia Om, aku juga yang ambil alih perusahaan Papa yang di bidang properti," jawab Delvin dengan senyum andalannya.

Akhirnya mereka mengobrol dengan tenang, apalagi Al yang anteng dipangkuan opanya. Tentu saja Al tidak hanya diam, ditangan balita tersebut sudah ada ponsel yang membuat Al tidak banyak mengeluarkan suaranya.

"Pih, apena elap," ucap Al dengan menunjukkan ponsel yang ada di genggamannya.

"Berarti tandanya Al udahan main hape-nya," ujar Thea dengan mengambil ponsel suaminya untuk di cas dengan power bank.

"Ndak celu akh, Al au mam jaa," jawabnya dengan mencebikkan bibirnya.

"Anak kamu umur berapa Ka?" tanya Om Randy, karena yang ia dengar Rafka dan Thea ternyata sudah menikah saat kelas duabelas.

"Dua tahun tiga bulan Om."

"Saya kira udah tiga tahun loh, pintar banget anaknya," puji Om Randy.

"Iya Om, alhamdulilah perkembangannya cukup cepat," jawab Rafka dengan terkekeh pelan.

"Kalau gitu kita pamit dulu ya Om, Vin, kelupaan tadi gak bawa pisang buat Al," ucap Thea berpamitan.

"Pulang dulu ya Om, kalau jam segini emang lagi rewel-rewelnya," ujar Rafka dan menyalami Om Randy serta Delvin.

Papi Arga membawa mobil sendiri, karena setelah dari rumah sakit Papi akan ke restoran untuk memantau perkembangan.

Sedangkan keluarga kecil tersebut tengah mampir ke pusat perbelanjaan sebelum nantinya ke perusahaan. Banyak yang mereka beli, terutama pisang yang tidak boleh ketinggalan.

Setelah berbelanja, mereka langsung menuju perusahaan Animation Grays'n Company. Setelah sampai pun Rafka langsung duduk untuk mengecek perkembangan game terbaru.

SCHÖNE LIEBE [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang