Bab || 58

133 6 0
                                    

Tandai typo...
Satu vote kalian sangat berarti bagi author 😘😘

Happy reading!!!!

✧🦋✧

Suasana pagi yang seharusnya hangat, kini sangat dingin bagi seorang suami yang tengah menyaksikan istrinya yang berpelukan dengan pria lain.

Walaupun ia sudah tahu sebab akibatnya istri memeluk pria lain, namun tetap saja ada rasa cemburu hadir didalam hatinya.

Ia peluk erat tubuh berisi anaknya, tak membiarkan anaknya melihat adegan yang tak seharusnya dilihat bagi anak kecil. Balita tersebut juga anteng digendongan Papihnya.

"Hati-hati Vin, maaf karena aku gak bisa nganter kamu ke bandara," ucap Thea dengan menepuk pelan bahu Delvin. Ingin rasanya Thea memeluk Delvin lebih lama lagi, namun ia mengingat jika ia sudah mempunyai suami dan anak, bahkan kini keduanya juga berada dibelakangnya.

"Gue anter ke bandara nanti," ujar Rafka yang membuat Delvin tersenyum manis.

Delvin sadar, dengan keberadaannya di Indonesia, Thea justru sering membagi waktunya dengannya. Lagi pun firasatnya salah, ia berhasil dalam operasinya, ia selamat.

Tak seharusnya ia berada ditengah-tengah rumah tangga Thea dan Rafka, maka dari itu ia memutuskan akan menetap di Rusia.

"Btw bukan cuma istri gue yang dekat sama lo, gue juga sahabat lo kalau lo lupa," kekeh Rafka ketika Thea dan Delvin menatapnya bingung.

"Pih, Al au pukan ama Om danten ulu," bisik Al yang membuat Rafka melonggarkan pelukannya, dan Al langsung merentangkan kedua tangannya, meminta Delvin untuk segera menggendongnya.

"Tata Mih, Om danten au pegi yan auuh yaa," tanya Al dengan menatap polos Delvin.

"Iya Al, Om mau pergi jauh, nanti kalau Al kangen Om, kita bisa video call, tapi Al harus ijin Papih dulu," kekeh Delvin, sedangkan Al hanya mengangguk saja.

"Tata Pih, Om uga suluh istii." Sontak saja ucapan Al membuat Delvin melototkan matanya kepada Rafka yang kini tengah menahan tawa.

"Cari istri maksudnya sayang," ralat Rafka yang kini tersenyum mengejek kepada Delvin, sedangkan kini disampingnya sudah ada istrinya yang ia peluk.

"Hu'um, tuh Om masudna." Delvin hanya tersenyum menanggapi ucapan Al.

"Yang sabar ya Vin."

.....

Penerbangan Delvin jam sepuluh pagi, sedangkan tadi jam setengah sepuluh istrinya ada meeting, jadi hanya Rafka dan Al yang mengantar Delvin ke bandara. Di bandara juga ada Galen, serta Om Reymond yang juga akan berangkat ke Rusia.

Tadi Delvin menyuruh mereka menunggu di bandara saja, karena dia akan ke makam ibunya untuk berpamitan. Seharusnya Delvin sudah sampai, mengingat sekarang sudah jam 09.40 dan sudah lebih dari setengah jam mereka menunggu Delvin.

"Coba Om hubungi Delvin dulu, dia itu orangnya hati-hati, dan dua puluh menit lagi landing," ucap Rafka kepada Om Reymond.

"Gak aktif," ujar Reymond dengan wajah yang khawatir. Ia terus mencoba menelfon Delvin hingga berdering.

"Udah aktif tapi gak dijawab."

Rafka tak bisa membantu Galen dan Om Raymond, karena Al sedikit rewel, mungkin karena lapar. Rafka mengupaskan Al pisang, yang langsung dilahap oleh Al.

"Pih, tenapa telinetan?" tanya Al yang melihat Papih, serta kedua orang lainnya yang ia ketahui teman Papihnya seperti panik.

"Tadi Mamih ada bawain milkshake, mau diminum sekarang apa nanti?" tanya Rafka kepada anaknya, mengalihkan perhatian.

SCHÖNE LIEBE [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang