Bab || 18

220 11 0
                                    

Tandai typo...
Satu vote kalian sangat berarti bagi author 😘😘

Happy reading!!!!

✧🦋✧

Sudah dua minggu lebih sejak Rafka meminta ijin kepada kedua orang tuanya untuk pisah rumah. Hari ini tepatnya hari Sabtu, Thea dan Rafka sedang membereskan barang-barangnya di apartemen baru mereka.

Terdapat dua kamar di apartemen milik Rafka, keduanya berada dilantai dua, sedangkan dapur, kamar mandi, dan ruang keluarga berada di lantai dasar.

Setelah seharian penuh membereskan barang-barang mereka, kini keduanya sedang berbaring di sofa, guna melepaskan penat.

"Masak sana, gue laper," ucap Rafka memerintah Thea.

"Gue gak bisa masak!" jawab Thea dengan nada sewotnya.

"Lo beneran gak bisa masak?" tanya Rafka sekali lagi, dengan tubuh yang tadinya tiduran kini menjadi duduk tegap.

"Enggak," jawab Thea dengan lirih. Sebenarnya malu juga sih jika mengakui dirinya tak bisa masak didepan Rafka. Pasti nanti ujung-ujungnya ia akan diledek habis-habisan oleh Rafka.

"Yaudah, nanti gue ajarin"

Mendengar penuturan Rafka, Thea dibuat melotot saking terkejutnya.

Beneran yang ada disebelahnya ini Rafka? Rafka yang biasanya nyebelin jadi baik?

Thea hanya menatap Rafka dengan wajah cengonya, ia masih tak bisa berkata-kata melihat perubahan Rafka akhir-akhir ini.

"Kalau enggak mau juga enggak papa, biar nanti gue cari asisten rumah tangga," ucap Rafka akhirnya karena tak mendapat jawaban dari istrinya.

"Eh gue mau kok," ujar Thea akhirnya.

"Lucu banget sih istri gue," kekeh Rafka dengan mengelus pipi Thea pelan, membuat sang empu melotot tak terima.

"Apasih lo pegang-pegang," sentak Thea dengan mengusap kasar pipinya. Sebenarnya bukan marah, namun Thea malu saja.

"Dipegang suaminya marah, giliran di pegang sama cowok lain suka," cibir Rafka membuat Thea tersentil hatinya.

"Iya, maaf," gumam Thea dengan pelan.

"Pesen makanan aja, nih pakai hape gue," ujar Rafka dengan memberikan ponselnya pada istrinya.

"Pesan apa?" tanya Thea dengan ragu.

"Terserah lo, gue mau mandi dulu." Setelah mengatakan itu, Rafka langsung beranjak menuju lantai dua, dimana kamarnya dan Thea-berada.

Iya, Thea dan Rafka tetap sekamar. Meskipun Thea tidak mencintai Rafka, namun ia sadar, ia harus belajar mencintai suaminya itu. Bagaimanapun juga ia tak ingin keluarganya kecewa dengannya, karena tidak berhasil menjaga rumah tangga.

"Password-nya apa Ka!" teriak Thea kencang, karena Rafka sudah berada di tangga.

"Tanggal pernikahan kita"

Setelahnya Thea langsung memesan makanan yang menurutnya ia suka. Ia juga memesan beberapa camilan dari aplikasi tersebut.

Ponsel Rafka sedari tadi terus bergetar, banyak notif dari grub chat Rafka, dan beberapa notifikasi lainnya dari aplikasi lain.

SCHÖNE LIEBE [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang