Bab || 47

144 4 0
                                    

Tandai typo...
Satu vote kalian sangat berarti bagi author 😘😘

Happy reading!!!!

✧🦋✧

Hari ini Thea ikut berkumpul dengan sahabatnya. Sedangkan Al berada dirumah dengan Rafka. Tidak seperti biasanya, Thea cukup membatasi dirinya dalam berbicara maupun bertingkah, membuat ketiganya merasa janggal.

Apalagi setiap Rani atau Reina menanyai Asya tentang perjodohannya, Thea selalu bungkam dan memilih diam seolah tidak mendengarkan pembicaraan mereka.

Setelah berkeliling, kini keempatnya berhenti sejenak di kafe, sedangkan Thea, dia sibuk dengan ponselnya, membaca pesan suaminya yang tengah menemani Al nge-gym.

Bukan Al sih yang gym, namun Papi Arga. Karena ingin terlihat keren seperti Opanya, ia menyuruh sang Papih untuk bilang pada Mamihnya jika dia sudah kuat seperti Opa.

"Ya', gue sampai lupa mau ngomong sama lo," ucap Reina membuat Thea yang sedang fokus ke ponselnya langsung mengalihkan perhatiannya.

"Mau ngomong apa Na?" tanya Thea dengan meletakkan ponselnya.

"Gue waktu itu ke rumah lo, gak sengaja gitu, kan sekalian mau temu kangen sama keponakan gue yang paling gemesin. Tapi kok rumah lo kosong?" tanya Reina diakhir kalimatnya yang membuat Thea mengerutkan keningnya.

"Gue kerumah Papi kayaknya," jawab Thea tak yakin, karena ia pun tak tahu pasti kapan Reina mengunjunginya.

"Masa sih Ya', orang gue kan kesana nganter sepupu gue pindahan, dia milih punya rumah sendiri dari pada dirumah orang tuanya. Kalau gak salah hari Rabu, biasanya kan lo weekend perginya," jelas Reina yang membuat Thea menghela napas pelan.

"Ouh gue udah di Papi kayaknya," jawabnya enteng. Sengaja menggantungkan ucapannya, ia yakin pasti Reina dan Rani akan penasaran dan berakhir menanyainya.

"Kok bisa?"

"Kenapa bisa?" tanya Reina dan Rani berbarengan. Sudah Thea duga kan, mana mungkin kedua sahabatnya tak kepo.

"Buat jaga-jaga aja sih, supaya Papi gue gak kepincut daun muda," kelakar Thea membuat Reina maupun Rani ikut tertawa. Mereka tak tahu jika yang Thea omongkan berdasarkan kenyataan.

"Emang lo kira Papi lo mau sama daun muda, aneh lo," kekeh Reina yang diangguki setuju oleh Rani.

"Kalau Papi gue mana mau, tapi kalau daun mudanya yang mau sama Papi gue gimana, ya gak Sya?" tanya Thea diakhir kalimatnya.

Asya hanya diam memperhatikan ketiganya yang sedang bercanda. Tak ada yang tahu isi pikiran Asya saat ini, dia hanya memperhatikan.

"Jadi sekarang lo lagi ngawasin Papi lo gitu?" tanya Rani yang diangguki oleh Thea.

"Mau dong jadi Mami baru lo," kekeh Rani yang mendapat pelototan tajam dari Thea.

"Bercanda Ya', lagian suami gue mau di kemanain," cebik Rani yang mendapat dengusan dari Thea.

"Ayo Na, anter gue ke kamar mandi," ucap Rani dengan menarik tangan sahabatnya.

"Males akh," jawabnya dengan asik memakan cake didepannya. Biasa, bumil lagi suka yang manis-manis, makanya dari tadi Reina memesan makanan yang manis.

"Naa ayok," rengek Rani membuat Reina mendengus kesal, mau tak mau Reina mengantarkan sahabatnya yang juga lagi hamil.

"Kalau bukan sepupu suami gue, mana mau gue nganterin lo" dengus malas Reina. Iya, ternyata Rani itu sepupu Ricko, suami Reina. Yah walaupun sepupu jauh, tapi mertua Reina dan orang tua Rani cukup dekat.

SCHÖNE LIEBE [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang