Bab || 57

174 10 2
                                    

Tandai typo...
Satu vote kalian sangat berarti bagi author 😘😘

Happy reading!!!!

✧🦋✧

Satu minggu berlalu setelah mereka berlibur ke Semarang. Benar dugaan Rafka, jika Thea tengah hamil, usia kandungan Thea baru tujuh minggu. Setelah mengetahui jika Thea kembali hamil, bunda Azkia meminta mereka berdua untuk tinggal dirumahnya.

Memang Thea tidak mengalami morning sickness, namun Al menjadi lebih lengket dengan kedua orang tuanya, Al pun juga sering rewel, tidak seperti biasanya yang anteng dan penurut.

Thea yang tak ingin merepotkan mertuanya memilih tinggal dirumahnya sendiri, ia juga bilang kepada mertuanya, akan mengabari jika terjadi sesuatu.

Thea bertambah pusing kala suaminya mengalami morning sickness, ditambah badan Rafka yang lemas, membuat Thea semakin khawatir. Seperti mempunyai ikatan, Al pun dari tadi malam sempat menempeli Rafka, hingga balita tersebut tidur dengan memeluk tubuh Papihnya. Dan sekarang balita tersebut sudah dibawa oleh mertuanya untuk diajak jalan-jalan, sementara dirinya mengurus Rafka dirumah.

"Babeee pusing banget kepalanya," rengek Rafka dengan menduselkan wajahnya pada perut Thea yang masih datar.

"Untung sekarang hari minggu, jadi kamu gak perlu mikirin pekerjaan," ucap Thea dengan mengelus pipi Rafka yang ada didepan perutnya.

"Babee diapain gitu kepala aku, sakit banget ini," racau Rafka yang membuat Thea mengelus kepala suaminya, lalu mengecupinya sayang.

Tadi Thea sudah konsultasi dengan dokter yang menanganinya di kehamilan yang pertama. Namun kata dokternya itu bukan suatu masalah dengan kandungannya.

.....

"Nek, Al au cokat Nek." Balita yang kini tengah berjalan dengan digandeng Omnya itu menarik-narik baju neneknya untuk meminta coklat.

"Mau coklat yang mana Al, pilih yang sebelah sini aja, sini sama Om Shaka juga," ucap Azkia dengan menarik pelan cucunya.

"Yan tuhh Nek, Al au yan tuh." Al menunjuk kemasan yang berwarna ungu sebagai pilihan coklatnya.

"Om Caka au nana?" tanya Al dengan menggoyangkan tangannya yang masih berpegangan dengan tangan Shaka.

"Om gak mau, Al aja yang milih."

Saat ini Azkia tengah berjalan-jalan dengan Al serta Shaka. Tadinya sih bersama suaminya juga, namun karena ada keperluan mendadak suaminya itu pergi ke kantor sebentar.

"Sini cucu nenek biar nenek yang gendong." Al menggelengkan kepalanya, ia langsung nemplok di tubuh Shaka agar sang nenek tidak menggendongnya.

"Ndak au Nek, Al au ama Om Caka," ujar Al dengan kepala yang masih menggeleng. Ia kembali menarik tangan Omnya untuk diajak ke rak camilan.

"Om, Al au yotii, yan wana uning uning tuh," tunjuk Al yang langsung diambilkan oleh Shaka.

"Nda, habis ini main ke timezone yaa," ucap Shaka dengan menempeli lengan bundanya.

"Kalian udah keliling tiga jam loh, bang Vano udah mau jemput lagian sayang, mainnya besok lagi ya," ujar Azkia dengan memberi anaknya pengertian.

Lagian, satu jam lagi waktunya Al makan siang, jika mereka tetap ke timezone pasti balita itu sulit untuk diajak pulang, mengingat akhir-akhir ini Al sering rewel.

"Bunda gak asik!" dengus Shaka dan kembali berjalan menggandeng tangan Al.

Setelah berbelanja jajanan, mereka menunggu Vano di taman depan mall. Al dan Shaka sibuk bermain kejar-kejaran, sedangkan Azkia mengawasi dari kursi taman.

SCHÖNE LIEBE [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang