Episode 6

341 14 0
                                    

Malam ini Jane kembali sendirian di rumahnya. Sang ibu sudah meninggal. Hidupnya menjadi sebatang kara.

"Ibu, aku merindukanmu," meraih sebuah bingkai foto yang menunjukkan senyuman tulus seroang Ellen. Tampak bahagia sedang memeluknya saat hari wisuda sekolah menengah pertamanya. Jane merasa bahagia karena berhasil meraih prestasi peringkat 2 ujian nasional. Meskipun bukan yang pertama, tapi semua itu adalah hasil kerja keras Jane di malam hari belajar bersama ibunya.

Tanpa sadar mata Jane menitikkan air matanya. Ia kembali larut dalam kesedihan.

"Ibu," suaranya bergetar, kehilangan seorang ibu yang selama ini menemani hari-harinya terasa seperti mimpi bagi Jane. Dulu, ayahnya pergi selama-lamanya. Sekarang disusul sang ibu. Betapa perih dan hancurnya hati Jane.

"Sekarang aku sudah menikah. Bahkan menjadi seorang istri," senyum Jane terlihat di paksakan. Pernikahan ini tak akan pernah membawakan kebahagiaan karena Danzel tidak mencintainya, tapi Stella.

Jane menghela nafasnya. "Seorang pria meskipun sudah beristri seharusnya tidak mencintai wanita lain. Lalu, untuk apa berjanji atas nama Tuhan?" meskipun ia baru bertemu dengan Danzel pertama kalinya, ia langsung jatuh cinta pada pandangan pertama dan terjerat pesona dingin Danzel. Menarik. Karena pria yang dingin pada semua wanita itu sudah hampir langka di muka Bumi ini. Makannya ia langsung menyukai Danzel karena sifat dinginnya.

***

Setelah tertidur pulas, Stella akhirnya pamit dan pergi dari apartemen Danzel. Sebelum itu Danzel mencium bibir Stella.

"Lain waktu kau bisa datang kesini sayang," tatapan mata Danzel terpaku pada wajah cantik Stella. Ia sudah terbius dengan pesona Stella di bandingkan istrinya sendiri, Jane.

"Aku akan selalu menunggu. Meskipun kita harus bertemu usai bekerja. Karena mama tidak akan mengizinkanku menemuimu," wajah sendu Danzel sangat sedih, hubungannya dengan Stella tidak pernah mendapatkan respon baik oleh mamanya.

"Good night Danzel sayang. I love you," Stella melambaikan tangannya sebagai tanda perpisahan.

Kembali Danzel kesepian. Langkahnya menuju kulkas, perutnya sangat lapar. Namun disana kosong, tidak ada satu pun bahan makanan yang bisa di masak.

"Aku lupa tidak mampir ke supermarket," decak Danzel kesal. Tapi setelah ia berpikir sejenak, mengapa tidak mengandalkan Jane saja?

Sedikit malas Danzel mengirimkan sebuah pesan kepada Jane. Tapi wanita itu tidak online.

"Haruskah aku menjemputnya sekarang juga?" Danzel menimang pikirannya, ragu untuk mendatangi kembali rumah Jane. Pasti tetangganya berpikiran aneh dan kagum akan kedatangan pria kaya raya berkunjung ke rumah wanita sederhana.

Mengesampingkan gengsinya, Danzel pun segera memacu mobilnya menuju ke rumah Jane.

***

Tok tok tok

Danzel mengetuk pintu rumah Jane, sedikit lama tidak di buka akhirnya Jane muncul. Wanita itu memakai kaos biasa dan celana yang sedikit kebesaran. Jauh berbeda dengan wanita kebanyakan zaman sekarang. Saat tidur mungkin sudah memakai piyama atau masker wajah untuk mempercantik diri. Tapi Jane tampil apa adanya.

Jane terkejut dengan kedatangan Danzel. Tumben sekali pria itu mau ke rumahnya.

"Mau apa kau kesini?" sangat sinis dan ketus Jane bertanya. Ia masih mengingat saat tadi Danzel mengusirnya pulang.

"Masaklah untukku. Dan bahannya bisa kau beli sekarang di supermarket. Ambil sebanyak-banyaknya karena kebutuhan makanku lebih meningkat," jawab Danzel terkesan dingin.

My Billionaire Husband's [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang