Danzel yang mendengar itu sedikit tidak nyaman. Ia pun langsung melepas tangan Jane.
"Kita sama sekali tidak cocok," sahut Danzel sedikit mengeraskan suaranya, sontak karyawan yang tadi bergosip terdiam tak berani lagi berkata-kata saat Danzel sudah marah.
Jane menahan tawanya. "Tidak cocok katamu? Bukalah lebar-lebar telingamu Danzel. Sudah jelas mereka menilai kita pasangan yang cocok. Jangan mengelak akan fakta itu," tegas Jane tak mau tau. Ia justru senang apabila orang-orang sekelilingnya mendukung hubungannya dengan Danzel.
"Terserah kau saja," langkah Danzel mendahului Jane. Ia bosan mendengarkan celotehan Jane yang hanya mempermasalahkan dirinya memeluk Stella sedang menyamar sebagai seorang office girl.
Jane mengusap dadanya sabar menghadapi sikap arogan Danzel yang tak pernah sabar sedikitpun.
***
"Huh, lelah juga. Perutku lapar sekali," keluh Jane. Ia berada di ruangannya sendiri. Usai pertemuan dengan client dari Singapura, ia tidak memahami apapun tentang bahasa asing. Hanya Danzel yang selalu menanggapi tadi. Ia diam saja.
Ceklek
Anette masuk dengan membawa kotak bekal makan siang, ada dua. Tentu di peruntukkan Jane dan Danzel.
"Siang Jane, kau kelelahan ya?" Anette duduk menghadap Jane. Ia meletakkan satu bekal makan siang untuk Jane.
Mengangguk dan berkata. "Lelah sekali ma. Tadi pagi aku belum sempat sarapan, bangun kesiangan. Tak ada waktu memasak apalagi menyiapkan sarapan untuk Danzel," sedikit membuat cerita bohong, tapi hati Jane tidak suka. Namun demi mama Anette bahagia tidak ada salahnya, agar rumah tangganya dengan Danzel terlihat harmonis di mata Anette.
"Ini, makanlah dulu. Habiskan ya. Dan bawakan juga untuk Danzel. Aku pergi dulu ya Jane, teman-temanku menunggu di kantin," pamit Anette, ia pergi dan tinggalah Jane sendirian disana.
Binar mata ceria Jane saat membuka kotak bekal makan siang dari mama Anette. Kwetiau goreng, Jane tak pernah mencobanya sebelumnya.
Sampai habis tak tersisa, Jane kenyang.
"Harus ya ke ruangan Danzel? Huh, kenapa mama Anette gak sekalian ini di bawa kesana," kesal Jane menggerutu. Karena terpaksa atas amanah yang di berikan mama Anette, Jane ke ruangan Danzel.
Namun, saat akan membuka pintu yang terkunci itu samar-samar Jane mendengarkan suara lenguhan yang terbuai pasrah.
Jane mengernyit. Mencoba mengenali dari suaranya.
"Danzel, berikan aku kebahagiaan hari ini. Hanya aku, di hatimu. Bukan Jane, istrimu," suara manja Stella itu sangat menyakitkan Jane dengar.
Jane mengangguk mengerti sekarang. "Jadi benar? Office girl baru tadi ternyata Stella ya? Haha, kenapa tadi aku membiarkan Stella lolos? Huh, seharusnya aku mengajaknya duel gelut saja," kaki Jane enggan melangkah pergi, ia ingin mendengar lebih jelas lagi, mungkinkah Danzel memang melakukannya dengan Stella?
"Aku berjanji akan memberikanmu kebahagiaan. Percayalah, aku sama sekali tidak menyentuh Jane saat bulan madu," pernyataan jujur keluar dari mulut Danzel yang pandai mengelabui Stella, nyatanya ia sudah melakukannya meskipun memakai pengaman.
Kedua mata Jane berkaca-kaca. Kebencian Danzel semakin tinggi sampai tak mengakuinya pernah menyentuhnya di malam bulan madu. Saat itu ia sedikit memberikan ancaman pada Danzel dan akan mengadukannya pada mama Anette, akhirnya Danzel menyanggupinya. Tapi apalah daya ia berharap akan mempunyai seorang anak tapi itu hanya angan-angan diatas mimpi, karena Danzel tidak ingi memberikan benihnya.
Tes
Jane menangis dalam diamnya. Sudah tak sanggup lagi mendengar suara memalukan itu, Jane berlari pergi. Sejauh mungkin, ia butuh menyatukan hatinya yang sedang hancur berkeping-keping. Salahkah seorang istri mengharap cinta dari sang suami?
KAMU SEDANG MEMBACA
My Billionaire Husband's [END]
RomansaBiar nambah referensi cerita semua genre catat profil wattpadku atau follow❤ Warning!! Beberapa part terdapat adegan dewasa. Untuk 18+ Konflik bertahap Kejutan episode terpanjang!!! Jane terpaksa harus menikah dengan Danzel demi biaya pengobatan ib...