Besok adalah pemberangkatan bulan madu ke Perancis. Jane sudah mengamankan kopernya. Danzel masih santai, bahkan sekarang Danzel sedang video call lagi dengan Stella.
"Mentang-mentang Robby dan bodyguard lainnya di luar jadi bebas teleponan sama Stella," kesal Jane menggerutu.
"Maaf ya. Aku esok tidak masuk kerja. Mama memintaku pergi ke rumah nenek. Mungkin beberapa hari saja," kata Danzel pandai berbohong. Laki-laki itu tak berani jujur pada Stella bahwa esok ia berbulan madu dengan Jane di Perancis.
Kesal, Jane menghampiri Danzel. "Kau berbohong dengan Stella? Kenapa? Kau takut rencana bulan madu ini bisa merusak hubunganmu sama Stella?" tanya Jane terlalu cepat, tak ada jeda. Ia seperti mengomeli Danzel habis-habisan.
Mendengar kata bulan mandu, Stella pun terkejut.
"Danzel! Kau berbohong padaku?" tanya Stella emosi. Bibir yang tadinya tersenyum senang karena Danzel meneleponnya pagi-pagi begini menjadi hilang setelah ucapan menyakitkan Jane baru saja.
Danzel bingung. "Stella, dengarkan aku dulu. Ini tak seperti yang kau pikirkan. Aku tidak mau berbulan madu. Tapi mama memaksaku, apalagi ayah. Mereka berharap bisa punya cucu," kata Danzel mencoba menjelaskan fakta sebenarnya agar Stella tidak mengambil kesimpulan buruk tentang dirinya dan Jane yang akan honeymoon.
"Aku tidak bisa mempercayaimu begitu mudahnya," kemudian Stella mengakhiri panggilan vide-call itu dengan wajah masamnya.
Danzel menghela nafasnya mencoba untuk sabar atas kemarahan Stella.
Menoleh, menatap Jane sinis. "Semua ini gara-gara dirimu yang tak bisa tutup mulut!" kesal Danzel emosi.
"Baguslah kalau Stella tau rencana bulan madu kita. Biarkan dia itu mundur menjadi kekasihmu."
Danzel bungkam. 'Aduh, Stella kenapa marah? Bagaimana aku membujuknya?' batinnya frustasi. Ia bingung, Stella pasti marah berhari-hari. Seperti saat itu...
Flashback on
Danzel sedang duduk bersama perempuan cantik di taman. Namun bukan untuk romantis-romantisan. Melainkan Danzel mengurut kaki itu dengan hati-hati.
"Aduh, pelan-pelan. Ini sakit sekali. Memarnya semakin parah," keluhnya merintih.
"Kau saja yang kurang berhati-hati saat berjalan. Kakimu jadi keseleo," nasehat Danzel perhatian. Ia tidak bisa membiarkan seseorang kesakitan sendiri, terutama perempuan. Danzel tidak tega.
"Sudah, kakiku membaik sedikit. Terima kasih ya? Pijatanmu sungguh menyembuhkan kakiku yang keseleo," ucapnya berterima kasih. Danzel sangat baik. Beruntungnya ia di pertemukan dengan laki-laki seperti Danzel.
Namun tak jauh dari mereka, Stella memperhatikan gerak-gerik Danzel dengan perempuan itu.
"Danzel!" setengah berteriak kesal, Danzel akhirnya menoleh dengan wajah teekejutnya.
"Stella, maaf. Tadi aku hanya me-" belum usai Danzel menjelaskan kebenarannya, Stella langsung pergi.
Sejak saat itu, Danzel berusaha membujuk Stella bahwa ia tidak memiliki hubungan apa-apa dengan perempuan di taman kemarin yang telah ia tolong.
Flashback off
***
"Baik, apakah ada pertanyaan di meeting kali ini?" tanya mama Anette menatap para karyawannya. Matanya tertuju pada Danzel yang hanya melamun memainkan pulpen-nya.
"Danzel?" panggil Anette. Tapi Danzel tetap melamun.
"Stella cantik," tanpa sadar Danzel berucap memuji kecantikan Stella.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Billionaire Husband's [END]
RomanceBiar nambah referensi cerita semua genre catat profil wattpadku atau follow❤ Warning!! Beberapa part terdapat adegan dewasa. Untuk 18+ Konflik bertahap Kejutan episode terpanjang!!! Jane terpaksa harus menikah dengan Danzel demi biaya pengobatan ib...