Jane terbangun saat tengah malam. Tenggorokannya merasa haus ingin mengambil minum. Tapi langkahnya justru ingin ke kamar Danzel, mengecek apakah suaminya itu sudah tidur atau belum.
Saat Jane membuka pintunya, kamarnya kosong. Tidak ada Danzel disana. Lalu kemana suaminya itu pergi?
"Danzel dimana ya?" langkah Jane menyusuri setiap ruangan. Tiba di ruang tamu, terlihat Danzel sedang mengobrol dengan Stella melalui video call. Tentu saja hal itu membuat Jane kesal. Bukannya tidur bersama istri tapi berinteraksi dengan wanita lain.
"Waktunya tidur. Apa kau lupa jam ya? Sampai video call tak kenal waktu," suara Jane menyindir sedikit keras hingga Stella yang tadinya tertawa lepas menjadi diam setelah mendengar suaranya.
Danzel menoleh. Ia pikir Jane akan tidur pulas sampai pagi besok. Dugaannya salah, Jane bisa terbangun di tengah malam begini. Dan itu hanya mengganggu waktu berduanya bersama Stella.
"Apa urusannya denganmu? Lagipula selama tidak mengganggu tidur nyenyakmu," tukas Danzel menatap Jane malas.
"Danzelku sayang. Jangan dengarkan dia ya. Jane iri hubungan kita selalu harmonis," sahut Stella, suaranya dibuat manja sampai Jane ingin melempar sendalnya.
"Kau juga tidak menghargaiku. Ini," tunjuk Jane. Ia membawa sepiring nasi berlauk ikan mujair serta siraman sayur sawi. Tapi aromanya sudah berbeda karena nasi bercampur sayuran bersup cepat membuat nasi tidak enak lagi. "Hargailah istrimu. Sudah susah payah memasak tapi makanannya di biarkan sampai basi. Dimana hatimu Danzel? Oh, aku lupa. Hatimu hanya di miliki wanita ular seperti Stella yang genit dan gatal dengan suami orang," kata Jane pedas. Biarlah Stella mendengar kata-katanya. Ia tak peduli jika nanti Stella datang lagi lalu marah-marah menyalahkannya.
"DANZEL! AKU BUKAN SEPERTI WANITA ULAR KAN? AKU INI WANITA IMPIANMU!" teriakan Stella merengek pada Danzel mengadu jika Jane menjulukinya ular dan genit pada suami orang. Danzel tetaplah kekasihnya sampai kapanpun.
"Lalu, kau sanggup melupakan Danzel dan segera akhiri hubungan tidak resmi ini?" Jane mendekat menatap nyalang Stella di layar ponsel Danzel, terlihat cantik, bahkan Stella memakai pakaian sedikit menampakkan lengan dan bahu mulusnya. Pantas saja Danzel betah karena suaminya itu suka kekasihnya memakai baju terbuka menampakkan kulit sebening susunya.
"TIDAK! AKU DAN DANZEL SUDAH SATU TAHUN MENJALIN HUBUNGAN CINTA. KAU JANGAN HARAP AKU BISA PUTUS DARI DANZEL!" Stella langsung tersulut amarah.
Jane terkekeh. "Oh ya? Lihat saja. Tidak lama lagi hubunga kalian berdua akan segera berakhir. Karena mama Anette tak perna merestui kalian."
"Danzel! Huhu hiks, Jane memakiku. Sakit rasanya Danzel. Memang kita tak pernah mendapat restu dari mama Anette. Tapi kita saling mencintai satu sama lain. Huhu Danzelku sayang," tergugu menangis menghayati perannya agar terlihat paling tersakiti, sedangkan Jane jauh lebih sakit karena Danzel masih berkomunikasi dengan kekasihnya padahal sudah menikah dan menjadi suaminya.
Danzel ingin menghapus air mata Stella. "Berani-beraninya kau membuat kekasihku sedih?" ia menoleh menatap Jane masih betah berdiri daripada duduk. Istrinya itu terus menantang Stella.
"Apa? Kekasih? Sadarlah! Aku ini istrimu! Kau lupa ha? Lalu, pernikahan kemarin apa? Bunga tidurmu?" kesal Jane nafasnya memburu. Tega sekali Danzel lebih memilih membela Stella di bandingkan dirinya sebagai seorang istri?
Danzel berdiri menghadap Jane. Ia mengangguk. "Pernikahan kemarin memang sebuah mimpi buruk bagi aku. Karena kehadiranmu, membuat aku dan Stella semakin memiliki jarak besar."
"Sedangkan kita? Satu atap dan satu ranjang lebih baik. Karena status kita sekarang suami istri sungguhan. Bukan di mimpi yang hanya imajinasi dapat kau hapus dari pandangan dan ingatanmu."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Billionaire Husband's [END]
RomanceBiar nambah referensi cerita semua genre catat profil wattpadku atau follow❤ Warning!! Beberapa part terdapat adegan dewasa. Untuk 18+ Konflik bertahap Kejutan episode terpanjang!!! Jane terpaksa harus menikah dengan Danzel demi biaya pengobatan ib...