Makan siang kali ini, Jane memilih menyendiri. Ia tidak pergi ke kantin. Jane mencoba keluar, mencari makanan di pinggir jalan.
"Aku menghindari Danzel. Daripada harus bertemu dengan Danzel dan ujung-ujungnya aku di marahi lagi," gerutu Jane mengeluh. Matanya menatap penjual nasi padang yang sedikit sepi. Jane menyebrang jalan dengan hati-hati.
Di tempat lain, Danzel dan Stella pergi ke taman yang tak jauh dari kantor. Ini ide Danzel, sebagai bentuk permintan maafnya terhadap Stella karena telah membuat mood kekasihnya buruk usai mendengar perbincangan mamanya beberapa jam yang lalu.
Stella memalingkan wajahnya, enggan menatap mata Danzel. Hatinya masih kecewa karena Danzel menutupi sesuatu yang tidak pernah ia ketahui sebelumnya.
"Kenapa kau bohongi aku Danzel? Apa salahku?" bibir Stella bergetar menahan tangis. Sebentar lagi ia menangis, mungkin terlihat cengeng. Tapi air matanya itu sebagai bukti kekecewaan terhebat yang tak pernah ia rasakan selama ini dengan Danzel, hubungan asmara satu tahun tidak pernah ada luka apalagi masalah.
Meraih jemari Stella. Danzel berkata. "Aku tidak membohongimu. Waktu itu aku jujur dan apa adanya. Bahwa aku sama sekali tak pernah memberikan benihku pada Jane. Kau ingat sayang?" menatap Stella lekat, tangan Danzel terulur menghapus air mata Stella. Ia jadi ikut bersedih. Dirinya paling tidak suka melihat wanita menangis, terutama wanita yang spesial di hatinya, yaitu Stella dan mama.
Mengangguk pelan, Stella percaya pada Danzel. "Terima kasih telah memberikan semuanya Danzelku sayang," kembali tersenyum, hati Stella merasa lega. Setidaknya Jane tidak akan mendapatkan apa-apa terutama anak dari Danzel apalagi hartanya. Tak akan ia biarkan Jane menguasai Danzel.
"Sama-sama sayang. Sudahi cemberutmu, cantikmu kabur. Aku tak bisa mengagumimu lagi," menggoda Stella dengan gurauan recehnya, Danzel tak bisa humoris, tapi berhasil membuat Stella tersenyum.
"Danzel, nanti ke apartemenku ya? Malam minggu," hampir saja Stella lupa, quality time yang selalu di luangkan Danzel ketika malam minggu nenghabiskan waktunya menginap di apartemennya.
"Pasti, demi Stellaku yang cantik," tangan Danzel mencubit pelan pipi Stella.
"Aw, sakit Danzelku sayang," manja Stella di buat-buat.
Tak jauh dari mereka, Haris yang tadinya sedang duduk santai menikmati udara segar, tak sengaja melihat Danzel dan Stella sedang berduaan.
"Itu siapanya Danzel ya? Coba aku foto. Mungkin Jane tau siapa dia," mengeluarkan ponsel dari saku celananya, memotret kedua pasangan sedang mabuk asmara itu. Kemudian mengirimkannya pada Jane yang masih menggunakan nomor lamanya.
"Ah, maafkan aku Jane. Aku hanya tidak mau kau di bohongi oleh Danzel di belakang. Ternyata dia selingkuh," tutur Haris merasa sedih, perasaan Jane pasti hancur setelah mengetahui hal ini.
***
Ting!
Sedikit terganggu karena Jane masih merapikan meja kerja Danzel yang berantakan.
Jane mengecek ponselnya sejenak. Sebuah pesan dari Haris sahabat SMA-nya.
Haris
Ini siapa? Kau kenal? Tampaknya Danzel sangat dekat dengan wanita cantik ini. Maaf Jane, aku memberitahumu begini daripada kau sakit hati karena tidak tau apa-apa
Bibir Jane tersenyum hambar, disaat ia makan siang sendirian di luar, Danzel justru asik dengan Stella pergi ke taman kota yang tak jauh dari kantor. Bahkan Danzel menyentuh pipi Stella. Dirinya saja tidak pernah di perlakukan semanis itu.
"Hebat," kata Jane kagum. "Sekretarisnya disini merapikan meja yang berantakan. Pemiliknya justru berduaan kencan di taman kota. Suami macam apa kau huh?" tantang Jane menatap foto Danzel tersenyum lebar pada Stella, tak pernah sedikitpun Danzel memberikan senyuman sebahagia itu pada dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Billionaire Husband's [END]
RomanceBiar nambah referensi cerita semua genre catat profil wattpadku atau follow❤ Warning!! Beberapa part terdapat adegan dewasa. Untuk 18+ Konflik bertahap Kejutan episode terpanjang!!! Jane terpaksa harus menikah dengan Danzel demi biaya pengobatan ib...