Danzel duduk mengistirahatkan dirinya yang begitu lelah untuk hari ini. Ia baru saja sampai di apartemen.
"Haris itu siapamu?" tanya Danzel, ia sedikit ketus. Jane justru senyum-senyum sendiri. Menyebalkan.
"Haris cuma sahabatku. Yah, aku berharap dapat bertemu sahabat masa SMA ku lagi," Jane memilih duduk sendiri daripada di samping Danzel, suaminya itu pasti akan marah dan merasa risih.
Ponsel Danzel berdering, Jane mengintip penasaran.
"Siapa yang meneleponmu?"
Danzel menatap layar ponselnya. Stella. Sudah beberapa jam Danzel tak menyalakan gawainya. Pasti Stella sekarang marah dan kesal karena ia tak kunjung memberikan kabar.
Menjauh dari Jane. Danzel juga merindukan Stella.
Jane mengikuti Danzel dengan waspada. Ia ingin menguping.
"Sayang! Kenapa kau susah sekali di hubungi? Pesanku juga tak ada yang terbaca. Sengaja ya? Biar bebas berduaan sama Jane bulan madu?" suara Stella langsung menyapa terlalu cepat, ia tengah mengomeli Danzel habis-habisan.
Berusaha sabar, Stella memang cerewet sama saja dengan Jane.
"Tadi aku dalam perjalanan pulang. Lagipula aku juga lupa tak mengisi daya baterainya. Mungkin ponselku mati," jawab Danzel tenang.
"Jawab jujur!" tantang Stella. Ia ingin tau apakah Danzel benar-benar melakukannya dengan Jane atau tidak. "Kau tidur satu ranjang ya? Atau pesan satu kamar?"
Tidak bisa menjawabnya. Jujur pun salah, Stella marah dan mengabaikannya berhari-hari. Kalau pun bohong, Jane pasti akan jujur pada Stella.
"Tidak. Aku memesan kamar sendiri. Karena aku menghargai perasaanmu Stella," jujur Danzel namun gugup. Ia harap Stella mempercayainya.
Jane tersenyum miring. Saatnya ia membuat Stella terbakar api cemburu.
"Danzel? Malam ini kita melakukannya lagi kan?" suara Jane setengah berteriak itu membuat Danzel menoleh dengan wajah terkejutnya.
"DANZEL! KAU BOHONG PADAKU!" teriak Stella berang. Mendengar Jane mengatakan seperti itu, seketika ia terbakar api cemburu.
"Stella. Aku bisa jelaskan kalau-" belum usai Danzel menjelaskan yang sebenarnya, Stella mengakhiri panggilan teleponnya.
"Semua ini gara-gara mulutmu! Diam sebentar memang berat. Yah, karena kau Jane cerewet. Seharusnya aku membungkam mulutmu selamanya saja," gerutu Danzel kesal. Jane merusak suansa melepas rindunya dengan Stella.
Terkekeh, Danzel jika kesal semakin tampan. "Meskipun kau tidak memberikanku benihnya. Tapi untuk pertama kalinya kau melakukan itu kepadaku. Dan Stella belum mendapatkannya sama sekali," ujar Jane remeh. Stella selalu mendapatkan apapun dari Danzel, uang, hadiah, dan waktu. Sedangkan dirinya tak pernah mendapatkan itu semua.
Langkah lebar Danzel menuju kamarnya itu pun saat melewati Jane menabraknya sengaja hingga Jane terhuyung dan jatuh.
"Danzel! Sakit!" keluh Jane meringis mengusap sikunya yang tergores ubin lantai.
Tak peduli, Danzel menutup pintu kamarnya sedikit keras.
"Awas saja," ancam Jane berusaha bangkit. Ia melihat sikunya yang memerah. Danzel keterlaluan. Sengaja membuatnya terluka.
***
Malam ini Danzel begadang. Ia tak sempat menyalin file penting ke flashdisk-nya untuk promosi produknya besok.
"Shhh, sakit sekali perutku," rintih Danzel memegangi perutnya, sepertinya ia terlambat makan. Lebih betah di kamar daripada keluar yang nantinya akan bertemu Jane, istri cerewetnya yang pemaksa.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Billionaire Husband's [END]
RomanceBiar nambah referensi cerita semua genre catat profil wattpadku atau follow❤ Warning!! Beberapa part terdapat adegan dewasa. Untuk 18+ Konflik bertahap Kejutan episode terpanjang!!! Jane terpaksa harus menikah dengan Danzel demi biaya pengobatan ib...