Episode 64

87 7 1
                                    

"Kau ini bukannya membuatku bahagia melupakan Stella, justru mengingatku tentang wanita egois dan matre itu lagi?" beranjak dari duduknya, Danzel sudah muak. Apapun yang berkaitan dengan Stella ia sudah tidak mau lagi memikirkannya bahkan memperdulikannya.

Gabriela pun segera bergegas menyusul langkah Danzel yang akan pergi. Di raihnya tangan Danzel, menahannya agar tidak pergi. Langkah Danzel terpaksa terhenti.

"Maaf sayang, aku tidak tau kalau restoran ini ada kenangan masa lalumu bersama Stella," merasa bersalah dan tidak tau apa-apa. Danzel tertutup, tak pernah menceritakan apapun tentang Stella, hanya sebatas hubungan berakhir tanpa di beritahu alasan jelasnya.

Bisik-bisik dari orang sekelilingnya yang tadinya fokus makan beralih melihat pertikaian kecil antara Gabriela dengan Danzel.

"Kasihan ya, pasangannya masih ingat mantan di masa lalunya."

"Benar, pasti susah move on. Dia jadi pelampiasannya."

Ucapan menyakitkan yang tidak ada benarnya itu membuat amarah Gabriela naik. Menatap tajam kedua wanita sosialita itu sinis. "Aku bukan pelampiasannya. Aku ini istrinya!" aku Gabriela tak ingin di cap sebagai kekasih pelampiasan tanpa atas dasar cinta.

"Mana buktinya? Kalian pasti hanya pacaran saja," merasa tak percaya atas pengakuan Gabriela. Mana mungkin pasangan yang sudah menikah tapi masih mengingat-ingat mantan juga masa lalunya? Tidak ada! Akan sangat sulit untuk mencintai orang pilihan barunya.

"Kalian semua tidak percaya aku ini istrinya? Aku bisa-" sebelum Gabriela menunjukkan status hubungannya di hadapan semua orang, Danzel berlalu pergi tak peduli Gabriela mau menunjukkan hubungannya atau tidak. Danzel terlanjur kesal akan pilihan restoran dari Gabriela, tempat ini mengingatkan tentang Stella, terlalu banyak kenangan yang harus ia lupakan secepat mungkin. Melepaskan Stella sepenuh hati, terbawa emosi membuat Danzel mengakhirinya tanpa berpikir panjang.

"Sayang, aku suapi ya?" tangan Stella sudah bersiap menyuapkan ke mulut Danzel. Tapi punggungnnya merasakan sesuatu yang bergerak-gerak disana.

Stella panik. Ia merabanya, benda yang mengganjal sedikit keras tapi lunak.

"Danzel! Tolong ini apa yang ada di bajuku!" suara Stella memekik. Sampai pengunjung disana memperhatikan Stella heran.

"Coba aku lihat," tangan Danzel berniat akan membuka ritsleting baju Stella namun suara Jane yang tegas itu mengejutkannya.

"Wah! Bagus ya. Rencanamu sangat bagus!" Jane bertepuk tangan mengakui kecerdasan yang di miliki Danzel.

Tidak mengerti akan maksud Jane. Danzel bertanya. "Apa?" ia berpura-pura tidak tau.

"Kau mengempeskan ban mobil baruku. Agar bisa berkencan dengan Stella di restoran yang sama. Tega sekali," Jane menggeleng. Matanya berkaca-kaca, ia ingin menangis namun air matanya seakan habis hanya menangisi Danzel.

Berdiri dari duduknya. Danel berkata. "Sadarlah. Kau bukan siapa-siapaku. Mamaku hanya kasihan padamu. Karena kau tidak mempunyai uang mencukupi. Mamaku sudah baik sampai memberikan posisi menjajikan dengan gaji dua kali lipat dari karyawan yang lain. Seharusnya kau senang. Tapi selain uang, kau juga mengharapkan sebuah cinta," jelas Danzel panjang lebar.

"Danzel! Ini apa! Tolong singkirkan dari dalam bajuku! Geli sekali!" kembali histeris, Stella menggeliat. Pasti di dalam bajunya ada serangga disana. Entah darimana asalnya bisa masuk.

Jane tersenyum senang. Melihat Stella merasa geli sendiri karena serangga di punggungnya.

"Aku berangkat dulu. Urusi saja Stella-mu," pamit Jane namun tangannya di cekal oleh Danzel.

My Billionaire Husband's [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang