Tak lama kemudian terlihatlah Jane yang diantar oleh Robby dan dua bodyguard lainnya.
Jane menunduk takut, tak berani menatap wajah mama Anette. Ia sudah kepergok berbohong.
"Danzel, Jane. Ayo masuk. Kalian harus mendengarkan nasehat mama," ajak Anette mempersilahkan Danzel dan Jane masuk lebih dulu.
Sedangkan Stella ingin keluar saat itu juga, ia merasa gerah terus-terusan berada di dalam lemari yang begitu sempit.
'Aduh, mama Anette kenapa sih. Harus menasehati Danzel dan Jane? Ada masalah apa mereka?' batin Stella bertanya-tanya. Pasti masalahnya sangat serius.
"Jane, kau tidak hamil kan?" tanya mama Anette lembut, ia mengerti saat ini Jane merasa bersalah dan takut ia marahi.
Menggeleng pelan, Jane tidak bersuara.
'Jane bisu, hanya menjawab pertanyaan mama saja sulit sekali,' kesal Danzel di hatinya.
"Kau di suruh Danzel? Memalsukan garis tetspack ini?" menunjukkan benda itu di depan Jane.
"M-maaf ma," terbata dan gugup Jane mengucapkannya. Karena itu keinginan Danzel sendiri. Padahal ia sudah bilang agar jujur saja pada mama Anette dan tidak perlu berpura-pura hamil begini.
Stella yang mendengar itu tercengang tak percaya. Danzel dan Jane merencanakan hamil palsu?
'Danzelku sayang berani juga ya. Aduh, tapi mama Anette pasti menghukum Danzel karena berani berbohong,' ucap Stella di batinnya merasa khawatir. Ia harap hukuman yang di berikan mama Anette tidaklah berat.
"Kalau begini rencana kalian, berarti harus menjalankan program hamil lagi. Terutama Danzel, apa kau tiap malam berhubungan dengan Jane?"
Gawat! Danzel bingung harus menjawab apa. Mungkinkah Jane akan buka suara mengenai malam itu di Perancis?
"I-ya. K-ita setiap malam berhubungan ma. Benarkan Jane?" melirik Jane, istrinya itu hanya berkedip-kedip imut tidak tau apa-apa. Ah, Jane polos!
"Ha? Em-ya," ragu-ragu Jane menjawabnya. Tidak mungkin ia jujur langsung kepada mama Anette perihal Danzel yang memakai pengaman agar dirinya tidak hamil.
"Kenapa kalian berdua grogi begitu? Pasti bohong kan? Danzel belum pernah melakukan itu denganmu Jane?" tak ada habisnya pertanyaan di tunjukkan pada Jane, Anette tidak bisa di bohongi begitu saja oleh Danzel apalagi Jane.
"Danzel...sudah pernah. Di malam bulan madu ma," sembari berpikir mencari alasan yang tepat, Jane menjawabnya dengan memaksakan senyumannya agar mama Anette yakin.
Stella terbelalak tak percaya. Apa? Saat malam bulan madu?
BRAK.
Keluar dari dalam lemari dan membuka secara kasar, Stelka tidak suka bila Danzel berhubungan dengan Jane kalau memang itu benar.
Sontak, Danzel, Jane dan mama Anette menatap bingung seorang office girl baru berkacamata yang memiliki kesan cupu itu memasang wajah marahnya.
"Kau bohong kan?" tanya Stella dengan nafas terengah-engah, ia menghirup oksigen secukupnya karena di dalam lemari udaranya sedikit. Dirinya tak bisa berlama-lama berdiam diri disana, bisa pingsan karena kekurangan oksigen.
"Bohong apa? Berani-beraninya kau menuduh Danzel berbohong? Oh, atau jangan-jangan kau tadi menguping pembicaraan kami ya?" emosi mama Anette seketika naik, sejak kapan ada office girl yang berani mencampuri urusan Danzel yang begitu bersifat privasi?
Baru sadar dan Stella menggeleng. 'Aduh, habislah sudah riwayatku. Kenapa tadi aku harus sampai terbawa emosi?' umpatnya dalam hati merutuki dirinya sendiri yang terlalu ceroboh. Jika seperti ini mama Anette akan mencurigainya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Billionaire Husband's [END]
Roman d'amourBiar nambah referensi cerita semua genre catat profil wattpadku atau follow❤ Warning!! Beberapa part terdapat adegan dewasa. Untuk 18+ Konflik bertahap Kejutan episode terpanjang!!! Jane terpaksa harus menikah dengan Danzel demi biaya pengobatan ib...