Episode 41

153 14 0
                                    

Hallo, udah lama gk nulis di wattpad stlh hiatus dan critaku sama dgn yg terkenal~

Mungkin dgn menulis cerita alur berat adlh jalan terbaik dripd nantinya ceritaku di samakan lagi😁

Aku trus post crita beda2 mau romance fantasi atau horor. Kluar dri zona nyaman yg dulu😌

Happy reading❤

Keesokan harinya, Stella kembali menjadi Rachel di kantor Danzel. Tidak akan ia biarkan Danzel mendapatkan kesempatan berdua lagi dengan Jane.

Pagi-pagi sekali, Stella menyiapkan minuman favorit Danzel.

Pintu terbuka, Danzel masuk dan terkejut mendapati Stella yang duduk manis melemparkan senyum cantik ke arahnya.

"Selamat pagi Danzelku sayang," sapa Stella berkedip menggoda. Wajah Danzel tampak panik. Sepertinya Danzel takut ketauan Jane.

"Di minum dulu sayang," menyodorkan jus jeruk segar. Tapi Danzel tidak menerimanya.

"Kau keluar. Bagaimana nanti Jane tau?" bisik Danzel suaranya lirih. Memang ia merindukan Stella seharian kemarin tidak mengabarinya. Sekarang waktu yang tepat untuk bertemu dengan Stella. Jane tidak akan tau.

Stella menggeleng. "Aku tidak mau keluar. Danzelku sayang," berdiri menghampiri Danzel, ia membelai pipi sang kekasih sebentar. Stella mendekatkan wajahnya, hingga hidungnya sudah saling menempel. Sedikit lagi ia bisa mencium Danzel.

"Stella, apa yang kau lakukan? Menjauhlah. Aku tidak mau sampai mama, Jane dan Robby masuk ke ruangan tiba-tiba. Tolong kondisikan keadaan Stella. Ini masih di kantor," mendorong tubuh Stella perlahan, Danzel menjaga jarak agar menjauh sedikit dari Stella. Bisa tanda bahaya kalau sampai Robby yang selalu menerobos masuk tanpa permisi. Stella memang sedikit agresif jika sedang rindu sampai tidak melihat situasi.

"Sejak kapan seorang Danzel takut? Biasanya kita bebas-bebas saja berdua begini. Jangan lupa ya, kita pernah saling melepas kenikmatan di ruangan ini."

Percakapan itu di dengarkan oleh Jane lagi. Ia sengaja tidak langsung marah apalagi melabrak Danzel dan Stella.

"Jadi? Masih ada hubungan ya? Bagus," gumam Jane menahan perasaan kesalnya. Ia pikir Danzel sudah melepas Stella dan melupakan, nyatanya tidak masih saja berpacaran. Apalagi mengungkit tentang hal itu. Telinganya terasa sakit mendengarnya.

"Ayo kita lalukan sekali lagi," pinta Stella dengan manjanya, ia kembali mendekati Danzel. Membenarkan dasi Danzel yang sama sekali tidak miring, sengaja agar Danzel terpesona.

"Kau gila?" mendorong Stella terlalu keras hingga Stella terjatuh, meringis mengadu sakit. Suaranya sangat berisik, Danzel sampai takut sendiri kalau ada yang mendengarnya

"DANZEL! SAKIT! KAU TEGA MENDORONGKU?"

Danzel pusing menghadapi. Ia ingin memecat Stella tapi tidak punya alasan yang jelas.

Tanpa berlama-lama, Jane masuk. Ia bersidekap dada, menatap kedua pasangan yang tertangkap basah tengah berselingkuh di belakang istrinya.

"Suaranya sangat mirip ya dengan Stella," sindir Jane halus, sontak mampu menbuat Stella diam tak lagi mengeluh sakit kepada Danzel.

"Kenapa diam? Atau jangan-jangan kaulah Stella? Hahh, astaga," menutup mulutnya merasa terkejut, andai saja penyamaran Stella terbongkar dan di ketahui mama Anette, pasti Stella langsung di keluarkan darisini. Diusir dengan paksa seperti dulu saat Stella nekat menemui Danzel ke kantin, sedang makan siang. Stella sama sekali tidak takut dengan Robby, mungkin Stella belum tau siapa Robby.

"Aku Rachel. Kau menuduhku sebagai orang lain?" bangkit berusaha berdiri, Stella tak ingin penyamarannya sebagai office girl Rachel terbongkar begitu mudahnya. Ia ingin menyamar selamanya agar bisa menemui Danzel dan berduaan dengan kekasihnya itu.

My Billionaire Husband's [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang