Episode 33

163 10 0
                                    

"Kalau Danzel sudah memberikan semuanya?" tanya Stella tersenyum penuh arti.

"Sekarang juga, ayo pulang. Atau aku jujur pada mama Anette," ancam Jane, ja berniat akan menghubungi mama Danzel jika suaminya itu masih saja nekat betah dengan Stella.

"Em-jangan. Baiklah, aku pulang sekarang," sedikit takut dengan ancaman yang di berikan oleh Jane, Danzel pun memakai pakaiannya kembali di kamar mandi dan pergi meninggalkan Stella sendirian disana.

"Danzel! Jangan tinggalkan aku. Danzel!" suara Stella yang perlahan-lahan menghilang itu tak di pedulikan oleh Danzel.

'Wajar saja Danzel meninggalkanmu. Dia adalah milikku,' batin Jane tersenyum penuh kemenangan.

***

Tak ada makanan yang tersaji di meja. Danzel bertanya pada Jane apa alasannya. Dan istrinya itu menjawabnya dengan begitu mudahnya.

"Bikinlah makanan sendiri," tanggapan Jane terlalu dingin. Badannya tambah menggigil karena kehujanan dua kali. Ia meringkuk dengan selimut yang baru saja di belinya beberapa hari yang lalu. Di tambah lagi suhu AC-nya. Jane tidak sanggup dengan suhu dingin.

"Apa? Bikin sendiri?" tanya Danzel mengulang ucapan Jane.

"Ya," jawab Jane ketus. "Lagipula nanti makananku tidak akan kau sentuh sampai basi. Sama saja tanpa sadar kau membuang-buang makanan, Danzel," omelnya panjang lebar. Ia tak bisa sabar lagi dengan Danzel. Masih sakit hati saat Danzel tak memakan masakannya, menbiarkannya sampai basi. Padahal Jane sudah membuatnya semaksimal mungkin.

"Dasar istri tidak becus," umpat Danzel namun kata-katanya tak membuat Jane marah. Tetap santai dan tidur memeluk tubuhnya sendiri.

Akhirnya Danzel memasak sendiri, yang ia tau sedikit saat masih tinggal bersama orang tuanya di rumah. Alasannya mandiri dan keluar dari rumah, ingin bebas menemui Stella diam-diam tanpa sepengatahuan sang mama juga ayahnya.

***

Malam harinya tepat jam duabelas, Jane tak bisa tidur. Suhu badannya semakin panas. Beranjak dari sofa panjangnya, Jane pergi ke dapur mengambil air yang sedikit dingin untuk mengompres.

"Nanti pagi panasnya harus turun. Aku tidak mau membuat mama Anette khawatir. Dia sudah aku anggap seperti ibuku sendiri," melangkah gontai dengan lesunya, Jane kurang berhati-hati hingga ia tersandung dan air yang di bawanya dalam wadah itu tumpah membasahi lantai. Suara berisik saat wadahnya terjatuh pasti membangunkan Danzel yang sedang tidur nyenyak.

PRANGG

"Aduh, arinya tumpah. Wadahnya juga hampir pecah," berimpuh mengambil wadah kosong itu, Jane segera mengepel air yang sudah merembet kemana-mana.

Di dalam kamarnya, Danzel merasa terngganggu.

"Suara berisik apa sih?" menyibak selimutnya kasar, keluar dari kamar dan memeriksa darimana sumber suara itu berasal. Pasti ulah Jane. Tidak mungkin kucing yang salah masuk ke apartemen.

"Jane? Apa yang kau jatuhkan disana?" tanya Danzel suaranya agak keras.

Jane panik, ia mengepel terburu-buru. Lantainya masih basah, namun tidak selicin tadi.

Selesai.

"Tidak ada," jawab Jane saat sudah di hadapan Danzel, mata tajam itu memperhatikan Jane dari jauh. Danzel hanya melihat Jane mengepel lantai saja.

"Tidak ada kau bilang? Lalu kenapa kau sampai mengepel lantai?" untuk memastikannya sendiri, Danzel pun mengecek lantai yang sudah Jane pel. Sedikit basah dan licin. "Kenapa basahnya cuma disini?" tanya Danzel dengan tatapan mengintimidasinya.

My Billionaire Husband's [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang