Episode 70

116 4 2
                                    

Gabriela mengangguk. "Kalau kau keberatan, aku tidak mau menjadi istri pura-pura juga sama seperti dia!" tunjuk Gabriela kepada Kevin yang masih setia berdiri dengan wajah kebingungannya.

"Tunggu-tunggu. Anak?" sedikit mencurigakan, apalagi membahas langsung soal harta warisan. Pikiran Kevin berasumsi bahwa wanita cantik itu tengah mengandung anak Danzel.

'Ya Tuhan! Aku hampir lupa kalau disini masih ada Kevin,' batin Danzel gelisah, Gabriela sendiri tak bisa menjaga privasinya. Kevin memang sebatas teman, tapi siapa yang tau jika Kevin dapat membocorkan informasi ini ke publik?

"Bohong, dia ini menjadi kekasih pura-puraku. Kami terpaksa menjalin hubungan supaya pacarnya Gabriela cemburu dan menyesal karena menduakan Gabriela. Betul begitu sayang?" mata Danzel berkedip sebagai kode berharap Gabriela mengerti situasi Kevin mulai menaruh rasa curiga.

'Apa-apaan sih Danzel? Kenapa hubungan ini harus sembunyi-sembunyi? Seharusnya bisa berterus terang!' jerit Gabriela dalam hatinya. Bibir tipisnya tersenyum sedikit. "Kita hanya pacaran pura-pura. Agar kekasihku cemburu dan menyesal, maka dari itu aku menjadikan Danzel my boyfriend. Apa yang di bilang Danzel benar," berusaha memaksakan senyumannya, Gabriela akan mengikuti kemauan Danzel. Meskipun bertolak belakang dengan hatinya.

"Aku pamit pulang. Sebelum Jane bangun dan tau aku kabur. Jaga dirimu baik-baik. Hubungi juga tempat pengiriman paketnya, katakan kalau aku memberi barang yang salah. Anggap saja penipuan," beranjak dari duduknya, langkah Danzel pergi dari rumah kosong yang di tempati Gabriela.

***

Menutup pintu sedikit hati-hati tanpa menimbulkan suara apapun. Langkah Danzel mengendap-endap, apalagi Jane tidur di sofa panjang.

"Kenapa gelap sekali?" keluhnya tak bisa melihat lebih jelas setiap ruangan.

Danzel yang tadinya melangkah mencari sakral lampu, tiba-tiba di nyalakan dan berdirilah Jane bersidekap dada menatap tajam Danzel.

"Kabur lagi? Darimana?" pertanyaan sengit di layangkan, Jane menyadari kepergian Danzel secara diam-diam, tapi ia memilih diam dam tak mengikuti kemana suaminya itu pergi. Lebih baik menunggunya sampai pulang.

"Cari angin segar. Kamarku akhir-akhir ini panas. Gerah," jawab Danzel beralasan. Sebisa mungkin ia menghindari Jane, istrinya itu selalu saja mencampuri urusannya.

"Cari angin atau kelayapan bertemu wanita lain?" mengikuti langkah Danzel memasuki kamar, Danzel tidak sadar dirinya sama-sama masuk dan berada di dalam kamar.

"Enyahlah!" menatap Jane yang berdiri diambang pintu kamarnya. "Jangan coba-coba masuk ke dalam kamarku!" usirnya mendorong Jane keluar. Dengan gerakan cepat, Danzel langsung mengunci pintu kamarnya. Biarlah Jane tidak perlu tidur seranjang dengan dirinya, tak akan pernah sampai kapanpun.

***

Paginya, Jane meminta Robby untuk pergi ke tempat kurir pengiriman barang yang hanya ada satu di sekitar tempat tinggal Danzel. Seingatnya pernah melewatinya. Tapi, untuk sekarang terpaksa mampir kesana hanya memastikan siapakah pengirim sebenarnya.

'Mustahil yang mengirimi paket adalah laki-laki. Danzel saja sampai sembunyi-sembunyu membuka paketnya. Dan kertas DNA itu juga, di bakar habis-habis oleh Danzel,' batin Jane larut dalam pikirannya.

Yang lebih meyakinkan lagi Danzel marah-marah dan menyebut-nyebut nama Gabriela.

"Gabriela, kau ini selalu saja tak bisa mengerti situasi," membuang lakban yang menempel di bagian atas penutup kardusnya. Saat kardusnya terbuka, Danzel hanya menemukan selembar kertas. Lagi-lagi kertas, perasaan Danzel gelisah tak menentu bercampur takut. Apalagi kali ini?

My Billionaire Husband's [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang