Episode 24

172 12 0
                                    

Tempat lain yang remang-remang. Jane menunduk lesu, ia sangat lemas karena tidak ada udara segar yang memasuki tempatnya di kurung.

Ya, benar. Jane di bawa oleh seorang pria misterius, selalu menggunakan masker hitam dan kacamata, tidak lupa memakai topi. Selalu menunduk saat menghadap lawan bicaranya, terutama pada Jane saat ini.

"Jelaskan, apa alasanmu menikah dengan Danzel. Setauku, suamimu itu masih mencintai kekasihnya ya?" suara keras dan tegas itu membungkam Jane. Menjawab jujur sama saja menyerahkan nyawanya melayang. Apalagi di tangannya membawa sebuah belati.

Tubuh Jane gemetaran. 'Dia siapa? Untuk apa membawaku ke tempat pengap begini? Ck, Danzel punya musuh. Dan aku jadi sasarannya,' maki Jane dalam hatinya. Entah bagaimana caranya agar bisa melarikan diri dari tempat itu, bahkan ia tidak tau dimana letak pintu keluarnya. Semua gelap, di titik tengah tempat dirinya duduk di sebuah kursi dengan kaki terikat dan tangan, lampu yang hampir padam itu meneranginya dengan pencahayaan yang kurang terkadang berkedip-kedip. Jane tidak bisa mengenali wajahnya, ingin sekali ia merekam baik-baik setiap inchi wajah pria jahat di hadapannya ini.

Jane diam tidak berani menjawab sepatah kata pun.

"Kasihan," ia terkekeh merasa lucu Jane terperangkap pernikahan tanpa cinta. "Sesanggup itukah kau hidup bertahan bersama Danzel? Kalau aku lebih baik pergi dan mencari laki-laki lain yang mencintaiku segenap hatinya. Bukan cinta yang palsu dan setengah-setengah," kritiknya ketus. Biarlah Jane merasa sakit hati dengan ucapannya. Ada baiknya Jane di kasih paham bahwa pernikahannya tidak akan pernah membawa kebahagiaan.

Jane merintih dalam hatinya. 'Aku lapar. Perutku kosong. Kenapa orang ini tidak memberikanku makan sesuap nasi saja? Bahkan dadaku terasa di tekan karena kurang minum air,' keluhnya menahan sakit. Menatap sinis perempuan misterius yang menutupi identitas dan wajahnya.

Di raihnya dagu Jane, kuku panjang sedikit lancip itu menyakiti kulit Jane.

"Nikmati penjara busukmu disini. Jangan pernah berharap hidup bersama Danzel lagi," menghempaskan dagu Jane kasar. Kakinya melangkah pergi dalam kegelapan ruangan.

Tiba-tiba lampu yang tadinya berkedip-kedip menjadi padam. Jane ingin berteriak, ia paling takut dengan namanya gelap.

Pikirannya mulai membentuk imajinasi tentang adanya makhluk menyeramkan. Di susul suara-suara aneh. Jane menangis.

'Andai saja aku tidak perlu kabur. Danzel, aku mau pulang. Maafkan aku yang kabur-kaburan seperti anak kecil. Aku pergi sejenak karena ingin menenangkan pikiranku tentangmu bersama Stella,' suara Jane tertahan dalam hatinya.

"Halo perempuan yang malang. Ikutlah bersama kami."

Leher Jane terasa begitu dingin, mata Jane berusaha menangkap objek tak kasat mata di sekitarnya. Samar-samar kimono putih dengan rambut berantakan menjuntai itu berada tepat di sampingnya.

"Arghh," suara Jane tertahan karena mulutnya tersumpal kain. Rasa sakit seperti tusukan kuku itu menembus lehernya.

"Aku mohon pergilah kalian semua!" berusaha untuk teriak sekeras-kerasnya, namun makhluk-makhluk tak kasat mata itu menggangunya dan ingin mengambil nyawanya.

Tempat pengap dan gelap, di tambah pikiran Jane berhalusinasi terus. Tidak ada penerangan cahaya sama sekali. Bahkan sang rembulan pun tidak mau meneranginya.

"DANZEL! TOLONG AKU! ARGHH, LEPASKAN. PERGI KALIAN! PERGI!" meraung tak karuan, kaki Jane juga menendang udara kosong, rasanya percuma melawan makhluk tak kasat mata itu. Percuma. Lehernya semakin sakit dan perih, belum lagi cakaran dalam itu membuat lehernya sedikit basah. Jane dapat menduganya pasti darahnya mengucur sekarang.

My Billionaire Husband's [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang