"Lalu, rencana selanjutnya kalau Nona Jane ternyata anak Nyonya. Berarti hubungan pernikahan dengan Tuan Danzel tidak sah?" tanya Robby mendesak, kasihan sekali apabila Jane mengetahui fakta mengejutkan ini. Pasti wanita malang itu kecewa dan hancur.
Helaan nafas lelah membuat Anette bimbang memberitahukan hal ini. Bisakah Jane menerima kenyataannya?
"Mau bagaimanapun, Jane itu anak pertamaku. Sedangkan Danzel," jeda sejenak, tak kuasa menahan rongga dadanya yang kian sesak. Inilah waktu tepat.
Jantung Robby berdegup tak karuan, dari raut wajah sedih itu ia dapat mengambil kesimpulan bahwa ada suatu kebohongan besar selama ini di tutupi. Tapi demi mengamankan anak perempuan layaknya Jane, sampai rela berpisah bertahun-tahun lamanya hingga Jane dewasa dan kini di pertemukan kembali dengan ibu kandungnya, yang tak lain bukanlah Anette.
"Danzel cuma anak pungut yang aku ambil dari panti asuhan. Tapi, meskipun bukan anakku, mamanya Galen mengakuinya secara terang-terangan ke publik. Bahkan berita kelahiran Danzel di palsukan demi menaikkan popularitas penerus perusahaan Galen," menangis sesenggukan, pipi Anette basah karena air mata yang terus berjatuhan.
"Kau tau Robby?" mata Anette sedikit memerah, ia kembali menelan pil pahit usai memendamnya terlalu lama. Dan baru kali ini, ia di pertemukan kembali dengan anak kandung perempuannya. Anak satu-satunya yang tidak di harapkan.
"Aku sudah menganggap Danzel seperti anakku sendiri. Orang tua Danzel membuangnya di pinggiran sungai dekat jembatan kota. Malam-malam sekali, tangisan bayi Danzel membuatku tidak tega. Tempat sepi yang akan membahayakan Danzel," masih teringat jelas bagaimana Danzel di tutupi dengan koran. Andai jika Danzel kecil tidak menangis, mungkin Anette mengira itu hanyalah setumpuk sampah koran.
Tanpa mereka sadari, Danzel yang merasa jengah berada di apartemen terus-terusan karena menghadapi sikap cerewet Gabriela dan Jane berubah dingin sekaligus cuek membuatnya mampir sejenak ke rumah orang tuanya. Namun, siapa sangka fakta mengejutkan ini meremukkan hati Danzel sehancur-hancurnya. Kepercayaan dirinya yang akan menjadi anak tunggal kaya raya mewarisi harta ayahnya pupus sudah. Memikirkan sejahat apa perbuatan orang tuanya yang tega membuang di tempat itu. Tak kuasa air mata Danzel lolos membasahi pipinya.
Kakinya segera bergegas pergi darisana. Ia butuh waktu sendiri. Ada perasaan bersalah ketika memperlakukan Jane sebagai pembantu atau asisten rumah tangga. Menarik ulur mencintai dan membenci. Bahkan Jane sudah berusaha sebisa mungkin untuk membuatnya jatuh cinta. Membangun mimpi mempunyai seorang anak. Berbagai kenangan buruk yang memilukan terus terputar di otaknya bagai kaset rusak. Sarapan yang ia diamkan sampai basi, mendorong Jane saat istrinya butuh pelukan, meninggalkan Jane yang sudah menyiapkan makan malam demi menemui Gabriela, pergi diam-diam ke Surabaya ingin berpesta fora bersama Stella tapi hubungannya berujung kandas karena sikap Stella terlalu pemaksa dan egois, melontarkan berbagai ucapan kasar kepada Jane sampai istrinya itu tak pernah menunjukkan kesedihan, trauma lampu mati karena adanya sosok hantu ia anggap Jane modus, kemurkaan Jane saat membantunya memadamkan kertas hasil tes DNA. Suami macam apa dirinya ini? Suami yang tidak mempunyai orang tua dan dibuang karena kehadirannya tidak di inginkan tapi semena-mena menindas Jane yang sudah jelas anak kandung Anette dan Galen.
Seorang laki-laki memakai topi dan jaket hitam menatap objek di depannya tersenyum puas. Akhirnya target selama ini di nantikan datang sendirian tanpa adanya pengawalan ketat dari bodyguard. Kesempatan bagus tak akan ia sia-siakan. Menyungkirkan Danzel adalah tujuan utamanya. Dendamnya karena telah berani menikahi Jane. Ia sampai mengubur dalam-dalam keinginannya untuk menikahi Jane sejak dulu. Enak saja Danzel merebut wanita incarannya. Tak bisa di biarkan!
Laju mobil sedikit mengebut dan mengarah pada Danzel yang masih termenung di tengah jalan. Kemungkinan besar Danzel tengah melamun.
Tak peduli lagi mengulur waktu, tak sabar melihat Danzel pergi selama-lamanya. Ia harus mendapatkan Jane-nya kembali! Titik!
Cittt
BRAK
Tubuh Danzel terpental sejauh 8 meter. Dar4h menetes di jalanan membasahi, merah pekat menunjukkan betapa parahnya aksi tabrakan itu.
Suara rintihan dari bibir pucat itu mengucapkan kata-kata menyayat hati.
"J-jane istriku. A-ku ter..lalu b..od..oh m-e..nyia-nyia..kan wa..nita sebaik d..an se...tu..lus..ahhh," rasa sakit begitu hebat menyerang bagian belakang kepala Danzel. Dar4h tak hentinya mengalir membuat pandangannya berkunang-kunang. Di tatapnya jari manis yang melingkar indah, cincin pernikahannya dengan Jane.
Danzel tersenyum mengingat cincinnya hilang dan Jane marah. Yang menemukannya adalah Stella. Seharusnya ia tidak perlu melepaskan cincin itu.
"I..L..ov..e y...ou istr..iku," usapan terakhir di cincin emas ternodai oleh darahnya sendiri, perlahan mata Danzel terpejam
"Bagus, aku harap Danzel mati."
"Apa aku boleh memiliki Jane selamanya?"
"Silahkan, tapi jaga Jane baik-baik. Jangan sakiti dia. Jangan lukai dia. Apalagi menangis," syarat mengintimidasi itu membuat seseorang yang duduk di sebelahnya mengangguk paham.
Kira-kira siapa mereka? Apakah orang terdekat Jane terlibat?
***
"DANZEL! DANZEELL!" teriakan lantang di ruang tengah sangat mengganggu tidur Gabriela. Sejak tadi Jane mengigau bermimpi tentang Danzel.
Tidak tahan dengan suara Jane yang mengganggu. Gabriela pun membawa segelas air dari dapur dan menyiramkannya tepat di wajah Jane. Meluapkan kekesalannya terhadap istri sah Danzel yang menyebalkan!
"BANGUN!" suara Gabriela meninggi itu berhasil membangunkan tidur Jane sedang berada di alam mimpinya.
Menghirup oksigen sebanyak mungkin, siraman Gabriela mengejutkan tidur lelapnya. Tatapan tajam melayang sengit dimana Gabriela berkacak pinggang. Lihatlah ratu baru ini yang menyuruhnya tidur di sofa daripada kamar Danzel. Memangnya punya hak apa Gabriela?
"Danzel, jangan pergi dariku," mimpi berdurasi sekilas tadi membuatnya ketakutan setengah mati. "Danzel! Aku harus-arghh sakittt lepas!" niatnya akan pergi tapi tarikan kasar Gabriela mencengkram kuat pergelangan tangannya.
"Mau kemana? Danzel cuma beli makanan diluar. Kau lebay mencari Danzel malam-malam begini? Jangan gila! Kalau bodyguard kesini tanggung jawabmu!" menyalahkan Jane menyudutkannya tanpa henti. Ia saja tidak khawatir dan tenang. Danzel pasti pulang dengan sendirinya nanti.
"Rasakan ini!" sekuat tenaga Jane mendorong Gabriela hingga wanita hamil muda itu tersungkur di lantai. Kakinya berlari keluar segera mencari Danzel. Tidak mungkin Danzel berada di kamar mayat. Terasa sangat nyata bahkan rumah sakitnya dekat di sekitar daerah apartemen Danzel sendiri.
"DANZEL!" terus berlari tanpa adanya rasa lelah, jarak ke rumah sakit beberapa kilometer saja. "Maafkan aku yang terlalu memaksamu untuk mencintaiku," suaranya menjadi lirih gemetar, Jane takut mimpinya menjadi kenyataan. Ia saja belum membongkar kebusukan suaminya yang suka bermain wanita. Ah, jahat juga ya dirinya.
Langkah Jane berhenti, melihat banyaknya kerumunan di depan sana. Apalagi suara sirene ambulan sepertinya akan menuju kemari.
Karena penasaran, Jane melangkahkan kakinya kesana. Mengucap permisi agar orang-orang memberinya celah untuk melihat siapa yang sedang kecelakaan.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
My Billionaire Husband's [END]
RomanceBiar nambah referensi cerita semua genre catat profil wattpadku atau follow❤ Warning!! Beberapa part terdapat adegan dewasa. Untuk 18+ Konflik bertahap Kejutan episode terpanjang!!! Jane terpaksa harus menikah dengan Danzel demi biaya pengobatan ib...