"Robby tidak mungkin menyukai Jane. Apa dia buta? Jane itu istriku," aku Danzel tidak suka, ada rasa cemburu yang terselip di setiap ucapannya.
Mendengar itu, Stella menatap Danzel tak percaya.
"Apa? Ulangi lagi? Istriku?" terkekeh miris, Danzel ini dilema. Entah siapa yang di cintai Danzel.
Terdiam. Danzel lupa jika ia sedang berhadapan dengan Stella, kekasihnya sendiri. Tak butuh waktu berapa lama, amarah Stella pasti meled4k.
"Aku ini siapamu?" tanya Stella ketus. Menjadi yang kedua di hati Danzel? Tidak, keinginannya adalah menjadi yang pertama. Percuma, selain pertama tak akan mendapatkan apa-apa termasuk harta Danzel.
Danzel memaksakan senyumannya. "Stella, kau kekasihku. Jane bukan siapa-siapaku," jawabnya ragu-ragu, lain dengan ucapan di bibirnya tapi hati mengatakan bahwa Jane itu istrinya bukan orang asing.
Menggeleng tak percaya. "Terserah," malas menanggapi Danzel. Entah apa yang telah di lalukan oleh Jane sampai Danzel berani mengakuinya sebagai seorang istri.
***
Malam harinya, Robby berunding dengan teman-teman bodyguardnya. Ia ingin mencari tau siapa dalang dibalik terbakarnya rumah Jane.
"Mungkin Jane ada musuh," ujar Robert berpendapat. Besar kemungkinan Jane tidak disukai oleh kalangan wanita berkelas yang mengagumi Danzel diam-diam. Mereka iri Jane bisa menikah dengan Danzel begitu mudahnya.
"Siapa? Kau tau?" tanya Robby pada Robert, akan ia temukan siapa yang membakar rumah Jane dengan beraninya.
Robert menggeleng. "Hanya Daniel atau Haris yang tau siapa saja musuh Jane," jawabnya berpendapat. Kemungkinan sahabat Jane itu mengetahui semuanya.
"Kita tanyakan lebih dulu pada Daniel," ujar Robby yakin. Ia berpikir Daniel lebih dekat dengan Jane daripada Haris. Saat Jane berada di dekat Daniel, wanita rapuh itu terlihat tenang dan tidak lagi sedih.
***
Sepi, itulah yang Jane alami saat ini. Kesehariannya menonton televisi kemudian tidur karena lelah.
Tiba-tiba ponsel Jane berbunyi, sebuah nama Danzel meneleponnya. Mencurigakan, mustahil Danzel mau menghubunyinya lebih dulu.
"Halo?" sapa Jane, menunggu Danzel bersuara, namun justru suara d3s4h4n bersahutan yang ia dengar. Jane terbelalak syok, maksud dari telepon ini apa? Menguji amarahnya?
"Danzel? Kau dengan siapa disana?" pertanyaan Jane itu tidak ada yang menjawabnya.
Terdengar samar-samar suara Danzel berucap. "Aku berjanji akan menceraikan Jane secepatnya. Inilah keinginanmu kan?"
Mendengar kata cerai, Jane teringat akan mimpinya tempo hari lalu. Dimana mimpi itu sekarang menjadi kenyataan.
"Danzel? Setega itu? Menceraikan aku? Aku tau, ucapanmu yang satu ini pasti karena gara-gara mabuk," Jane mengerti, Danzel tetap mencintainya meskipun masih meragukan usai sandiwara cinta yang penuh kepura-puraan.
"Aku harus ke Surabaya sekarang juga," mengakhiri sambungan telepon yang menurutnya menyakitkan, Jane akan berangkat sendiri.
Saat keluar dari apartemen, Jane bertemu dengan Daniel yang sedang mengobrol serius bersama Robby dan para bodyguard lainnya.
"Jane? Kau mau kemana?" tanya Daniel melihat Jane tergesa-gesa.
Langkah Jane terhenti, ia harus beralasan apa? Huh, tatapan Robby seperti memaksanya untuk jujur.
"Em..aku mau pergi ke pasar," ucap Jane gugup, bahkan ia tidak menyadari sedang memakai baju piyama.
"Apa? Ke pasar jam 8 malam begini? Sendiri?" ada guratan khawatir saat Jane pergi sendirian. "Aku antar ya?" baiknya Daniel yang sangat perhatian dan peduli pada Jane. Andaikan takdir lebih cepat mempertemukan keduanya, mungkin hidup Jane jauh lebih bahagia daripada bersama Danzel yang terus-terusan menderita dalam lembah tangisan dan rasa takut tiada habisnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Billionaire Husband's [END]
Storie d'amoreBiar nambah referensi cerita semua genre catat profil wattpadku atau follow❤ Warning!! Beberapa part terdapat adegan dewasa. Untuk 18+ Konflik bertahap Kejutan episode terpanjang!!! Jane terpaksa harus menikah dengan Danzel demi biaya pengobatan ib...